'Ceklek' terdengar suara langkah kaki, aku menoleh melihat dua wanita paruh baya yang tengah mendekat kearahku.
"Nak? Kamu kelihatan begitu lelah, pulanglah biar kami yang menjaga Denis nak." pintah Bu Rina.
"Tidak usah Bu, biarkan Dina yang menjaga Denis." Aku langsung menatap wajah Denis sembari tersenyum.
"Tapi nak.." ucapan Bu Rina langsung ku potong tanpa menoleh ke arahnya. "Tak apa Bu, Dina akan baik baik saja!" Aku menyakinkan Bu Rina agar mengijinkanku merawat Denis sampai dirinya siuman.
"Baiklah nak, jika itu yang kau inginkan." Bu Rina langsung mengusap pelan puncak kepalaku.
Perlahan aku mengusap lembut tangan putihnya sembari membacakan ayat ayat suci Allah yang ku hafal.
Namun tiba tiba saja jari tangan Denis yang kupegang bergerak. Perlahan matanya terbuka terdengar napasnya terengah.
Aku pun langsung berlari memanggil dokter sedangkan Bu Rina dan Bi Iyem langsung menghampiri Denis yang sudah siuman. Selanjutnya aku kembali membawa dokter dan suster.
"Permisi Bu." Dokter tersebut langsung menempelkan tetoskopnya ditelinganya dan meletakkan didada Denis.
Dokter tersebut tersenyum sembari melepaskan tetoskopnya. Aku melihatnya keheranan.
"Alhamdulillah bu, Allah masih memberikan kesempatan kedua untuk Pak Denis." Mendengarnya begitu aku bahagia.
"Tapi Bu.." perkataan dokter tersebut langsung membuat senyum ku sedikit pudar.
"Tapi apa dok?" tanya Bu Rina.
"Tapi Bu, Pak Denis sekarang mengalami amnensia. Beliau akan kehilangan separuh ingatannya dengan orang terdekatnya." jelas dokter seketika aku yang mendengarnya langsung membuatku lututku kembali rapuh, sangat rapuh.
"Amnensia?" Bu Rina memegang mulutnya dengan kedua tangannya tak percaya dengan yang ia dengar.
"Iya Bu, sekarang Denis hanya mengingat sebagian besar ingatannya dan tidak akan mengingat kenangan yang ia buat selama ia kehilangan kewarasannya." jelas kembali sang dokter. Kulihat Denis yang masih memandang seluruh ruangan kamarnya. Melihatnya yang tengah kebingungan.
"Kalau begitu saya pergi dulu." ucap dokter yang langsung meninggalkan ruangan Denis.
"Nak?" Bu Rina mendekat kearah Denis melihatnya yang masih kebingungan.
"Mah, kenapa saya ada disini?" tanya Denis sembari memandang wajah sang Ibu.
"Tadi kamu mengalami sedikit kecelakaan." jawab Bu Rina.
Denis langsung melihat kearahku menatapku dengan tatapan kebingungan seperti orang baru bertemu.
"Dia siapa Mah?" tanyanya sembari menatapku.
"Hmmm... dia" belum sempat Bu Rina melanjutkan ucapannya aku langsung memotongnya. "Aku anak Bi Iyem." Seketika kedua wanita tersebut menatapku dengan heran akupun langsung menggelengkan kepalaku agar mereka tidak mengatakan yang sebenarnya.
"Ah! iya nak dia anak Bi Iyem namanya Dina," Bu Rina langsung memperkenalkanku. Aku langsung tersenyum kearahnya namun bukannya senyuman yang ia berikan malah wajah datar. Oh astaga apakah ini wajah sebenarnya Denis.
"Iya tuan ini anak Bini dari kampung." sambung Bi Iyem.
Denis menaikkan sebelah alisnya. "Sejak kapan Bi Iyem mempunyai anak? Sedangkan Bi Iyem dulu mengaku kalau anak dan suami Bi Iyem sudah meninggal."
"Ah...itu, sebenarnya tuan ini anak saudara Bibi di kampung karna Saudara Bibi itu menyuruh anaknya Dina ikut membantu saya bekerja di Ibu kota." jelas Bi Iyem.
"Sekarang kamu istirahat yah! Kamu kan baru saja sadar." pintah Bu Rina.
Rasanya rasa bahagiaku langsung hancur berkeping keping. Senyum yang langsung kutarik kembali dan air mata yang ingin keluar namun aku tahan didepan Denis.
Mungkin aku akan hidup dengan Denis baru, baru sifat, baru status dan baru rasa.
![](https://img.wattpad.com/cover/227792767-288-k297921.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda Gila [COMPLETED]
Romance⬅️[FOLLOW! BARU BACA] ➡️[VOTE! SESUDAH BACA] Denis Kianza Dirgantara lelaki yang menghabiskan hampir 3 tahun hidupnya dengan ketidak warasannya akibat kecelakaan di masa lalu. Namun hidupnya berubah setelah seorang gadis yang awalnya datang sebagai...