Warna pink dan hijau itu sekarang sudah memudar dan baunya juga sudah tidak menyengat. Seketika kepala Seokjin menjadi pening dan dia menghentikan gerakan pinggulnya.
Dia menatap ke bawah dan melihat Jisoo terbaring di ranjang kamarnya dan dia sudah pingsan akibat beberapa kali klimaks.
Seokjin menghelang nafasnya kasar dan menatap Jisoo dengan pandangan nanar. Dia mencekat kepalanya frustasi lalu mengambil pakaiannya di lemari untuk menutupi tubuh polosnya.
"Sialan! Kenapa obat itu tidak berfungsi lagi?" Seokjin mengerang dan mengambil botol obat di meja kerjanya dan menatapnya lalu dia pun mengambil dua butir obat itu lantas meneguknya sekaligus.
"Apa yang aku lakukan? Ini benar-benar gawat, bagaimana kalau Jisoo hamil?" Tanyanya sambil menatap Jisoo yang masih terbaring di atas ranjangnya.
Dia lantas mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari keringat akibat permainan panas di atas ranjang.
****
Jisoo mendengar suara keran mengalir di arah kamar mandi dan dia pun terbangun sambil berdesis lirih karena selangkangannya yang kesakitan.
"Ahh sakit, astaga." Jisoo mengerang dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos.
Seokjin keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang meliliti area pinggangnya dan menampakan perut kotak-kotaknya. Dia menatap ke arah Jisoo yang tertunduk sambil menangis terseduh-seduh.
Pria itu pun berjalan ke arah Jisoo dan duduk di pinggir ranjang lalu mengelus kepala Jisoo lembut.
"Mianhe, aku benar-benar bodoh. Kau pasti kesakitan." Perkataan Seokjin sama sekali tidak membuat Jisoo tersentak, dia masih menangis sesenggut sambil memeluk perutnya.
Seokjin mengelus kepala Jisoo perlahan dan membawa gadis itu ke pundaknya untuk memeluk. Jisoo sa sekali tidak protes dan menangis di atas pundak lebar Seokjin.
"Kau brengsek Tuan Kim." Seokjin hanya menerima setiap pukulan pada dada dan bahunya, dia tidak kuasa menahan Jisoo untuk tidak memukulnya apa lagi dia sedang menangis saat ini.
Perlahan pukulan tangan Jisoo menjadi pelan dan tangisannya pun kian kencang, air matanya mengalir deras dan nafasnya menderup. Jisoo tidak punya tenaga lagi rasanya kini untuk menangis. Dengan cepatnya Seokjin menyelimuti Jisoo dengan selimutnya dan mencoba menenangkannya.
Seokjin melirik ke arah dinding dan terlihat jam sudah menunjukan pukul sembilan malam, tidak terasa mereka bercinta cukup lama sekitar empat jam karena semua bermula saat jam lima sore.
"Kau mau menginap atau aku antar pulang?" Tanya Seokjin hati-hati.
Tak ada jawaban, Jisoo hanya menangis dan Seokjin hanya mempu menghelang nafas kasar. Pria itu pun keluar dari kamar menuju pintu keluar untuk mengambil pakaian Jisoo yang berceceran.
"Kau mau langsung menggunakan pakaianmu atau mandi dulu?" Tawar Seokjin sembari menyodorkan handuk dan pakaian.
Jisoo melirik sekilas, dia pun mengambil handuk dan pakaiannya lalu mencoba berjalan ke arah kamar mandi tapi dia pun jatuh karena area intimnya serasa sangat sakit. Jisoo kembali menangis dan berdesis lirih, untungnya ini bukan yang pertama kali jadi Jisoo sudah terbiasa.
"Sakit sekali Seonsangnim, kau membuatku sakit hiks." Seokjin tak kuasa mendengar suara Jisoo yang bicara setengah-setengah akibat menangis. Dia lantas memeluk tubuh Jisoo yang hanya di balut handuk dan kesakitan.
"Kau bisa mandi? Mau aku mandikan?" Seokjin seketika mendapat tatapan tajam dari Jisoo dan dia hanya tertawa canggung, tawarannya barusan seperti menggoda, pantas saja Jisoo menjadi marah.
![](https://img.wattpad.com/cover/202706644-288-k418377.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SCENT (JinSoo)
FanfictionSetiap hari kita tidak lepas dari aroma, aroma adonan kue yang baru keluar open, aroma rumput yang baru saja di potong, aroma buku baru yang ada di toko buku atau perpustakaan, bahkan aroma bau sampah yang baru dibuang. Jisoo, mahasiswa tataboga ata...