Dua belas tahun telah terlewati. Semua kehidupan nyaris berubah. Gedung-gedung tinggi yang dulunya menjulang mencakar langit itu kini semakin terlihat futuristik. Jalan-jalan persimpangan semakin banyak. Pengendara mobil tetap berlalu lalang, ditambah dengan banyaknya pengendara sepeda maupun pejalan kaki yang kian meramaikan jalanan yang semakin meluas itu.
Si pria tua itu menarik nafasnya panjang, panjang sekali. Seolah dengan begitu maka paru-parunya akan mendapat banyak sekali udara segar yang sudah dua belas tahun ini tak dapat ia hirup dengan bebas.
Matanya berkaca-kaca. Ada rasa haru dan juga bahagia di satu waktu. Senyumnya mengembang kala netranya menangkap sesosok yang dulu pernah ia anggap tak akan mungkin dapat ia lihat kembali.
"Selamat datang kembali, Papa."
Si pria tua menghambur ke dalam pelukan sosok tersebut yang sudah lima belas menit lamanya menunggu dengan menduduki kap mobilnya.
"Ayo kita pulang, banyak sekali yang sudah menunggumu." Si pria tua mengangguk. Langkahnya yang sudah sedikit tertatih dituntun untuk berjalan memasuki mobil.
.
.
."Apa kuenya sudah siap?" Wanita tua itu bertanya pada satu-satunya wanita di sana. Yang ditanya mengangguk lalu mengangkat kue dari meja dapur untuk dibawa ke ruang tengah.
"Oma, aku mau kuenya, aku mau!" Gadis kecil berusia lima tahun itu melompat-lompat kecil di sisi meja. Tangannya yang mungil hendak meraih kue berhiaskan buah-buahan itu sebelum tangan yang lebih besar menahannya.
"Delisha, jangan begitu, tidak sopan!"
Si gadis kecil mencebikkan bibirnya lalu berjalan mengitari meja untuk sampai pada wanita yang ia panggil oma.
"Oma, Bunda jahat. Deli 'kan mau kuenya," adunya pada sang oma.
Si wanita tua itu hanya tertawa kecil lalu mengusap rambut halus sang cucu.
"Nanti dulu, ya. Tunggu opa datang."
"Opa? Deli punya opa?"
"Tentu, 'kan Bunda sama ayah sudah pernah kasih tahu Deli fotonya opa," jawab Karina cepat.
Karina Arumi, wanita yang dulunya sangat berikukuh untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang model yang berakhir hanya menjadi seorang ibu rumah tangga karena berbagai alasan itu adalah istri dari Gavin Rasean Abdullah atau yang 25 tahun yang lalu secara resmi mengganti namanya menjadi Gavin Sanjaya. Mereka menikah sejak enam tahun lalu. Atas penikahan itu mereka dikaruniai seorang anak perempuan cantik bernama Delisha Yasmin yang kini sudah menginjak usia 5 tahun.
"Apa yang kau pikirkan?" Tari mengusap pelan punggung sang suami saat didapatinya pria itu hanya duduk termenung di halaman belakang.
"Aku tak yakin aku bisa melakukannya." Tari tersenyum lembut. Ia meraih tangan yang sama keriputnya itu untuk digenggam. Menghantarkan kehangatan dan keyakinan akan apa yang tengah membuat pria itu ragu dan gelisah.
"Kita sudah membahas hal ini berulang kali. Gavin dan Joan sudah bisa memaafkannya. Ibu Sinta juga sudah baik sekali pada kita. Kau lihat sendiri bukan, bagaimana penyesalannya?"
Sigit menghembuskan nafas gusar. Sejenak memejamkan mata untuk meyakinkan hatinya sendiri akan langkah yang harus ia ambil. Sejenak, setelah pikirannya terasa sedikit lebih dingin, suara cempreng gadis kecil itu menarik perhatiannya.
"Kakek!" Gadis itu berlari dengan dua tangan terulur meminta untuk digapai.
"HAP! kena kau gadis kecil!" Digendongnya tubuh mungil itu disertai dengan serangan kecupan kupu-kupu yang bertubi-tubi membuat si kecil memekik geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ END ] J O A N D R A®
FanfictionRemaja tanggung tak tahu apa salahnya yang ia tahu ibunya berkata bahwa dia adalah harta keluarga. Mengapa ayahnya selalu bersikap kasar setelah kepergian sang kakak pun ia tak tahu apa sebabnya. Yang ia yakini hingga saat ini hanyalah ayahnya akan...