POV: Denis
Masih dengan hal yang sama aku sibuk memeriksa data data perusahanku lagi lagi pekerjaanku tersendat akibat handphoneku kembali berbunyi siapa lagi kalau bukan Aril kampret.
"Halo,"
{.....}
"Bagus, aku akan datang"
{.....}
"Baik,"
Segera aku menutup handphoneku bergegas keluar dari ruanganku menuju tempat yang diberitahu Aril.
"Mati kau Broto," Aku tersenyum miring serta memasuki mobilku.
°°°
Semua anak buah ku telah berbaris disepanjang jalan masuk kedalam gedung tempat Broto dan anaknya disekap.
"Selamat datang Tuan," Aril dan semua anak buah ku menunduk hormat kepadaku.
'Prok' 'prok' aku bertepuk tangan saat melihat Broto dan anaknya yang sudah duduk terikat dan mulut yang dibekap dengan kain.
"Sudah ku bilang jangan pernah macam macam padaku Broto kalau kau tak mau mati sia sia," Aku mendekat kearah Broto.
"Apalagi saat anakmu ikut campur dengan urusan kita, Hah! Membuatku geram saja dan haus akan darah." ucap ku dengan menatap anak Broto dengan tatapan membunuh.
"Cih! Pria brengsek!" kata Evan anak dari Broto yang langsung melepaskan bekapan kain dari mulutnya dengan cara memuntahkannya lewat dorongan mulut.
Aku diam membiarkan Evan bicara sebelum aku merenggut nyawanya.
"Tubuh pacarmu begitu seksi dan nikmat," Aku membulatkan mataku saat mendengar Evan berbuka tentang pacarku siapa lagi kalau bukan Sheila.
"Dan yah, dia hanya memacarimu karna uang bukan karna cinta. Memangnya siapa yang ingin bersama dengan seorang pembunuh sepertimu." Tanganku mengepal geram dengan kata yang keluar dari mulut Evan yang membuat darahku mendidih seketika.
"Evan!" panggil Broto yang sudah memperingati anaknya.
"Pria bodoh!" ucap Evan dengan akhir meludahi sepatuku.
"Kau!" Aku langsung melayangkan pukulan kearah Evan dengan kerasnya membuatnya jatuh bersamaan dengan kursi tempat ia terikat.
"Berani beraninya kau menghinaku!" teriakku dengan menatap Evan.
"Ucapkan selamat tinggal kepada Ayahmu," Aku langsung menodongkan sebuah pistol tepat dikepala Broto.
'Dorrr' suara tembakan menggema diseluruh gedung dan percikan darah yang mengenai bajuku membuatku begitu puas membunuh.
"Kau memang kejam Denis!" Terlihat Evan yang terlepas dari ikatannya dan langsung berlari kencang menjauhi gedung.
"Kejar dia!" Dasar anak buah bodoh krn mereka tidak memperhatikan ikatan Evan membuatnya terlepas begitu saja.
Semuanya mengejar hingga kedalam hutan entah bagaimana Evan bisa terlepas yang jelas aku benci orang pengecut.
Setelah beberapa menit berlalu akhirnya anak buah ku kembali berkumpul namun dengan yang kosong.
"Maaf tuan kami tidak menemukannya," ucap Aril.
"Dasar bodoh!" Aku langsung memukul salah satu anak buah ku melepaskan emosiku.
"Aku akan mengejarmu Evan, kemana pun engkau lari." Aku langsung memasukkan pistolku kedalam saku jasku.
"Bereskan mayat Broto," titahku.
"Baik Tuan," jawab Aril.
Segera aku meninggalkan gedung tersebut menuju perjalanan pulang walau rasa hati belum puas tapi aku harus segera pulang karna ada rasa tak enak seperti terjadi sesuatu dirumahku.
°°°
Dan benar saja terdengar suara wanita yang menangis dan beetle teriak.
Akupun langsung bertanya pada salah satu penjaga dirumahku.
"Didalam sedang terjadi apa?" tanyaku.
"Nyonya Sheila tuan dan Non Dina sedang bertengkar," jawab penjaga tersebut.
Berani beraninya Sheila datang lagi kemari apa dia tidak kapok setelah ku tampar tapi sepertinya wanita jalang tidak memiliki urat malu lagi.
Akupun masuk kedalam rumahku melihat Dina, Mama dan Bi Iyem yang sudah begitu syok dan seperti telah menangis.
Namun tatapan ku tertuju pada Dina yang akan ditampar oleh Sheila segera aku berdiri didepan Dina dan menahan tangan Sheila.
"Jangan berani melukai dia," ucap ku dengan menatap tajam kearah Sheila.
D-enis," Sheila terbata bata saat menatapku yang sudah ada didepannya.
"Mulai hari ini kita putus! Semua fasilitas dan hak yang kuberikan akan ku tarik kembali termasuk bebas memasuki rumahku ku tarik!" kataku disetiap ucapan dengan nada meninggi.
"Aku bisa jelasin Denis," rengek Sheila namun diriku begitu acuh dengan Sheila.
"Penjaga!" Aku mulai berteriak membuat penjaga rumah berhamburan.
"Usir dia dari sini! Dan kalian semua a pecat!" perintahku dengan sorot mata memerah.
"Sekarang!" Penjaga rumah langsung menyeret Sheila serta barang barangnya keluar dari kediaman Dirgantara.
Aku mulai menstabilkan napasnya yang tadinya seperti tidak bernyawa.
Sedangkan Dina langsung memeluk haru kedua wanita itu yang tadinya terpaku diam dan membisu.
Bu Rina langsung menghampiriku yang masih menatap kosong kearah luar sedari tadi.
"Nak?" Aku langsung menoleh saat bahunya dipegang oleh Mama.
"Mama mau beritahu kamu tentang sesuatu," ucap Mama.
"Tidak usah Mah, Denis Denis tau kalau selama ini Sheila selingkuh dengan pria lain apalagi pria itu musuh Denis. Denis benci dengan pengkhiatan!" Aku langsung pergi meniggalkan mereka bertiga.
Patah hati tentu tidak tapi aku kecewa wanita yang kuanggap wanita baij baik tenuata seorang jalang yang hanya mengincar uang dan kekuasaanku saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda Gila [COMPLETED]
Romance⬅️[FOLLOW! BARU BACA] ➡️[VOTE! SESUDAH BACA] Denis Kianza Dirgantara lelaki yang menghabiskan hampir 3 tahun hidupnya dengan ketidak warasannya akibat kecelakaan di masa lalu. Namun hidupnya berubah setelah seorang gadis yang awalnya datang sebagai...