3. My Spoiled little girl

49.8K 2.8K 134
                                    

ASSALAMUALAIKUM

SELAMAT MEMBACA

CEkLEK

Pintu Ruang CEO terbuka menampilkan seorang gadis remaja cantik, berjalan pelan membuat rambut hitam panjang dan lurus itu bergoyang lambat.

Berbeda dengan wajah lelaki dewasa yang duduk di kursi kebesarannya. Rahangnya mengeras namun terlihat datar. Tak menampakkan ekspresi marah.

"Ezo." panggil gadis itu dengan senyum lebarnya.

Gadis itu berdiri samping meja Ezo. Ezo tampak menatap gadis itu dengan senyum yang jarang ia tunjukan ke orang lain.

Seperti biasa gadis itu akan datang setelah pulang dari sekolahnya hingga kembali ke rumah bersama Ezo. Namun akhir akhir ini sangat jarang.

"Kamu tadi ngapain aja di sekolah?" tanya Ezo tatapannya biasa tapi rahangnya mengeras.

"Belajar kan di sekolah emang belajar cari ilmu." ucapnya polos mengedipkan mata cantik bukan niat merayu.

"Terus ini apa?" tanya Ezo meminta penjelasan. Ia mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan sepasang remaja beda jenis itu tengah berpelukan.

Lea melotot kenapa bisa ada foto nya dengan Rangga di ponsel Ezo."Kamu dapat dari mana? " tanya Lea bingung.

Mereka tengah duduk di sofa berhadapan."Apa ini?" tanyanya kentara kalau menahan marah.

"Ezo jangan salah paham. Lea ini tuh nggak pelukan tapi Lea yang meluk lengan Rangga." ucapnya polos tanpa tahu ada hati yang membara. Ia tambah marah.

"Kenapa kamu meluk dia? Kalian di sekolah pasti banyak yang lihat. Kamu mau di gosipin sama temen kamu itu mau?" tanyanya marah namun sedikit keras membuat Lea menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Maaf, bukan maksud Lea." ucapnya menunduk.

Ezo menangkup wajah Lea yang sudah mengalir air mata di kedua matanya."Maaf in Ezo bikin Lea nangis maaf, jangan nangis Ezo nggak maksud buat bentak Lea. Itu karna Ezo cemburu,  Ezo nggak mau Lea di gosipin ataupun dekat dengan lelaki mana pun. Hanya Ezo yang boleh di kenal memiliki Lea, hanya aku, maaf." ucapnya sesal kemudian memeluk Lea yang sedikit sesenggukan.

Sakit rasanya melihat Lea mengeluarkan air mata karenanya.

Lea mengangguk di pelukan Ezo."Lea juga minta maaf buat Ezo cemburu." ucapnya sesal.

"Iya. "

Hening beberapa lama dengan masih saling memeluk.

"Sekarang jelasin, aku mau Mmsalah kita cepat selesai aku nggak suka nunda nunda masalah. Sekarang jelasin aku nggak akan marah." ucapnya masih memeluk.

"Lea capek." ucapnya seketika membuat Ezo melonggarkan pelukannya namun kedua tangannya masih memegang pinggangnya.

"Kamu sakit? Kenapa bisa capek?" tanya Ezo khawatir.

Tidak mungkinkan Lea memberitahu kalau ia bukan hanya capek tapi ia hampir pingsan karena lapar dan roti yang jatuh. Ia tak ingin masalah ini panjang.

"Nggak kok. Lea tadi lari dari kelas ke kantin makanya capek jadi Rangga duduk di sebelah Lea. Lea ijin buat meluk lengan Rangga. Buat nyender." ucapnya nampak biasa.

"Lain kali jangan lari, emang ada apa di kantin sampai kamu lari?" tanya Ezo dengan mengusap kepala Lea.

Membuat Lea terasa tenang."Nggak ada apa, cuman pengen lari aja." ucap Lea dengan senyum.

"Jangan lari lagi ntar kecapekan ya?" Nasehat Ezo di angguki Lea.

2 jam berlalu Lea langsung berdiri dari pelukan Ezo sedari tadi mereka hanya menonton tv. Ezo menemani Lea bermain game masak. Dan berbagai camilan dan makanan berada di atas meja sofa. Sesekali menjahili dan mencium pipi chubby Lea.

"Ezo Lea mau pulang." ucapnya tiba tiba.

"Kenapa? Kita jarang pulang bareng sekarang. Apa ada yang kamu sembunyikan?" ucap Ezo menyelidik.

"Lea baru ingat ada tugas." alibinya.

"Biasanya kan kerjain tugasnya di sini, sama aku dan aku yang ajari kamu! "

Itu memang benar setiap tugas sekolah, pr, ia kerjakan di kantor Ezo dan dengan senang hati Ezo mengajarinya.

"Ezo.. Aku nggak bohong, dan aku mau ngerjain di rumah sekalian udah sore juga kan?" ucapnya menyakinkan.

"Ezo..... " Rengeknya memegang kedua tangan Ezo. Ezo tak bisa melihat Lea terus merengek seperti ini dengan puppy eyesnya. Kecuali merengek bahagia atau menginginkan sesuatu itu akan membuat Ezo malah bahagia.

"Huh! Baiklah biar aku yang antar." ucapnya.

Menggeleng."Kamu kan harus periksa file file dari kak Dion sekretaris kamu tadi, jangan di ulur ulur, nanti memperlambat kamu istirahat." Nasehat Lea menatap Ezo yang menatapnya.

"Tapi--"

"Ezo." Peringat Lea dan membuat Ezo mendengus keras.

Lea tersenyum manis sangat, ia berpelukan untuk mengakhiri pertemuan sore ini. "Jangan lupa makan, nanti delivery buat kamu, harus di makan nggak boleh banyak junk food, ngerti?" ucapnya dan di angguki Lea.

Mencium kening lama dan kedua pipi dengan berdiri berpelukan."Hati hati." ucap Ezo.

"Ezo juga harus semangat kerjanya." ucap Lea.

"For you, dear." ucapnya romantis membuat Lea blusing dengan senyum.

***

Sesampainya Lea lantaran meletakan tasnya dan berganti pakaian biasa. Selanjutnya ia mengambil sapu halaman. Lea tak bisa memasak, bingung cara mengepel, dan ia tak mengerti banyak tentang pekerjaan rumah.

Ia hanya membersihkan kamar dan menyapu halaman. Namun kadang ia di paksa mengerjakan hal yang sangat mudah tapi terasa bingung untuk dirinya.

Mencuci piring contohnya, ia bahkan pernah memecahkan gelas dan piring karna kurang hati hati saat mencuci piring.

"Nyapu halaman sudah, sekarang-- ah iya menyiram tanaman." ucapnya, ia berlari secepatnya sebelum Tante dan anaknya kembali dari urusan mereka.

"Nona ada kurir yang mengantarkan delivery makanan nona." jelas maid di belakangnya.

Lea lantas meletakan selang untuk menyiram tanaman. "Bibi tolong ambilin ya?" pintanya dan diangguki si maid.

Lea berjalan menuju keran ia akan mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum menerima delivery itu.

Memang dirinya kini sangat lapar, pas sekali.

"Sudah bi?" tanya Lea yang sudah ada di ruang tamu.

"Iya Non, " ucap nya sembari menyerahkannya pada Lea.

***

BRAK

"Bagus ya, di panggil panggil ternyata enak lagi rebahan." ucap wanita paruh Bayah itu.

Lea langsung terduduk takut."Lea nggak denger." ucap Lea lirih.

Wanita itu tampak berjalan tergesa-gesa menghampirinya. Lea semakin takut.

"Bangun!" Titahnya dengan sekali menyentak tangan kanan Lea, sedangkan si empu kesakitan.

"Aaakh," pekiknya.

"Kamu itu enakan rebahan, kamu harus masak." perintahnya tegas.

Lea mendongak."Lea nggak bisa masak." lirihnya.

"Salah siapa nggak bisa! Manja." ucap wanita yang tak lain juga adalah Tante Lea.

"Hiks, bukan manja. Tapi Lea belum bisa." ucapnya mencoba membela diri.

SREG

SREG

"Yaudah, sekarang masak!" titah Selly seraya menarik dua kali lengan bersih Lea.

Lea pernah terpaksa memasak dan akhirnya jarinya terkena goresan pisau. Jika di suruh menggoreng Lea tak mau jika harus cabai. Karna meletup dan lea suka kena cipratan minyak goreng.

"Nih, masak yang enak." titahnya menyerahkan sepotong Sayur bayam dan beberapa makanan yang mengharuskan untuk di goreng.

***

MY SPOILED LITTLE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang