Tembus nggak nih 150 vote+100 komen? Kalau tembus baru aku lanjutin.
Sedih sih sejujurnya Karen di chapter sebelumnya komentar dikit banget yg komen cmn itu itu doang orangnya. Yang siders jg banyak vote juga nggak pernah nembus 150. Sebenarnya kalian ngehargain aku nggak sih yg nulis? Kalau iya plis lah kasih vote. Maaf kalau terkesan kasar dan memaksa tapi mau gimana lagi aku ngomong tiap di akhir buat ngevote dan ngevote tapi ujung-ujungnya nggak tembus sampe 150 votean.
DAN INGAT BUAT YG BELUM VOTE DARI AWAL SAMPAI AKHIR CHAPTER DI MOHON UNTUK VOTE.
Kali ini aku cuma bakal lanjut kalau vote udah 150 dan komen 100 juga jika akun aku udah tembus 800 pengikut. Sekian.
Maaf dengan marah-marahnya selamat menikmati ceritanya.
••••
Semburan warna merah pada pipi Jisoo masih terasa hangat dan gadis itu tak hentinya menunduk saking malunya. Dia tadi mencium Seokjin? Apa ini! Padahal seharusnya Seokjin yang selalu duluan menciumnya tanpa izin.
"Sudah sampai, mau sampai kapan kau berdiam diri di dalam mobil?" Seokjin membuka pintu mobil Jisoo dari arah luar mobil. Jisoo saja sampai kaget, sejak kapan Seokjin sudah ada di luar?
"I-ya." Jawab Jisoo tergagap. Dia pun keluar dan berjalan duluan dengan raut wajah malu. Sedangkan dari belakang Seokjin hanya terkekeh dan merasa gemas akan tingkah canggung Jisoo.
Namun samar-samar Seokjin merasakan sesuatu keluar dari tubuh Jisoo. Aroma batu meteor itu lagi, aroma Yang membuat puncak hasrat dan nafsunya bangkit. Seokjin menggernyitkan dahinya dan mencoba mengendalikan nafsunya.
Jangan sampai dia menyentuh Jisoo lagi jangan sampai. Sepertinya Seokjin harus pulang karena ini sudah sangat malam di tambah lagi kejadian warna pembangkit nafsu itu sudah keluar. Bisa bahya kalau sampai dia bermain. Bruntal lagi.
Seokjin lupa kira-kira kapan dia dan Jisoo bergelut di atas ranjang? Itu sudah Lama sekali. Kalau tidak Salah sebulan Yang lalu dan Seokjin sudah cukup mahir mengendalikan nafsunya. Jangan biarkan latihannya selama ini sia-sia akibat ulah bruntal Jisoo Yang asal menciumnya.
"Seokjin kalau tidak ikut masuk? Aku mau membuatkan kau coklat panas padahal." Seokjin nampam tergagap dan mencoba mundur.
"Tidak Jisoo aku akan pulang saja, ini sudah malam." Mendengar jawaban Seokjin Jisoo malah mengernyitkan alis.
"Kenapa? Kau bahkan hobi menginap di rumahku." Balas Jisoo sengit.
Kepala Seokjin makin berdenyut dan dia meneguk salivanya samar mencoba untuk mengendalikan nafsunya. "Jisoo malam ini berbeda. Kau mendadak mengeluarkan aroma dengam warna pink dam hijau, aku tidak mau menyetubuimu." Mendengar jawaban Seokjin Jisoo sontak membulatkan matanya.
"Aku mencoba menahannya, aku ingin melatih untuk mengendalikan nafsuku jadi aku harus pulang." Dengan cepat Seokjin masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan arena rumah Jisoo.
Gadis itu sendiri masih mematung untuk mencerna perkataan Seokjin barusan dengan semburan merah di pipinya. "Seokjin mencoba menahan nafsunya agar tidak menyentuhku?"
Jisoo Salah menilai Seokjin, dia kira Seokjin hanyalah seorang yang mesum tapi melihat tindakan Seokjin kali ini membuat Jisoo kagum. Berarti selama mereka bersetubu Seokjin hanya melakukannya karena di kendalikan nafsunya.
Jujur saja Jisoo membenci Seokjin itu karena dia suka sekali menggoda, asal mencium dan asal menyentuh tapi malam ini Seokjin menampar pikiran Jisoo Yang mengatakan bahwa dia hanyalan pemuda mesum, nyatanya Seokjin mencoba menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SCENT (JinSoo)
FanficSetiap hari kita tidak lepas dari aroma, aroma adonan kue yang baru keluar open, aroma rumput yang baru saja di potong, aroma buku baru yang ada di toko buku atau perpustakaan, bahkan aroma bau sampah yang baru dibuang. Jisoo, mahasiswa tataboga ata...