19 | Modus, Modus & Modus

8.9K 476 60
                                    

Kegiatan perkuliahan seakan tak ada habisnya dan semua pelajaran di mata jurusan adalah makanan sehari-hari saat kuliah.

Seperti pagi ini, Seokjin sudah memberikan kuis dadakan pada mahasiswanya, walau terkenal tampan dan ramah kalau soal tugas Seokjin tidak akan main-main. Ada beberapa anak yang mendapat nilai D pada mata kuliahnya, benar-benar dosen yang kejam.

"Dasar pak tua tak tahu di untung! Kuis dadakan di pagi buta? Yang benar saja!" Jisoo mengumpat saat Seokjin pergi dari dalam kelas mereka untuk mengambil tambahan soal di ruangannya.

"Sabar, sabar nanti darah tinggimu naik." Sedangkan Jihyo hanya mengelus dada Jisoo dan mencoba menenangkan. Jisoo memang jarang mengamuk tapi kalau sekalinya mengamuk satu kelas akan terbisu, dari pada nanti ikut kena omelnya juga lebih baik diam.

Jihyo kembali duduk di bangkunya saat Seokjin sudah masuk ruangan kelas sambil menenteng kertas. Dia nampak tersenyum devil ke arah mahasiswa yang semuanya hampir ketakutan. Semua nampak ketakutan namun Jisoo mengerutkan alis tanda tengah kesal. Perut Seokjin rasanya terkocok, melihat wajah Jisoo yang tengah kesal seperti melihat bebek sakit saja, sangat lucu apa lagi mulutnya yang mirip seperti paruh bebek

Seokjin mulai membagikan kertas pada para mahasiswa dan di terima dengan oleh mereka dengan wajah takut-takut namun saat memberikan kertas pada Jisoo, Seokjin nampak tersenyum tipis dan membisikan sesuatu.

"Semangat Chu!" Jisoo terkaget, Chu? Dari mana dia tahu nama panggilannya sewaktu kecil? Ah masa bodoh yang penting dia harus selesaikan kuis ini dan keluar dari kelas Seokjin sesegera mungkin.

"Seokjin Seonsaengnim, ini aku ada oleh-oleh, kemarin aku pulang ke Jepang dan membelikanmu sesuatu, terima lah." Semua orang terkaget tak ketinggalan juga Jisoo saat Sana menyodorkan kotak pada Seokjin.

Seokjin melihatnya sekilas dan menerimanya sambil tersenyum tipis. "Terima kasih umm siapa namamu?"

Jisoo sontak menertawakan Sana didalam hati sambil tersenyum jahat sedangkan di depan Sana hanya menggarut lehernya samar. "Sana, namaku Sana Minatozaki." Saat mendenhar jawaban Sana sekali lagi Seokjin hanya mengangguk dan mempersilahkan Sana duduk. Sana pun kembali duduk di bangkunya.

Sana berjalan ke belakang sambil tersenyum ke arah Seulgi lalu beralih pandang pada Jisoo dan menatapnya remeh. Apa ini? Kenapa jiwa persaingan Jisoo rasanya keluar? Konyol sekali memang tapi itulah kenyataannya.

"Awas saja dia." Gumam Jisoo lagi.

****

Setelah kuis usai Jisoo memberikan kertas kuisnya pada Seokjin sambil tersenyum manis, Seokjin yang di senyumi seperti itu sontak memalingkan mukanya saking malunya.

"Hei tunggu biar aku bantu bawa kertasnya." Jisoo menarik paksa kertas hasil kuis kelasnya dan nampak secarcit api lahir dari mata Sana.

"Kau ini tidak sopan sekali dengan Seokjin Seonsaengnim! Tak apa pergilah Seonsaengnim jangan hiraukan Jisoo." Lalu dengan sok akrabnya Sana memrebut kertas itu dari Jisoo dan memberikannya kembali pada Seokjin.

"Ahh tak apa, Jisoo kau mau membantuku kan? Nah ini." Seokjin tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas seperti ini, lalu Jisoo pun berjalan berdampingan dengan Seokjin.

Tapi kelihatannya Sana tidak mau menyerah, dia kembali berlari ke arah Seokjin dan Jisoo lalu mengulurkan tangannya. "Aku juga bisa membantu, berikan saja kertas itu pada Jisoo atau aku akan bawa kertasmu Seonsaengnim." Seketika Jisoo tersenyum sinis, sungguh menyedihkan sekaligus lucu melihat tingkah Sana yang tak mau mengalah.

"Maaf ya siapa namamu tadi?"

"Sana sana!" Sana menjawab pertanyaan Seokjin dengan semangatnya.

"Oh iya Sana, maaf ya Sana tapi kelihatannya bertiga itu terlalu banyak. Ayo Jisoo." Sana membatu sedangkan Jisoo membalas menertawai Sana seperti saat di kelas tadi.

THE SCENT (JinSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang