17 | Temptation

7.2K 438 53
                                        

Bukannya belajar cara mengendalikan kekuatan Seokjin malah mengajak Jisoo ke sebuah kedai langganannya, tentu Jisoo sudah mengomel duluan, pasti Seokjin mau modus lagi.

"Sudah aku duga kau mau modus lagi kan?!" Kompor Jisoo dan menatap Seokjin dengan tatapan elangnya, sedangkan Seokjin mencebik kesal.

"Kau ini aku tengah lapar, bisa tidak sih setiap kegiatanku tidak kau komen sesuatu untuk modus, aku benar-benar lapar." Sanggah Seokjin tidak mau kalah.

Jisoo hanya melipat tangannya angkuh sedangkan Seokjin pun nampak melambaikan tangan ke arah wanita tua.

"Halmeoni anyeong!" Seokjin menyapa seorang nenek yang sudah cukup tua.

Wanita tua itu menatap Seokjin senang namun sedetik kemudian dia menatap Jisoo dengan penuh binar, Jisoo sendiri hanya bisa tersenyum kaku. "Seokjin? Wah kau membawa pacar kali ini?"

"Bukan Nek, dia muridku." Sanggah Seokjin lagi, Jisoo kira dia akan mengaku-ngaku bahwa dia adalah pacar Jisoo nyatanya Seokjin terlalu takut yang ada nanti dia di pukuli habis-habisan namun entah kenapa dia sedikit kecewa, apa karena godaan Seokjin itu ternyata menghibur juga atau karena dia tidak bisa memukul Seokjin lagi karena tidak punya alasana? Entahlah Jisoo itu memang labil.

"Oh begitu, ayo duduk dulu, dan untukmu gadis manis panggil aku Nenek Hwang saja." Nenek Hwang tersenyum manis dan menyuruh mereka berdua duduk.

Kedai Nenek Hwang sedikit sepi kini karena beberapa orang nampak sudah keluar dan ini adalah hari minggu, anak-anak muda tentu tidak mau makan di kedai kotor begini, biasanya yang mampir ke kedai Nenek Hwang hanyalah orang orang kantoran saat jam makan  siang.

"Kalau begitu ini makanlah, nenek punya banyak menu untuk kalian cicipi." Nenek Hwang menyodorkan sup iga, dan daging panggang beserta sayuran yang masih di panggang.

Seokjin lantas mengambil sumpit besinya lalu mengambil daging yang sudah matang dan lantas memakannya. "Astaga masakan nenek selalu enak!"

"Lebay." Jisoo tersenyum remeh setelah mencicipi sup iganya.

"Hei masakan Nenek Hwang memang enak, lidahmu rusak kah? Seandainya kedai nenek lebih bersih pasti banyak yang datang." Dengan santainya Seokjin melayangkan kata-katanya tapi Nenek Hwang terlihat sudah terbiasa akan sikap Seokjin.

Jisoo tidak bisa berbohon, masakan Nenek Hwang sangatlah enak bahkan hampir menandingi masakan ayahnya Yesung. Kalau saja bisnis keluarganya masih di Korea Jisoo pastinya menyarankan Yesung untuk menanamkan modal di kedai Nenek Hwang pasalnya tempatnya sangat kumuh.

"Ngomong-ngomong Nenek dan Seokjin punya hubungan apa?" Jisoo mencoba dengan beraninya.

Nenek Hwang hanya tersenyum tipis lalu mulai membuka mulutnya "Seokjin sangat membantu dulu saat masih mahasiswa, dia bekerja di kedaiku padalah aku tahu kalau dia itu anak orang kaya namun dia hanya mau bekerja dengan jerih payahnya dan tidak mau bergantung pada orang tuanya tapi saat mengantarkan orderan makanan ke kampus dia malah mengantarkan orderan makannya itu ke ruangan ayahnya, ayahnya Seokjin itu seorang Rektor di kampus dekat sini."

Jisoo mengagapkan mulut, kampus dekat sini hanya satu yaitu kampus tempat dia berkuliah. Apakah Seokjin sekaya itu?

"Nenek hentikan." Seokjin nampak tidak nyaman saat Nenek Hwang membuka kartu tentang keluarganya tapi Nenek Hwang malah bercerita lagi.

"Seokjin, ayahmu seorang rektor?" Tanya Jisoo lagi, apa lagi kampus tempat Jisoo kuliah merupakan kampus bergengsi di Korea Selatan pastinya keluarga Seokjin sangat kaya. Wajar jika dia kenal dengan keluarga Jisoo, toh keluarganya juga merupakan keluarga konglomerat.

THE SCENT (JinSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang