Suasana kantin masih terlihat ramai, Ada yang masih menyantap makanannya, berbincang-bincang bahkan ada yang baru memesan.
Aurel terlihat bingung mencari tempat duduk yang kosong. Namun tak ada, semuanya sudah terisi penuh.
Aurel menengok ke arah Niko. "Mau makan di mana kak? Tempatnya penuh,"
Niko tersenyum. Ia menarik pergelangan tangan Aurel dan berjalan ke arah tempat duduk yang berada di pojok kanan kantin. Tempat itu di tempati oleh dua orang perempuan.
Aurel menggeleng. Ia tak mau, tapi Niko memaksanya.
Dua perempuan itu menoleh ketika menyadari kedatangan Niko di tempatnya. "Boleh gabung di sini? Soalnya tempat yang lain sudah penuh,"
Dua perempuan itu sedikit heran tak biasanya seorang Niko mau bergabung dengan seorang perempuan.
"Hmm boleh deh Kak," ujar salah satu dari mereka.
Niko menarik Aurel dari belakang punggungnya. Sejak tadi ia mengumpat di balik punggung Niko.
"Ayo duduk dulu Rel! Nanti biar Kakak yang pesenin makanan buat kamu. Kakak tinggal dulu ya," ujar Niko meninggalkan mereka bertiga.
Aurel diam. Ia masih berdiri mematung.
Sedangkan kedua perempuan itu sedikit terbelak.
"Aurel, kok lo bisa bareng Kak Niko?" tanya Risa tak percaya.
"Wajar lah Ris, Kak Niko kan emang suka sama Aurel dari dulu. Tapi Aurel gak peka aja," ucap Aida terlihat biasa saja. Ia kembali memakan mienya.
Aurel tersenyum canggung. "Hm iya, boleh duduk?" tanya Aurel.
"Boleh kok Rel, duduk aja," ujar Risa.
"Makasih Ris, Ai," ucap Aurel kemudian ia duduk berhadapan dengan Aida.
Hening. Tak ada suara lagi dari mereka bertiga. Mereka sibuk dengan kegiatan mengunyah makanan masing-masing. Tapi tidak dengan Aurel ia masih duduk terdiam, melamun lebih tepatnya. Entah pikirannya kemana.
Niko datang membawa dua piring di tangannya. Ia letakkan di meja Aurel. "Maaf ya lama, ayo di makan baksonya!" ucap Niko lalu menyodorkan satu mangkuk bakso kepada Aurel.
"Rel kok lo ngelamun sih, itu baksonya," ujar Risa yang sadar bahwa Aurel sedang melamun. Tak menyahuti ucapan Niko.
"Eh ... Iya maaf," ujar Aurel lalu mengambil mangkuk baksonya.
"Kenapa sih kamu Rel?" tanya Niko sembari mengunyah baksonya.
"Nggak papa Kak. Kan tadi aku udah bilang cuma lagi males aja,"
"Hm pokoknya baksonya harus habis, mubajir nantinya," ujar Niko.
"Iya Kak bawel banget sih." ucap Aurel lalu memakan baksonya.
Sedangkan Aida ia sudah selesai menyantap makanannya.
"Ris ayo ke kelas!" ajak Aida kepada Risa.
Risa menoleh ke arah Aida. "Ayo Ai. Rel, Kak kita duluan ya," ujar Risa pamit kepada Aurel dan Niko. Kemudian mereka pergi.
Niko mengerenyitkan kening. "Gak biasanya Aida gak ngajak kamu. Lagi ada masalah ya?" tanya Niko penasaran.
Aurel masih mengunyah baksonya. "Nggak kok, Aida cuma akhir-akhir ini bareng Risa terus karena pacar mereka satu kelas," terangnya.
"Oh gitu. Tapi sampai segitunya ya gak ngajak kamu,"
"Mungkin aku jadi penganggu buat mereka,"
"Kalau sama Adit gimana, udah jadian?" tanya Niko membuat Aurel tersedak.
Niko menyodorkan Air minum kepada Aurel. "Hati-hati dong makannya Rel,"
"Iya Kak. Udah ya Aurel mau balik ke kelas dulu," ujar Aurel lalu beranjak berdiri. "Oh iya ini Kak uang buat bayar bakso sama minumnya," ujar Aurel mengeluarkan uang 10 ribu dari dalam saku bajunya.
Niko menolak uang itu. "Gak usah biar Kakak aja yang bayar,"
"Makasih Kak." ucap Aurel lalu beranjak pergi.
Ketika Aurel melewati koridor. Ia berpapasan dengan Adit. Aurel sempat menatap Adit namun tatapannya segera ia alihkan, ketika Adit juga menatapnya. Lalu ia kembali berjalan namun tangan Aurel di cekal oleh Adit.
"Lia!"
Aurel menoleh. "Iya Kak," ujar Aurel dengan senyumnya.
"Gapapa, kamu manis," ujar Adit melepaskan cekalannya lalu mencubit pipi Aurel gemas.
Pipi Aurel seketika menjadi merah merona. Ia senang sekaligus malu.
"Cie pipinya merah tuh," goda Adit.
Aurel langsung memalingkan wajahnya. Ia harus menyembunyikan rasa malunya. "Apaan sih Kak, jangan gombal. Aurel mau ke kelas bentar lagi masuk kan,"
"Bentar Lia, jangan pergi dulu!" ujar Adit.
"Kenapa Kak?"
"Jangan pernah nangisin orang yang udah gak peduli lagi sama kamu, oke,"
"Maksud Kakak? Aku gak pernah nangis kok,"
"Gausah ngelak, Kakak tau Lia,"
"Tau apa?"
"Tau bahwa Aurelia Almashyra adalah pri kecilnya Kakak yang cantik selamanya," ujar Adit lalu mencolek hidung dengan jari telunjuknya.
Dalam hati Aurel sudah teriak kegirangan. Hatinya sudah di penuhi kupu-kupu berterbangan di dalamnya, ketika Adit mengucapkan itu Aurel langsung kabur dari hadapan Adit.
"Kak Adit, Raja gombal." Di sela-sela Aurel berlari. Dan itu membuat Adit terkekeh sendiri melihatnya.
"Semoga aku bisa memilih yang terbaik dari kalian." Batin Adit.
Jangan lupa vote nya ya:)

KAMU SEDANG MEMBACA
AURELIA
Teen FictionCerita yang mengisahkan tentang seorang Aurelia Almashyra yang sangat mengagumi kakak kelasnya, bukan hanya kagum melainkan juga mulai timbul rasa cinta dan ingin memiliki. Dia terasa dekat namun tak bisa ku raih. Dia hanya menganggap ku sebagai sat...