Dua tahun setelah kejadian menyesakan itu.
Drrrrtt...
Aurel meraih telepon yang ada di atas meja. Lalu ia mengangkat telepon dari seseorang.
"Hallo," Sapa Aurel.
"Rel tugas yang di kasih Pak Agus udah selesai belum?" tanya seseorang dari balik sana.
Aurel berjalan mendekati rak buku dan mencari buku tugas Pak Agus, untuk memastikannya kalau dirinya sudah melesaikan tugasnya.
Namun saat ia ingin mengambil buku itu, buku yang lain ikut terjatuh.
"Buku catatan?" gumam Aurel.
"Hallo, Rel gimana udah belum?" tanya seseorang lagi.
"Eh udah kok Rin, Aku tutup dulu sambungannya ya. Dadah Ririn sayang," ujar Aurel lalu mematikan sambungan teleponnya.
Aurel kemudian mengambil buku catatan itu. Dan membaca setiap tulisannya. Semua tulisan di buku itu hanya tentang Adit.
Flashback On
Saat ini Aurel berada di taman belakang sekolah, bersama dengan Adit. Ya Adit menyuruh Aurel untuk ke taman belakang sekolah, setelah jam pulang.
Aurel menghela napas pasrah. "Kak Adit, ngapain sih suruh aku ke sini, nanti kalau pacar Kakak tau gimana?"
Adit menatap Aurel dengan rasa bersalah. "Kakak minta maaf, Kakak gak ada niatan buat bikin kamu kecewa,"
Aurel tertawa hambar. "Minta maaf buat apa Kak, Aku kecewa? Kecewa kenapa, Aku biasa aja,"
"Kakak tau Rel, kamu suka kan sama Kakak. Seharusnya kamu bilang dari awal Rel,"
Aurel mengerutkan kening. "Bilang? Kakak waktu itu juga pernah bilang ke aku bahwa Kakak suka sama aku, tapi Kakak bilang ke aku belum bisa nentuin yang terbaik, dan sampai pada akhirnya Kakak lebih milih Kak Nindi jadi yang terbaik buat Kakak, dan satu lagi apa pantas seorang cewek nyatain perasaannya duluan ke cowok, menurutku sih enggak Kak!! Dan seharusnya si cowok itu peka, mana ada sih cewek yang gak suka kalau setiap harinya si cewek selalu di beri perhatian, selalu bikin dirinya nyaman, sampai kayak ngasih harapan gitu," jelas Aurel. Tanpa sadar air matanya lolos begitu saja.
Adit mengusap air mata di pipi Aurel. "Berarti benar yang di bilangin Niko, kalau Aurel suka sama Kakak?"
Aurel menepis tangan Adit. "Udah lah Kak, percuma. Kalaupun Kakak tau, Aku suka sama Kakak, semuanya gak akan berubah. Kakak sekarang udah jadi milik Kak Nindi, dan aku sadar diri kok Kak, Aku gak bakal pantas sama Kakak, Dan lebih baik Kakak pergi dari kehidupan Aurel,"
Adit menatap Aurel dalam. "Kakak tau Lia, tapi kenapa Kakak harus pergi dari Lia. Kakak janji, Kakak bakal jagain kamu seperti adik Kakak sendiri,"
Aurel tersenyum sinis. "Gak usah so peduli sama Aurel, gak usah dekat-dekat Aurel, gak usah nyariin Aurel lagi," ujar Aurel mencoba tegar, "Dan gak usah so mau ngejagain Aurel. Aurel mau Kakak terus jagain Kak Nindi dan jangan sampai buat Kak Nindi sakit hati, apalagi sampai nangis gara-gara Kakak. Satu lagi Aurel do'ain semoga Kakak sama Kak Nindi bahagia selalu, Aurel pamit." ucap Aurel lalu pergi meninggalkan Adit di taman.
Flashback Off
Sekilas bayangan itu terlintas di pikiran Aurel. Aurel tersenyum kecut saat mengingat semuanya.
Ia tak habis pikir, kisah cintanya akan berakhir seperti ini. Dulu ia pernah bermimpi akan menikah dengan seorang Adit lalu bahagia, tapi nyatanya semua hanyalah angan-angan yang tak mungkin terjadi.
Aurel membuka lembaran baru di buku catatan. Lalu ia mengambil bolpoin, ia ingin menuliskan sesuatu di lembaran baru itu. Tangannya mulai bergerak menulis, kata demi kata mulai terangkai.
Untukmu seseorang yang pernah hadir.
Harus ku akui,
Sosokmu pernah begitu ku cintai, kehadiranmu pun masih selalu ku nanti, tetapi tidak bisa ku pungkiri. Aku menyerah dalam perjuangan ini, sebab luka hati tidak lagi mampu ku tahan sendiri.Jika ku ingat kembali ke masa silam, aku tidak pernah berhenti berjuang.
Begitu banyak hal yang telah ku korbankan, termasuk juga beragam kebodohan yang pernah ku lakukan.
Memang benar, tidak sepantasnya ku katakan demikian, terlebih lagi jika yang saat ini ku rasakan adalah kepingan penyesalan.
Sebab siapapun akan membandingkannya dengan makna dari ketulusan. Namun luka yang kau berikan hanya terus menuai kepiluan.Kau takkan pernah tau keadaan hatiku kini seperti apa jadinya, lebih dari sekedar patah, hancur, bahkan tak ada lagi bagian yang jelas menyimpan nama yang dulu pernah ada.
Entah itu cinta, rindu, benci atau yang lainnya, terlalu semu untuk ku rasa.
Mencintaimu, menyayangimu, merindukanmu itu semua tidak pantas ku sesalkan, sebab segalanya bukanlah sebuah kesalahan.Aku menyesal, karena pernah melakukan begitu banyak kebodohan. Mencari tahu segala tentangmu diam-diam. Berusaha untuk masuk ke dalam duniamu dengan beragam cara dan alasan, mengorbankan banyak hal hanya agar bisa menjadi sosok yang kau harapkan, bahkan juga bersikeras untuk tetap bertahan dalam keadaan yang sudah jelas begitu menyedihkan.
Salahku, tanpa sengaja aku pernah meninggikan mimpi, harapan, juga khayalan, termasuk balasan cinta dan tempat di hatimu yang sempat ku dambakan. Kini derai air mata sudah mulai berkurang, sebab yang tersisa hanyalah besarnya rasa penyesalan.
~ Aurelia Almashyra
Kisah cintanya akan ia kenang sampai nanti, kisah cinta yang begitu susah untuk di lupakan untuk Aurel. Semoga dirinya bisa menemukan sosok laki-laki yang jauh lebih baik dari Adit, dan sosok laki-laki yang akan menyayanginya juga.
––SELESAI––
Cerita ini mengajarkan tentang betapa pentingnya tidak terlalu berharap berlebihan kepada seseorang, karena berharap kepada seseorang akan berakhir dengan rasa kekecewaan.
Dan satu lagi selalu ingat pesan Niko.
Jangan pernah ninggalin yang sayang demi orang yang kamu suka. Karena suka itu sementara, dia datang di saat kamu merasa sepi, tapi kalau sayang dia akan selalu ada saat kamu butuhin, di saat kamu sepi, di saat kamu ngerasa apapun. Intinya jangan sia-siakan orang yang tulus cinta dan sayang sama kamu. Karena orang yang seperti itu susah untuk di cari lagi.
Babay semua, terimakasih yang udah mau baca cerita Aurelia ini.❤️
Sampai jumpa di cerita baruku🌹

KAMU SEDANG MEMBACA
AURELIA
Novela JuvenilCerita yang mengisahkan tentang seorang Aurelia Almashyra yang sangat mengagumi kakak kelasnya, bukan hanya kagum melainkan juga mulai timbul rasa cinta dan ingin memiliki. Dia terasa dekat namun tak bisa ku raih. Dia hanya menganggap ku sebagai sat...