39). Kamu pantas bahagia

77 2 0
                                    

Aurel memasuki rumah dengan mata yang sembab.

Marina yang menyadari itu langsung menghampiri putrinya. "Sayang mata kamu kenapa, habis nangis ya?" tanya Marina khawatir putrinya kenapa-napa.

Aurel mencoba tersenyum. "Nggak ada apa-apa kok Ma, cuma tadi Aurel ketemu anak kecil ngemis di jalanan, Aurel gak tega ngeliat anak kecil itu terus nangis deh," Alibinya.

"Alhamdulillah kalau kamu gak papa," ucap Marina.

"Ayo makan dulu sama Mama, Rel!" Ajak Marina merangkul pundak Aurel.

"Mama dulu aja, Aurel udah makan kok tadi. Aurel mau ke kamar dulu ya Ma," Aurel berjalan menuju kamarnya.

Saat di dalam kamar, Aurel segera merebahkan tubuhnya ke kasur, ia mengambil bantal guling lalu memeluknya. Air mata Aurel lolos kembali saat mengingat kejadian di Kafe, hatinya masih terasa sakit. Ia masih tak menyangka bahwa Adit akan menyakitinya seperti ini.

Seharusnya dari awal ia tak usah menaruh harapan terlalu tinggi untuk Adit, dan seharusnya ia juga tau diri kalau Adit bukan untuknya melainkan orang lain.

Dirinya benar-benar bodoh telah jatuh hati pada seseorang yang tak tepat. Sampai rela melakukan apapun demi mendapatkan Adit. Andai dirinya bisa mengulang kembali waktu, dirinya tak ingin mengenal Adit selamanya.

Handphone Aurel berdering. Ia mengambil handphone di dalam tasnya lalu mengangkat telepon dari seseorang.

"Hallo?" ucap seseorang dari sebrang sana.

"...." Aurel masih terdiam tak menjawab.

"Hallo Rel, kamu gak papa kan? Kakak dapet kabar dari Aldi, katanya kamu nangis ya di kafe gara-gara ngeliat Adit sama Nindi."

"..." Aurel masih tak mengatakan apa-apa.

"Rel jawab dong, Kakak khawatir sama kamu. Kakak ke rumah ya,"

Aurel langsung mematikan sambungan dari Niko. Saat ini ia sedang tak ingin membahas soal Adit.
Walaupun ia membahas pun percuma, karena Adit sudah menjadi milik Nindi.

Pintu kamar Aurel terbuka menampakkan seorang Mama.

"Aurel ada teman kamu datang," ujar Marina di dekat pintu.

"Suruh pulang aja Ma, Aurel gak mau ketemu siapa-siapa dulu, Aurel lagi males," ujar Aurel di balik bantal guling. Ia menutupi mukanya dengan bantal, agar mata yang sembabnya tak terlihat oleh Marina.

"Sayang, gak boleh gitu. Kalau ada orang yang main, temuin dong," ujar Marina.

"Hm, nanti Aurel keluar," ucapnya pasrah.

"Yaudah nanti kamu langsung temui teman kamu aja di ruang tamu," ujar Marina lalu pergi dari kamar Aurel.

Aurel bangun dari tempat tidur, dan ia memakai bedak terlebih dahulu untuk menutupi mukanya yang terlihat memerah. Kemudian Aurel keluar kamar dan berjalan menuju ruang tamu.

Aurel terkejut saat mendapati Niko di ruang tamu, ternyata ia benar-benar akan ke rumah.

Aurel menghampiri Niko. "Mau apa Kak?" tanya Aurel lalu duduk di sebelah Niko.

Niko terlihat senang melihat Aurel. "Rel kamu gak papa kan?"

"Aku gak papa,"

"Bener? Kata Aldi kamu nangis di Cafe, mangkanya Aldi nyuruh Kakak ke sini," ujar Niko khawatir.

"Ngapain Aldi suruh Kak Niko ke sini? Aku baik-baik aja kok," ujar Aurel.

Niko tahu bahwa Aurel kenapa-napa terlihat dari matanya yang seperti habis menangis.

"Karena Aldi tau bahwa sekarang kamu sedang membutuhkan teman untuk bercerita, mangkanya dia nyuruh Kakak ke sini, Aldi juga khawatir sama keadaan kamu, dia baik ya," ujar Niko tersenyum.

Aurel diam. Tak menjawab.

"Rel, Kakak tau kamu pasti kecewa banget sama Adit, apalagi saat tahu Adit menyatakan cinta sama cewek lain," ujar Niko menatap Aurel, "Kakak harap kamu jangan nangisin cowok itu lagi ya, Kakak gak mau air mata kamu jatuh percuma gitu aja Rel," ucap Niko.

"Aku cuma gak nyangka aja Kak, Kak Adit bisa gitu sama aku, apa selama ini aku cuma di jadikan pelampiasan aja, di saat pemeran utama tidak ada," ujar Aurel menatap Niko.

Niko tak tega melihat Aurel sesakit ini. "Bukan Rel, kamu bukan pelampiasan kok, Kakak yakin orang yang akan menyia-nyiakan kamu pasti bakal nyesel di kemudian hari. Secara kamu kan baik Rel, banyak kok yang masih sayang sama kamu,"

"Hmm," ujar Aurel pasrah.

"Mangkanya jangan cepet jatuh cinta sama orang," ujar Niko mencubit pipi Aurel.

Aurel cemberut. "Apaan sih Kak, sakit tau,"

Adit menyengir kuda. "Hehe iya maaf, senyum dong,"

"Gak,"

"Ayolah Rel, kamu tuh harus bangkit, gak boleh sedih-sedih lagi, ayo senyumnya mana," rayu Niko agar Aurel tersenyum.

Aurel tersenyum paksa.

"Jangan kepaksa gitu dong, harus ikhlas biar makin cantik,"

Aurel menurut. Ia tersenyum manis.

"Nah gitu dong kan cantik," goda Niko.

"Kakak harap, kamu akan selalu tersenyum seperti ini Rel, Kakak gak mau liat kamu nangis lagi, Kakak ingin liat kamu bahagia." ujar Niko dalam hati, lalu mengelus puncak kepala Aurel.

Yipiii part menuju ending, kira-kira endingnya Sad atau Happy, hayo tebak!

AURELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang