Sudah satu minggu hubungan Aurel dan Aida sedikit merenggang. Aurel pun kini sudah tahu penyebab Aida yang tiba-tiba berubah seperti itu.
Ini semua karena Risa juga mempunyai seorang pacar, yang ternyata adalah teman dari Faldin. Mangkanya Aida dan Risa akhir-akhir ini selalu bersama.
Aurel hanya bisa memaklumi saja, namun dirinya juga tak bisa seperti ini dengan Aida.Belum lama ia kehilangan Aness, dan sekarang ia akan kehilangan Aida lagi.
Aurel menghampiri meja Risa dan Aida, ia langsung menduduki kursi yang ada di depan mejanya.
"Hay boleh gabung," ujar Aurel dengan senyumannya.
"Boleh Rel," kata Risa.
"Makasih. Kalian lagi bahas apa nih? Kayaknya dari tadi gue perhatiin, asik bener ngobrolnya," ujar Aurel
"Iya nih Rel, tuh Aida kan kemarin jalan bareng sama Kak Faldin. Terus di tengah jalan katanya bannya bocor, Alhasil nih ya si Aida dorong tuh motor, kasian banget kan. Baru jadian udah dorong motor aja," terang Risa heboh.
"Risa! Jangan kasih tau sama yang lain, malu tau," ujar Aida sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Oh ya. Soswet dong kalau kaya gitu. Kapan lagi coba dorong motor sama orang yang di sayang. Iya kan?" Nyesek. Satu kata itu yang mewakili perasaan Aurel saat ini. Tapi ia mencoba untuk biasa-biasa saja.
"Betul, gue setuju nih sama Aurel. Lagian kenapa malu sih Ai?"
"Gimana gak malu coba, di setiap jalan gue sama Kak Faldin di liatin orang,"
"Mungkin mereka iri sama kamu Da mangkanya mereka ngeliatin," ucap Aurel.
"Apa mungkin ya?"
"Iya iya lah Aida sayang," ujar Risa sambil memeluk Aida.
"Hmmm," gumam Aurel. "Da kamu pindah duduk selamanya sama Risa?"
"Sepertinya iya deh Rel. Ohh iya Rel, lo jangan marah sama Risa ya, kalau gue akhir-akhir ini sama Risa," ucap Aida menatap Aurel. Berharap Aurel mengerti.
Aurel tersenyum sinis. "Iya santai aja, aku gak bakal marah kok. Mungkin aku belum bisa jadi teman yang baik aja buat kamu. Ya udah aku balik ke tempat duduk aku dulu ya." ujar Aurel beranjak berdiri dan berjalan ke tempat duduknya.
Aurel duduk. Namun matanya tetap memperhatikan Aida dan Risa. Ada rasa kecewa, tapi ia pendam sendiri. Andai Aness ada di sini, mungkin persahabatannya gak akan seperti ini.
Ia merindukan awal-awal pertemanannya dengan Aida dan Aness. Pertemanan yang sangat membuat dirinya bahagia. Karena memiliki mereka berdua, tapi nyatanya sekarang tak ada lagi bahagia. Semuanya hilang begitu saja, ia juga harus menerima kenyataan ini.
***
Bell istirahat sudah berdering nyaring seantero kelas, membuat semua siswa-siswi Nusantara bersorak riang.
Bagaimana tidak? Sejak tadi perut mereka sudah di demo oleh cacing-cacing di dalam.Namun berbeda dengan Aurel, ia sedari tadi hanya menggelamkan wajahnya di tangan. Saat jam pelajaran berlangsung pun ia tak memperhatikan. Dirinya tak bersemangat hari ini. Kalau biasanya Aida akan mengajaknya ke kantin, tapi tidak dengan belakangan ini. Aida bahkan ke kantin hanya dengan Risa. Teman lainnya pun menghiraukan Aurel. Miris sekali pertemanannya.
"Lah, Aurel kok gak ke kantin?" tanya Niko dari balik jendela kelas yang sengaja di buka.
Aurel menengok ke jendela. "Kak Niko. Ngapain di situ?"
"Tadinya sih cuma lewat kelas sini, terus nggak sengaja liat kamu," ujar Niko. "Kamu gak ke kantin?"
"Nggak Kak males,"
"Males apa gak punya duit, nanti Kakak tlaktir deh," ujar Niko meledek.
"Beneran males kak, duit mah ada kok nih, tuh liat," ucap Aurel sembari mengeluarkan uang 20 ribu di dalam saku bajunya.
"Kalau gitu ayo jajan, nanti sakit."
"Gak mau, masa gak jajan aja bisa sakit sih?"
"Iya bisa dong, karena tubuh kita butuh asupan makanan," ujar Niko. "Kalau gak mau Kakak masuk nih ya, mau seret kamu biar gak males-malesan lagi. Gimana mau Kakak seret atau jalan sendiri ke kantin?"
Aurel yang mendengar itu jengah sendiri. Mau nolak nanti di seret. Ia tak punya pilihan lain, dengan malas Aurel berjalan keluar kelas dan menghampiri Niko.
"Nah gitu dong, Ayo kita ke kantin," ajak Niko.
"Tapi Kak, Aurel gak mau makan apa-apa,"
"Iya setidaknya minum air putih kek,"
"Tapi—,"
Sebelum Aurel melanjutkan pembicaraan nya namun Niko dengan cepat bilang. "Gak ada tapi-tapian ngerti."
Aurel pasrah. Akhirnya ia mengikuti perintah Niko Kakak kelas sekaligus sahabatnya.
Bersambung...
Jangan lupa vote dan komennya ya, oke 👌
See you next part 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
AURELIA
Teen FictionCerita yang mengisahkan tentang seorang Aurelia Almashyra yang sangat mengagumi kakak kelasnya, bukan hanya kagum melainkan juga mulai timbul rasa cinta dan ingin memiliki. Dia terasa dekat namun tak bisa ku raih. Dia hanya menganggap ku sebagai sat...