Jisoo mengagakan mulutnya, terkejut bukan main. Seokjin mengendalikan warna pada aroma itu?! Mustahi! Jisoo saja sering tersetrum listrik yang dia ciptakan sendiri tapi kenapa Seokjin malah nampak bisa mengendalikan warna itu bahkan membuat kembang api.
"Bagaimana bisa? Bagaimana bisa kau kendalikan?" Kaki Jisoo melemas dan kepalanya berkunang-kunang. Seokjin mengendalikan aroma nasi goreng itu dan mengubahnya menjadi percikan cahaya kembang api? Wow Jisoo saja sering kesetrum dengan warna aroma yang dia kendalikan, tapi lihat Seokjin, dia bahkan bisa membentuk warna dari aroma itu dan mengubahnya menjadi kembang api.
"Dan bisa kah kau panggil aku Seokjin saja, jangan Saem, Sir apa lagi Seonsaengnim. Usia kita hanya terpaut lima tahun." Imbuh Seokjin kelewatan kesal.
"Terserah aku." Jawab Jisoo kelewatan ketus.
"Baiklah aku tidak peduli memanggimu apa, yang pasti bisa kau jelaskan semua ini Saem?" Air muka Jisoo lantas berubah menjadi penasaran setengah mati dan dia cukup syok lantaran kemampuan Seokjin yang baru dia tahu.
Seokjin lantas mendaratkan dua buah piring penuh dengan nasi goreng dan telur mata sapi ke meja makan lalu menyantapnya setelah meneguk air putih.
"Kau tidak mau makan dulu?" Tanyanya dengan antensi suara serak. Jisoo lantas menggeleng namun tiba-tiba perutnya berbunyi keras bukan main yang tentu saja membuat Seokjin tergelak.
"Kau tidak perlu jual mahal seperti itu, aku membuat dua porsi nasi goreng. Kemari dan makan bersamaku." Jisoo menghelang nafas saat mendengar penuturan Seokjin. Perutnya sangat lapar, dia tidak sempat ke kantin kampus untuk makan hari ini karena tugasnya menumpuk.
Jisoo lantas memutar bola mata dengan jengahnya lalu berjalan ke arah meja makan. Seokjin yang melihat tingkah jual mahal Jisoo itu sontak mengukir senyum. Kenapa ada sih manusia semenggemaskan Jisoo?
Jisoo lantas mengambil sendok dan memakan nasi goreng itu kelewatan berantakan. Mulutnya menjadi penuh dan pipinya mengembung. Lagi-lagi Seokjin di buat gemas.
"Makannya pelan-pelan tuan putri." Kata Seokjin sembari mengusap tangannya pada bibir sang empu untuk menghapus nasi yang menempe disana lalu bukannya nasi yang menempel di bibir Jisoo itu dia buang dengan tak tahu malunya Seokjin lantas memakan nasi itu.
"Hmm nasinya manis." Pipi Jisoo seketika bersemu, apa-apaan Dosennya ini?!
Setelah kurang lebih lima belas menit kedua empu itu selesai menyantap makanan mereka.
"Baiklah kau mau aku beri tahu sesuatu yang mengejutkan?" Seokjin kembali bersuara setelah mencuci piring dan kembali ke tempat Jisoo duduk.
Gadis itu nampak tertarik dengan perkataan dosennya itu lalu mendongakan kepala.
"Cepatlah Saem, aku sudah penasaran sedari tadi." Ucapnya tak sabaran.
Seokjin lantas menarik pergelangan tangan Jisoo dan membawanya ke arah pintu ruang kerjanya.
"Tunggu Saem kita baru selesai makan dan kau mau kita melakukannya heh?" Seokjin lantas tergelak hebat. Kenapa pikiran Jisoo jadi seliar ini?
"Tenang girl ini masih sore. Bercinta di sore hari tidaklah menyenangkan, percayalah. Dan kau lihat awan hitam sudah terlihat, aku harap malam namti hujan turun cukup deras. Bercinta di balik remangnya lampu dan mendengar suara hujan bersahutan dengan suara desahan sangatlah panas sensasinya." Jisoo bergidik, jadi lelaki ini mau menyetubuinya lagi? Ayolah Jisoo tidak mau.
"Tenang kau tak perlu khawatir aku tidak akan melakukan hal aneh kok." Katanya lagi dengan seulas senyum. Oh ayolah, bagaimana mungkin Jisoo tidak khawatir jika lelaki yang bicara seperti itu adalah Seokjin?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SCENT (JinSoo)
FanfictionSetiap hari kita tidak lepas dari aroma, aroma adonan kue yang baru keluar open, aroma rumput yang baru saja di potong, aroma buku baru yang ada di toko buku atau perpustakaan, bahkan aroma bau sampah yang baru dibuang. Jisoo, mahasiswa tataboga ata...