"Baiklah coba untuk fokus dan kendalikan warna itu dengan halus. Konsentrasi Jisoo." Suara baritos Seokjin terdengar di setiap penjuru ruangan. Dia tengah mencoba melatih kemampuan Jisoo.
Karena hari ini hari minggu Jisoo senggang dia mememiliki waktu untuk latihan bersama Seokjin.
"Baik." Sedangkan Jisoo mencoba sekuat Yang dia mampu untuk mengendalikan kekuatannya. Susah memang tapi dia harus bisa mengendalikannya, Jisoo tidak bisa berada di dalam rasa takut untuk selamanya, dia harus melawan.
"Bagus Jisoo kau cepat belajar. Sekarang pertahankan itu dan coba ambil warna lain juga." Jisoo mengangguk dan menggerakan tangan kanannya untuk mengambil warna Yang lain agar bisa di campur ke dalam satu titik dan membuat muatan listrik yang lebih besar.
"Akkhh--" Jisoo menjerit karena listrik itu menyengatnya dan Jisoo tidak dapat menahannya lebih Lama lagi.
Bledur
Ledakan terjadi karena Jisoo tidak dapat mengendalikan energi listriknya dan dia terpelanting sampai tersantuk meja. Seokjin dengan cepatnya meresap energi warna itu agar tidak membuat ledakan lagi.
Seokjin lantas menyebarkan warna itu dan tidak mengurungnya didalam tangan agar ledakan bisa di hindari. Setelahnya Seokjin pun dengan cepat berlari ke arah Jisoo Yang meringgis kesakitan.
"Luka bakar? Apa kau tidak apa-apa?" Tanya Seokjin sambil menyentuh tangan Jisoo Yang sedikit melepuh. Seokjin buru-buru menarik tangan Jisoo dan membawanya ke kamar mandi lalu menyiraminya dengan air mengalir.
Seokjin nampak sangat khawatir sedangkan Jisoo mencoba untuk diam membungkam, sebegitu berharganya kah Jisoo untuk hidup Seokjin?
"Sudah cukup aku rasa Seokjin." Jisoo mencoba melepaskan tangannya dari tangan Seokjin tapi Seokjin enggan melepaskannya dan tetap fokus untuk mengelus punggung tangan Jisoo.
"Seokjin sudah cukup aku--"
"Diam!" Ucap Seokjin dingin. Jisoo hanya terdiam saat di bentak seperti itu, baru pertama kali ini Seokjin membentaknya karena selama ini Seokjin kan bucin dengan Jisoo.
"Sudah jangan di lanjutkan lagi latihannya, kau belum sepenuhnya mampu mengendalikan kekuatan itu." Seokjin mengambil kotak P3K di atas lemari dan mendudukan Jisoo pada kuris. Jemari tangan Seokjin Yang hangat pun bersentuhan langsung dengan punggung tangan Jisoo Yang sedikir memar, Seokjin lantas mengsupa pelan setelah mengolesi salep dan membalutkannya dengan perban.
Jisoo lantas menundukan kepala saat Seokjin sudah selesai dan membereskan kotak P3K lalu bibirnya terangkan ingin mengatakan sesuatu. "Maaf membuat kau kau khawatir."
Seokjin tidak menjawab perkataan Jisoo dan hanya merapikan lemari penyimpanan obat. Pria itu lantas berjalan ke arah dapur lalu membersihkan kekacauan di sana. Jisoo lantas menyusul dan ikut membantu membersihkan kekacauan di dapur, Jisoo sangat takut jika Seokjin marah padanya.
"Jisoo tetap duduk, tanganmu masih sakit bukan?" Jisoo lantas menggeleng untuk menjawab pertanyaan Seokjin.
"Duduk atau aku akan benar-benar marah." Jisoo menuruti perkataan Seokjin, jika sudah begini lebih baik dia duduk karena Seokjin sendiri tidak pernah bersikap dingin seperti ini.
"Jisoo, mau pergi kencan denganku?"
****
Jisoo mengiyakan saja permintaan Seokjin padahal sebenarnya dia tidak mau, Jisoo terpaksa agar Seokjin tidak marah padanya lagi dan juga dia ingin menembus rasa bersalahnya karena menghancurkan dapur Seokjin bahkan panci kesayangan pria itu saja kena.
Mereka segera melaju ke arah taman bermain Yang buka di hari minggu begini. Terkadang Jisoo juga butuh bersantai setelah otaknya di peras habis oleh skripsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SCENT (JinSoo)
FanfictionSetiap hari kita tidak lepas dari aroma, aroma adonan kue yang baru keluar open, aroma rumput yang baru saja di potong, aroma buku baru yang ada di toko buku atau perpustakaan, bahkan aroma bau sampah yang baru dibuang. Jisoo, mahasiswa tataboga ata...