Bell istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu namun Aurel tak kunjung pergi ke kantin, meskipun Aida sudah mengajaknya untuk jajan pun ia tak mau.
Aurel diam di kelas dengan sendiri tak ada seorang murid yang lainnya. Karena mereka semua pasti sedang menyerbu kantin.
Entahlah rasanya Aurel hari ini serasa tidak bersemangat setelah mengetahui Aness pindah sekolah.
Aurel mengambil handphone yang ada di tasnya lalu ia membuka Wa dengan segera ia mengirimi pesan kepada Aness, dia butuh penjelasan dari Aness.
Ness ko Lo tiba-tiba pindah gitu sih!! jahat banget tau gak? Lo gak ngasih tau gue sama Aida dulu sih.
Setelah mengirim itu Aurel tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan seseorang dibalik jendela, ya memang tempat duduk Aurel itu dekat jendela jadi ia bisa merasakan betapa kagetnya.
"Lia," panggil seseorang dari balik jendela kelas.
Merasa dirinya di panggil Aurel langsung menoleh ke arah jendela sambil mengerutkan keningnya. "Ada apa manggil namaku?" tanyanya ketus.
"Kamu marah ya sama Kakak?" tanya Adit sambil memasukkan kepalanya ke jendela yang terbuka.
Aurel memainkan handphonenya kembali, menghiraukan ucapan Adit.
Adit yang merasa dirinya dihiraukan langsung berbicara kembali."Kakak tunggu kamu pulang sekolah ada yang mau Kakak sampaikan, di taman belakang sekolah jangan lupa." ujar Adit lalu pergi.
***
Pulang sekolah Aurel langsung berjalan menuju taman belakang untuk menemui Adit.
Sebenarnya tadi Aurel tidak mau pergi ke taman sekolah ini, Namun ia sempat berfikir lagi dan sedikit kepo apa yang ingin Adit sampaikan padanya.
Saat Aurel sudah sampai di taman dia menemukan Adit sedang duduk di kursi yang kemarin yang di duduki Aurel waktu dirinya menangis.
Aurel langsung menghampiri dan ia langsung to the poin. "Mau ngomong apa?" tanya Aurel pada Adit.
Adit langsung menoleh ke arah Aurel. "Akhirnya kamu datang juga Lia, sini duduk dulu!" ujar Adit. Lalu Aurel menuruti perintah Adit.
Sekarang dirinya duduk bersampingan.
"Kamu kenapa nangis waktu itu?" tanya Adit langsung menatap wajah Aurel.
Aurel terdiam. Kenapa Adit bisa tahu dirinya menangis. Lagi pula ia tak mau bilang yang sejujurnya bahwa dirinya cemburu waktu itu kepada Adit bersama cewek lain. Dirinya juga tak pantas mengatakan itu sebab Aurel tau diri. Dirinya bukanlah siapa-siapa Adit.
Adit mendekat dan memeluk Aurel.
Sementara Aurel jantungnya berdegup kencang."Maafin Kak Adit Lia. Jujur, Lia itu udah di anggap seperti pacar Kakak sendiri. Tapi Kak Adit belum bisa memutuskan yang terbaik Lia."
Ada seulas senyum di bibir Aurel saat mendengar perkataan Adit barusan, Namun Aurel menyembunyikan senyuman itu dan kembali ketus.
"Memutuskan yang terbaik? Maksudnya," ucap Aurel sembari melepaskan pelukan Adit.
"Kakak belum bisa ngejelasin, intinya yang harus Lia tau Kakak itu sayang sama Lia. Kakak nggak mau kehilangan Lia," ujar Adit sambil memegang tangan Aurel.
"Sebenarnya Aurel juga sayang sama Kak Adit dari dulu semenjak Aurel kenal Kakak. Tapi Aurel ngga berani ngungkapinnya kalau Aurel itu suka sama Kak Adit." ucap Aurel menunduk malu.
Adit yang mendengar penuturan Aurel pun tersenyum penuh arti.
"Terus," ucap Adit.
"Terus apanya?" tanya Aurel sembari menatap wajah Adit.
"Kamu cantik." jawab Adit. Lalu mengelus puncak kepala Aurel sambil tersenyum.
Aurel tersipu malu. Ia sangat senang bisa melihat senyuman Adit dari dekat karena bagi Aurel senyuman itu adalah sumber dari kebahagiaan dan semangatnya.
"Kakak Anter kamu pulang ya!" ajak Adit. Lalu dengan cepat Aurel mengangguk menyetujui ucapan Adit.
Jika kalian suka part ini silakan pencet tombol bintang nya:)
See you next part.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURELIA
Teen FictionCerita yang mengisahkan tentang seorang Aurelia Almashyra yang sangat mengagumi kakak kelasnya, bukan hanya kagum melainkan juga mulai timbul rasa cinta dan ingin memiliki. Dia terasa dekat namun tak bisa ku raih. Dia hanya menganggap ku sebagai sat...