Bab 12 - Dibentak

179 24 12
                                        

Happy Reading ✨

Aku membentakmu bukan karena aku membencimu. Tapi aku terlalu khawatir padamu, sedangkan dirimu memiliki sifat keras kepala.
~Abiyan Danish Thana

...............................🖤🖤🖤............................

Setelah merasa baikan, Indah pun memutuskan untuk pulang. Kini dia sedang menunggu Abi yang sedang mengambil tas miliknya. Indah tampak termangu menatap jendela.

Tiba-tiba seseorang menarik tangannya. "Ayo!" Indah reflek menoleh.

Indah mengangguk, mereka menuju motor milik Abi dengan tangan yang masih bertautan.

Setelah sampai di depan motor Abi, Indah ingin berusaha menolak, dia tak mau membuat orang lain susah, "Aku naik angkot aja, Bi. Kamu balik gih ke kelas."

"Tadi gua udah permisi kok," ujarnya sembari naik ke motor kesayangannya.

Indah mengernyit, "Kok bisa dikasih? Biasanya kan kalo ada yang sakit pasti salah satu guru yang nganterin pulang atau gak hubungi orang tuanya."

"Hehehe, tadi gua bilang ada acara keluarga terus sekalian anter lo." Indah menepuk jidatnya.

Indah menyipitkan kedua matanya, "Bohong dosa tau."

"Emang."

Indah mendengkus, "Terus kamu ngapain bohong?"

Abi tertawa, ia mengelus pelan rambut Indah. "Demi kamu, apa sih yang enggak?"

"Dih kok tumben bilang aku-kamu? Biasanya juga gua-lo," tanya Indah menaikkan alisnya sebelah.

"Latihan dong sayang, ntar kalo pacaran gak gugup lagi." ingin rasanya Indah membekap bibir milik Abi, kalo berbicara selalu asal keluar.

"Bacod!" Tukas Indah.

Abi menaiki motornya sembari memakai helm milikinya. "Yaudah yuk naik!"

"Oke." Indah pun naik ke motor milik Abi yang sedikit lebih tinggi. Wajar saja, motor milik Abi adalah motor sport berwarna hitam.

"Pelan-pelan," ujar Indah yang was-was. Dia takut Abi akan mengendarai nya seperti kemarin.

"Iya sayang, iya."

"Apaan sih!" Abi tersenyum, dia senang sekali membuat Indah kesal.

Sekarang motor yang dikendarai oleh mereka pun berjalan membelah kota Bandung. Cuaca yang cerah tidak terlalu panas. Tiba-tiba saja Indah merasa lemas sehingga dia menyandarkan kepalanya ke pundak Abi.

Abi mencintainya, sangat mencintainya. Dia akan menjaganya sepenuh hatinya. Dia tak akan pernah meninggalkan dirinya sekalipun. Abi berharap waktu akan terhenti agar dia tetap bisa berdekatan dengan gadis ini setiap saat.

"Anterin aku ke rumah Rara," Abi tersentak dari lamunannya.

"Gak bisa, lo harus istirahat di rumah, badan lo anget, Ndah." Ujar Abi yang khawatir.

"Tapi aku mau sama Rara, lagian di rumah aku juga gak ada orang." Lirihnya.

Abi menghela, "Yaudah, nanti gua suruh Rara, ke rumah lo. Tapi sebelum Rara datang, bolehkan gua temenin lo sebentar? Gua khawatir."

"Hmm"

"Lo lemes banget ya?" Indah mengangguk.

"Sabar ya, bentar lagi juga sampe kok."

Indah [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang