31). Putus

95 11 48
                                    

"Aurel!"

Aurel menoleh ke belakang saat namanya merasa di panggil oleh seseorang.

Aurel mendapati Aida bersama Kakak kelasnya. Tepatnya kelas sebelas Tsm.
Perempuan itu berjalan menghampiri Aurel.

"Tunggu-tunggu kamu ngapain sama Kak Faldin. Apa kalian berdua pacaran?" tanya Aurel kepada Aida. Lalu matanya melirik sekilas ke arah Faldin.

"Iya Rel, gue sama Kak Faldin udah pacaran," ujar Aida sambil tersenyum.

"Mimpi gak sih Aku, seorang Aida yang tomboi, jutek punya pacar," ujar Aurel sambil menepuk pipinya pelan.

Aida langsung mencubit pipi Aurel, "Sembarangan lo, ini gak mimpi tau. Ya kan Kak Faldin," ujar Aida menatap Faldin.

Faldin yang tadi hanya diam memperhatikan mereka pun akhirnya ikut bicara. "Iya gue sama Aida emang pacaran," terang Faldin.

"Selamat ya buat kalian, langgeng terus," ujar Aurel. "Ya udah, Aku pulang duluan ya bay."

***

Aurel, gadis itu kini sedang duduk di tepi kasurnya, sambil memandang boneka pemberian dari Aldi.

Sejak tadi Aurel memikirkan hubungannya dengan Aldi.

Aurel bingung apakah ia harus memutuskan Aldi atau tidak.
Aurel tidak mau terus menerus berbohong dengan perasaannya kepada Aldi. Meskipun nantinya ia akan menyakiti hati Aldi dengan sebuah kejujuran menyakitkan.

Tapi Aurel harus bilang secepatnya, kenyataannya bahwa perasaan Aurel bukan untuk Aldi melainkan untuk orang lain.

Aurel, gadis itu lalu mengambil handphone yang ada di nakasnya.
Dengan cepat Aurel langsung mengirimi pesan kepada Aldi.

Al, boleh ketemu hari ini?

Aurel menunggu jawaban dari Aldi, setelah beberapa detik akhirnya Aldi membalasnya.

Cie kangen ya.
Maunya dimana?
Aku jemput ya.


Saat mendapat balasan itu Aurel semakin merasa bersalah kepada Aldi. Tapi ia harus mengungkapkannya segera sebelum Aldi semakin mencintainya.

Di taman anggrek, gak usah jemput lagian taman itu kan deket sama rumah ku. Jadi bisa jalan kaki.

Oke bep tunggu ya.
Aku siap-siap.

****

Aurel kini sudah sampai dan duduk di kursi taman seraya menunggu kedatangan Aldi.

3 menit kemudian akhirnya Aldi datang dan langsung menghampiri Aurel.

Aldi duduk di sebelah Aurel sambil menyodorkan sebuah bunga mawar yang ia beli di jalan kepada Aurel.

"Cantik ya bunganya, sama kaya pacar aku yang cantik," ucap Aldi seraya tersenyum manis kepada Aurel.

Aurel hanya mengangguk, dan lagi-lagi bayangan rasa bersalah menghampirinya.

"Kok cuma ngangguk sih, gak suka ya bunganya?" tanya Aldi.

Aurel tersenyum kikuk. "Su .. suka kok Al bagus banget malah makasih ya,"

"Mau apa ngajak ketemu, kangen ya," ujar Aldi seraya mencubit gemas pipi Aurel.

Aurel termenung sejenak. "Al kamu cinta aku?" tanya Aurel sambil menatap wajah Aldi.

"Kalau masalah cinta, jangan di tanya lagi Rel. Aku cinta kamu banget," ujar Aldi. "Kok kamu tiba-tiba nanya gitu sih. Kamu ragu ya sama cinta Aku ke kamu?"

"Aku gak pernah ngeraguin rasa cinta kamu ke aku. Aku tahu kamu sangat mencintai ku. Tapi Al lebih baik kamu stop mencintai ku secara berlebihan," ujar Aurel lalu menunduk.

"Kenapa? Kamu kan pacar aku jadi wajar dong aku mencintai kamu, emang cinta aku ke kamu bikin kamu risih ya. Jawab Rel," ucap Aldi.

Aurel tak berani menghadap Aldi ia tetap menunduk. "Sebenarnya Aku gak pernah cinta sama kamu semenjak kita jadian. Aku sudah lebih dulu cinta sama orang lain sebelum aku kenal kamu. Kamu pasti berpikir kenapa aku nerima kamu waktu itu sedangkan aku mencintai orang lain. Aku pikir setelah aku jadian sama kamu aku bakal ngelupain dia dan bisa cinta sama kamu sepenuhnya. Tapi nyatanya aku enggak bisa ngelupain dia dan rasa cintaku masih ada buat dia. Aku harap kamu mengerti." terang Aurel. Dan tak sengaja air mata nya ikut jatuh setelah mengucapkan hal itu.

Aldi tak menyangka dengan ucapan Aurel barusan. Ia pikir selama ini Aurel juga mencintainya, ternyata Aldi salah. Aurel tak pernah mencintainya.

Aldi menghapus air mata Aurel dengan tangannya, "Terimakasih Rel, terimakasih karena pernah mencoba untuk mencintaiku. Terimakasih karena pernah membuat hari ku menjadi berwarna, Terimakasih karena pernah membuatku nyaman. Terimakasih," ujar Aldi seraya menahan sesak di dadanya.

Aurel menatap Aldi dengan sendu. Dengan segera Aurel langsung memeluk Aldi untuk terakhir kalinya.

"Maafin Aurel Al, Aurel udah nyakitin hati Aldi. Tapi Aurel juga gak mau terus menerus bohongin perasaan Aurel ke Aldi. Makasih juga buat semua perhatian yang Aldi berikan untuk Aurel. Aurel sayang Aldi sebagai sahabat," ucap Aurel terisak.

Aldi mengelus punggung Aurel, "Iya mungkin ini takdir. Takdir bahwa kita tidak akan bisa bersatu selamanya. Aku harap kamu bahagia ya Rel dengan pilihan kamu, Aku akan suport kamu,"

"Makasih ya Al. Aldi emang baik, semoga Aldi bisa dapat pengganti yang lebih baik dari Aurel. Yang sayang tulus sama Aldi bukan kaya Aurel yang hanya membohongi Perasaan," ucap Aurel lalu melepaskan pelukannya pada Aldi.

Aldi hanya bergumam saja.

"Tapi Aldi mau kan jadi sahabat Aurel," ujar Aurel. Lalu di balas anggukan senyuman oleh Aldi.

Melepaskan walau itu menyakitkan, mengikhlaskan walau itu tidak mudah. Karena mempertahankan pun percuma, sebab dia tak pernah memiliki rasa yang sama. Semoga kau bahagia Rel.

Gimana part ini?
Nyesek kagak sih?

Yaudah deh see you next part ❤️

AURELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang