Tuan Muda Gila 45

3.1K 144 2
                                    

POV: Author

Tiba tiba saja sebuah ketukan pintu membuat Denis dan Dina menoleh tepat kearah pintu.

Bi Iyem berlari terpogoh pogoh membuka pintu berukurah besar tersebut.

Nampak dua seorang yang asing bagi Dina dan Denis sedang membawa sebuah benda persegi dengan ukuran besar.

Dari arah belakang muncul Aril sang sekertaris dengan senyuman manis.

'Huft dasar penganti baru' oceh Aril di  dalam hati melihat kemesraan Denis dan Dina yang sedari tak sadar dengan posisi yang masih sama.

"Ternyata kau, Aril." Denis bangkit yang tadinya tidur diatas paha Dina bangkit dengan posisi duduk disamping Dina.

"Barang nya sudah siap Tuan," ucap Aril dengan menunduk hormat.

"Ohh baguslah kalau begitu," Denis dengan senyuman manis.

Dina menoleh melirik Denis yang tersenyum ke arahnya. Dina menaikkan sebelah alisnya bertanya tanya barang apa yang dimaksud Denis.

"Barang apa yang kau maksud Denis?" tanya Dina sembari meletakkan kembali cemilan diatas meja.

"Hmm jika ingin tahu kau buka saja sendiri," pintah Denis dengan senyuman manis dan menaik naikkan sebelah alisnya.

"Dasar suami lakcnat," cibir Dina.

"Aril bantu Nona muda membukanya," pintah Denis.

Aril segera menyuruh kedua pria tersebut berjalan sedikit mendekat kearah Dina yang kini berdiri dengan tatapan yang tak lepas dari benda persegi besar itu.

"Silahkan Nona," Aril menunduk hormat. Perlahan langkah kaki mendekat ke benda tersebut.

Tangan tergerak merobek kertas coklat besar dari bagian atas benda tersebut.

Sobekan dimulai nampak sebuah ukiran manis diatas sebuah besi berwarna emas yang terpahat indah di sana.

Kini berpindah ke sebuah gambar besar disana. Seorang perempuan cantik sedang tersenyum menatap sesuatu di depannya dengan seorang pria tampan yang juga menatapnya dengan senyuman.

Posisi mereka sekarang adalah saling berhadapan. Wajah satu sama lain begitu dekat hingga hidung mereka bersentuhan dengan senyuman manis satu sama lain.

Yah! Sebuah foto pernikahan Denis dan Dina yang begitu besar terpasang pada bingkai emas.

Dina menutup mulutnya tak percaya dengan yang ia lihat ini. Senyuman manis dan air mata bersamaan muncul diwajah Dina yang kini masih tak percaya.

"Denis?" Dina menoleh melihat kearah suaminya yang kini menatapnya dengan senyuman.

"Apa kau menyukainya sayang?" tanya Denis yang mulai mendekat kearah Dina yang tepat berada didepan foto besar itu.

"Semua ini?" Dina benar benar terpaku dengan kejutan yang diberikan Denis.

"Semuanya untuk mu dan hanya untukmu," ucap Denis yang langsung menarik Dina dalam pelukannya mengusap pelan pundak sang istri tercinta.

"Apa kau menyukainya?" tanya kembali Denis dalam pelukannya.

Dina mengangguk dalam pelukan Denis. Terharu dan bahagia bercampur aduk melihat sifat sang suami yang begitu romantis.

"Syukurlah kau menyukainya," ucap pelan Denis.

"Hiks hiks terima kasih Denis," balas Dina yang menangis sesegukan di dalam pelukan Denis.

"Sudah yah jangan nangis lagi," Denis melepas pelukan nya menangkup kedua pipi Dina menatap penuh cinta di sana.

Dina tersenyum mengangguk menatap lekat setiap inci wajah Denis. Mereka berdua hanyut dalam cinta masing masing hingga Aril menegur mereka berdua.

"Hekmm," Aril berpura pura batuk membuat Denis dan Dina kembali ke dunia nyata lagi.

"Aduh jiwa kejombloanku meronta ronta deh," cicit Aril dengan nada lebay.

"Sudahlah Aril jangan lebay, cepat pasang foto itu dikamar ku tepat diatas kepala ranjang." jelas Denis yang membuat Aril langsung kembali menjadi professional.

"Baik Tuan," Aril langsung mengangguk dan diakhiri dengan menunduk hormat.

"Mari saya tunjukkan jalan," ajak Aril pada kedua orang tersebut.

Kedua orang tersebut langsung mengekori Aril dari belakang membawa foto berbingkai besar tersebut dengan sangat hati hati.

Sedangkan Denis kembali menatap sang istri yang sedari tadi tak henti hentinya tersenyum malu malu dan mengayun gayungkan kedua tangannya seperti anak kecil.

"Ada apa? Hmmm," tanya Denis sembari mencuil cuil dagu Dina.

"Ahh tidak kok," Dina mengelak memukul pelan lengan sang suami.

"Ya sudah ayo kita ke kamar saja," ajak Denis yang langsung menggenggam tangan Dina.

Segera melangkah bersama sama namun langkah mereka terhenti sesaat ketika Dina berhenti melihat Bi Iyem yang tengah berlalu dari hadapan mereka.

"Ehh Bi Iyem," sapa Dina ramah.

"Nona Muda dan Tuan Muda," Bi Iyem menunduk hormat didepan Denis dan Dina.

"Oh iya Bibi mau kemana?" tanya Dina.

Bi Iyem menatap kearah Dina yang sebelumnya bertanya padanya.

"Emm Bibi mau ke depan sebentar non," ucap Bi Iyem.

Denis sedari tadi hanya menyimak pun ikut angkat bicara dan bertanya pada Bi Iyem.

"Oh iya Bi, Mama kemana kok nggak keliatan dari tadi?" tanya Denis.

Bi Iyem beralih menatap Denis yang berada disamping kanan Denis.

"Oh nyonya Tuan? Tadi nyonya pergi pagi pagi sekali sepertinya ada urusan penting," jelas Bi Iyem.

Dina mengangguk ngangguk mendengar penjelasan dari Bi Iyem sedangkan Denis tetap diam tanpa ekspresi sama sekali.

"Apa Bibi tau urusan apa itu?" tanya Denis.

Bi iyem tersenyum dan menggeleng lalu berkata. "Tidak Tuan, saya tidak tau sama sekali."

"Kalau begitu saya permisi dulu Tuan, Nona." ucap Bi Iyem sembari menunduk dan berlalu namun Denis kembali menghentikan langkah Bi Iyem.

"Bibi tunggu sebentar!"

Bi Iyem menoleh melihat kearah Denis yang menghentikan kembali langkah kakinya.

"Dina kau pergi saja dulu, aku ingin berbicara sebentar dengan Bi Iyem." pintah Denis dengan lembut pada Dina.

Dina mengangguk patuh dengan suaminya dan melenggang pergi meninggalkan Bi Iyem dan Denis disana tanpa bertanya untuk apa Denis ingin berbicara empat mata dengan Bi Iyem.

"Bibi ikut saya sebentar," perintah Denis yang langsung berjalan menuju taman belakang rumahnya.

Bi Iyem tanpa ragu mengikuti sang majikan yang ingin berbicara sesuatu padanya entah apa namun Bi Iyem merasa ada hubungannya dengan Bu Rina.

Denis dan Bi Iyem pun tiba di taman belakang. Denis kini duduk di kursi besi bercat putih tulang sedangkan Bi Iyem berdiri didepan Denis dengan tangannya yang menggenggam ragu.

"Bibi Denis mau bertanya sesuatu yang penting," Denis menjedah perkataanya kembali menghirup udara segar dan mengehmbuskannya dengan perlahan.

"Apa bibi tahu tentang....

Tuan Muda Gila [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang