Bab 2 - Toilet

377 70 90
                                    

Happy Reading ✨

Pertemuan kesekian kalinya dengan diiringi pertolongan. Sikap baikmu itu perlahan membuat hatiku luluh. Tapi, luluh bukan berarti cinta kan?
~PohonBeringin123

.................................🖤🖤🖤.................................
Indah berjalan menuju UKS dengan memegang kepalanya yang luka. Sudah biasa Indah menjadi pusat perhatian setiap orang di SMA Cempaka Putih ini, karena mereka semua tau, Indah selalu menjadi bahan bully Lisa dan teman-temannya. Indah selalu sabar. Tapi bukankah sabar itu ada batasnya? Kita tidak pernah tahu Indah akan kehabisan rasa sabar nya itu kapan dan dimana.

Indah membuka pintu UKS, dia melihat seorang murid laki-laki sedang berbaring namun memiringkan badannya ke arah dinding. Maka dari itu Indah tidak tahu siapa dia.

Indah tak mau memusingkannya, dia pun mulai mencari kapas dan antiseptik. Dia mulai membuka lemari obat. Tapi, kapas itu terletak di tempat paling atas dan paling belakang, sangat sulit digapai.

"Kenapa jauh sekali?" Gumamnya sembari meraba-raba tempat berada-nya kapas tersebut.

Entah mengapa tiba-tiba saja lemari itu bergoyang dan sepertinya akan jatuh menimpa Indah. Dia pun berusaha melindungi dirinya dengan cara menyilangkan kedua tangannya di kepala agar sedikit tertahan jika benar-benar menimpanya sembari menutup matanya. Dia berharap ini cuma mimpi. Indah tidak mau masuk rumah sakit. Tapi, mengapa semuanya seakan berhenti. Kenapa lemari itu tidak menghantamnya? Apa tuhan memberhentikan waktu agar dia bisa lari?

Indah pun membuka matanya sembari menurunkan kedua tangannya. Dia melihat seorang pria yang sedang mendirikan kembali lemari itu seperti semula.

Indah menatap matanya, "Pria angkot ..." Gumam Indah tanpa sadar. Mungkin itu sapaan yang tepat untuk pria yang ia temui tadi pagi. Pria yang meminjamkan hoodie miliknya kepada Indah.

Pria itu tampak menaikkan alisnya sebelah. "Apa? Pria angkot?"

Indah tersadar, "Emm ... Enggak, ah anu. Aku permisi," Indah yang sedang mode gugup pun langsung permisi tak lupa membawa kapas dan antiseptik. Sebelum Indah benar-benar pergi dari sana, tangannya sudah terlebih dahulu dicekal olehnya.

"Emm ... maaf bisa lepasin gak? Aku buru-buru." Pria itu kembali menaikkan alisnya sebelah.

"Gak tau terima kasih yah lo!" Ujarnya sembari menghempas tangan Indah.

"Enggak gitu ... maaf," lirih Indah. Pria itu mengerutkan keningnya.

"Ngapain minta maaf?"

"Emm ... anu itu tadi," ujar Indah gugup.

"Lo gagu ya?" Indah melotot.

"Enggak ... itu tadi minta maaf karena enggak bilang makasih sama kamu." pria itu hanya ber-oh ria.

"Yaudah aku duluan," setelah pria itu mengangguk, Indah pun dengan cepat pergi dari tempat itu menuju toilet.

Indah menatap wajahnya di cermin. Wajahnya memerah, kenapa dia terus memikirkan pria itu? Kenapa degup jantungnya tak karuan? Ada apa dengannya? Satu pertanyaan yang paling mencolok di otaknya. Apakah dia jatuh cinta?

"Ahh gak mungkin, aku juga belum tahu namanya." Ujar Indah bermonolog dengan bayangannya di cermin.

"Lupain Ndah, lupain!" Indah pun membasuh wajahnya dan mulai memberikan antiseptik di lukanya. Indah sudah sering diperlakukan seperti ini. Maka dari itu dia selalu membawa plester di dalam tas nya.

Saat Indah ingin pergi dari kamar mandi, tiba-tiba sebuah tangan menariknya ke dalam kamar mandi. Dia terkejut bukan main, pasalnya yang menariknya bukanlah seorang wanita. Melainkan pria itu.

Indah melotot, "Aaaa--" pria itu membekap mulut Indah, sehingga Indah tidak dapat mengeluarkan sepatah kata pun.

"Diem lo!" Bentakan dari pria itu membuat Indah membisu. Air matanya lolos begitu saja. Badannya bergetar, dia segugukan. Perlahan pria itu pun mengendurkan bekapan nya dan melepaskannya.

"Maaf" lirihnya sembari menggaruk tengkuknya. Indah hanya bisa menangis segugukan, dia ketakutan.

"Lo jangan nangis, gua gak ada niat sedikit pun buat ngapain-ngapain lo, beneran dah. Suwer gak bohong gua." Indah tetap segugukan, sampai akhirnya ada seseorang yang menutup pintu toilet, lalu memanggil-manggil namanya. Suara itu persis seperti suara Sarah.

"Ssssstt ... diem! Gua cuma mau nolongin lo, gak usah geer!" Indah pun menurut.

Tiba-tiba suara tendangan kasar pun terdengar. Mungkin suara itu dari kamar mandi pertama, sedangkan Indah dan pria itu berada di kamar mandi paling terakhir.

"Ndah! Dimana lo, keluar sekarang atau lo akan tau akibatnya!" Teriak Sarah. Indah melotot, apa lagi yang akan mereka perbuat kepadanya.

Dugh Dugh Dugh

Pintu kamar mandi tempat mereka bersembunyi pun digedor oleh Sarah dengan membabi buta. "Gua tau, lo pasti ada disini, keluar lo!" Perintah Sarah.

Indah yang sudah ketakutan pun meraih gagang pintu. Namun dicekal oleh pria itu. Dia menggeleng keras.

"Apaan sih lo, bangsat! Pake otak dong gua lagi buang nih. Berisik amat!" Teriaknya.

Mungkin sekarang Sarah memasang wajah terkejut. Bagaimana tidak, ini adalah toilet khusus perempuan, tapi kenapa suara dari kamar mandi ini sangat berat, seperti suara laki-laki. "Wahh bisa-bisanya laki-laki masuk ke toilet cewek, gue laporin lu ya!" Ancam Sarah.

"Laporin sana, laporin gua cucunya Pak suprapto anying!" Tantang pria itu.

"Serah" Terdengar suara ketukan kaki yang menjauh dari tempat mereka berada. Mereka menghela nafas.

"Kayaknya tuh cewek udah pergi, sekarang lo cepat keluar!" Perintahnya sembari mengusap wajahnya gusar.

Indah mengernyit. "Kenapa?"

"Lo masih nanya kenapa? Gua laki-laki normal. Sekarang kita lagi di toilet, lo mau gua terkam?" Indah masih tidak mengerti maksud ucapannya. Ketika Indah ingin bertanya lagi, sudah terlebih dahulu dipotong olehnya.

"Cepetan pergi!" Mendengar bentakan itu Indah pun langsung berlari keluar dari toilet menuju ruang kelasnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Salam dari Pohon👽
Wattpad : PohonBeringin123

Indah [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang