Sigit kembali ke ruang rawat Ririn, ia heran saat tak mendapati putri kecilnya itu di ranjangnya. Ia hendak berbalik keluar, mungkin saja putrinya itu tengah berjalan-jalan di taman bersama sang ibu. Tapi, pergerakannya terhenti saat mendengar suara isakan dari balik tirai yang memisah ranjang putrinya dengan bilik di sampingnya.
Ia juga melihat sebuah bayangan pada tembok, mungkin saja ada pasien yang baru masuk dan menempati ruangan itu bersama sang putri. Ia tak mau ambil pusing, ia segera keluar ruangan dan mendapati sang istri yang baru kembali entah dari mana, tapi yang membuatnya heran adalah, Tari kembali seorang diri. Lalu, di mana putrinya?
"Kau dari mana saja, di mana Ririn? Dia tidak ada di kamarnya." Tari tak menjawab, ia hanya melempar tatapan yang tak Sigit mengerti.
Semakin penasaran, Sigit mengikuti langkah kaki sang istri untuk kembali memasuki ruang rawat sang putri. Pria itu menjadi berkali lipat lebih penasaran karana Tari yang berjalan melewati tempat tidur sang putri dan menuju ranjang di balik tirai itu.
"Ibu, kapan kak Jo bangun? Lin bosan, ingin main. Kak Ian pelgi dan kak Jo tidul telus." Sigit sedikit terkejut saat mendapati tubuh Joan terbujur di atas tempat tidur dengan punggung tangan yang berhias selang infus. Namun dengan segera ia memasang wajah tak acuhnya kembali.
"Ada apa dengan anak ini? Apa dia tak tahu biaya rumah sakit mahal?" Tari menatap kedua mata sang suami nyalang, tapi sekuat tenaga ia menekan emosinya agar tak meledak.
Begitu pun dengan Rania yang masih betah berdiri di samping tempat tidur Joan. Ia yang sedari tadi menemani Joan dan Ririn seketika terkejut dengan apa yang ayah temannya itu katakan. Selama ini yang Rania tahu hanyalah sang tetangga yang bersikap dingin dengan anak lelakinya. Tapi, hari ini ia jadi tahu, kenapa Joan tak pernah sekalipun menceritakan tentang ayahnya di sekolah.
Tari mengeluarkan handuk kecil yang ia beli tadi dari dalam kantung plastik, ia gunakan handuk itu untuk mengusap peluh Joan yang semakin banyak keluar dari dahi dan lehernya.
"Suruh dia bangun dan pulang, Ririn membutuhkan banyak biaya dan dia dengan seenaknya--"
"CUKUP!" Tari tak mampu lagi membendung amarahnya. Sejak tadi ia sudah berusaha untuk tak berucap keras pada sang suami demi menghormatinya. Tapi cukup, sudah cukup ia merasakan sesak kala sang suami terus mencerca sang anak dan bahkan tega mengusir sang anak yang tengah terkapar tak sadarkan diri.
"Cukup, kumohon cukup. Jangan lukai putraku lagi. Tidakkah kau pikir bahwa ini semua karena ulah mu?!" Tari menyalak pada sang suami yang terdiam mematung. Ririn yang sedari tadi duduk di samping tubuh Joan pun memeluk kepala sang kakak dan menutupi kedua telinga sang kakak. Ia takut, tapi tak ingin kakaknya terganggu dan mendengar suara keras itu.
"Kau tahu kalau Joan sedang sakit dan kau malah mengambil darahnya untuk didonorkan. Sekarang lihat! Lihatlah! Kau bahkan menyalahkannya karena dia sakit? Di mana letak hatimu?"
Rania menjadi berkali lipat terkejut atas apa yang Tari ucapkan. Setega itukah pria yang menyandang gelar sebagai ayah itu melakukan perbuatan itu pada anaknya sendiri?
Lama-lama Rania menjadi tak enak hati. Ia memutuskan untuk pamit keluar atau pulang sekalian. Ia tak ingin menjadi saksi pertengkaran antara sepasang suami istri itu.
"Kak Jo jangan bangun dulu ya, tidul saja," bisik Ririn pelan di samping telinga sang kakak.
Sigit merasa tertohok dengan apa yang sang istri ucapkan, namun entah kenapa bahkan tak ada getaran dalam hatinya yang mampu meluluhkan kebekuan yang membungkus erat hati pria paruh baya itu.
"Ririn, ayo kembali ke ranjangmu." Sigit hendak meraih tubuh Ririn untuk digendong, tapi gadis cilik itu menolak.
"Mau dengan kak Jo saja." Sigit tak akan pernah bisa menolak permintaan putri kecilnya, untuk itu ia memutuskan untuk keluar ruangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
[ END ] J O A N D R A®
FanfictionRemaja tanggung tak tahu apa salahnya yang ia tahu ibunya berkata bahwa dia adalah harta keluarga. Mengapa ayahnya selalu bersikap kasar setelah kepergian sang kakak pun ia tak tahu apa sebabnya. Yang ia yakini hingga saat ini hanyalah ayahnya akan...