Bab 26 - Igauan

119 13 2
                                        

Happy Reading ✨

Menjagamu itu adalah keharusan bagiku. Karena itu adalah tugasku setelah aku mengatakan cinta padamu.
~Abiyan Danish Thana

...............................🖤🖤🖤............................

Indah berlari tak tentu arah, dia ingin pergi sejauh-jauhnya. Dia tak mau kembali ke rumah itu. Rasanya sakit, saat kata-kata laknat yang keluar dari mulut orang tuanya kembali terngiang di kepalanya.

Dia capek, dia lelah, dia letih. Kenapa dia yang harus menjalani ujian seperti ini? Apa dosanya dulu? Beban yang ada di pundaknya sudah tak sanggup lagi dia bawa. Namun, kenapa Tuhan menambah kembali bebannya? Pikir Indah.

Grep, Abi memeluk Indah dari belakang. Dijalan yang sepi, tidak ada orang yang berlalu lalang, hanya Abi dan Indah yang ada. Mereka tak tahu sudah berapa lama dan berapa jauh mereka berlari-larian.

Indah yang terus menangis membuat Abi tak akan rela melepaskan pelukannya.

"Lepas Abi, lepas!"

"Enggak!"

"Lepas, aku mau pergi!"

"Gua gak akan pernah, biarin lo pergi!"

Kaki Indah pun melemas, dia terduduk. Abi dengan sigap mendekap tubuhnya. Kemudian menyalurkan rasa nyaman, agar Indah merasa sedikit lebih tenang.

Cukup lama Abi mendekap Indah, sampai terasa deru nafas Indah teratur. Sepertinya dia tertidur. Abi pun menggendong Indah ala bridal style. Walaupun Indah bersikeras tak mau untuk dibawa pulang, tapi Abi tak mungkin menuruti keputusan bodoh itu. Sebenci-bencinya Indah kepada orang tuanya, dia tak boleh pergi meninggalkan rumah itu. Jika dia pergi, dimana dia akan tinggal? Abi takkan membiarkan itu terjadi.

Abi pun masuk kedalam rumah yang sangat berantakan itu dengan pintu rumah yang terbuka lebar. Abi segera membawa Indah ke kamar miliknya. Lalu, Abi mengambil ponsel yang ada di kantung celananya, kemudian mengetik sebuah pesan dan mengirimkannya.

Abi meletakkan tangannya di dahi Indah. "Panas." Gumamnya.

Abi pun berjalan turun menuju dapur. Tak ada lagi suara pertengkaran yang terdengar. Sepertinya, kedua orang tua Indah telah pergi dari sini.

Dia mengambil wadah, lalu mengisinya dengan air hangat dari dispenser. Untungnya, Abi membawa serta di kantung celananya sebuah sapu tangan. Abi hendak mengompres Indah.

Setelah selesai menyiapkan bahan-bahan nya, Abi pun berjalan keluar dari dapur. Saat dia ingin naik ke lantai tempat kamar Indah berada, Rara sudah lebih dahulu memberhentikannya.

"Ada apa?"

"Ntar gua ceritain."

"Siniin, biar gue yang bawa." Rara pun mengambil alih wadah yang berisi air dan sapu tangan tersebut.

Mereka berdua masuk ke kamar milik Indah. Dia sedang tertidur, setelah lelah menangis. Rara dengan telaten menyelupkan sapu tangan itu, lalu memerasnya kemudian meletakkannya di dahi Indah. Setelah sebelumnya, dia melipat sapu tangan itu terlebih dahulu.

"Ada apa sih, Bi?" Tanya Rara.

Abi pun menceritakan semuanya. Mulai mengantarkan Indah pulang dari sekolah, kemudian mendengar omongan orang tua Indah, lalu berlari-larian dan akhirnya Indah tertidur sampai Abi membawanya pulang ke rumahnya.

"Gue gak nyangka."

"Gua juga."

"Jangan tinggalin Indah, Bi."

Indah [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang