Happy Reading ✨
Definisi bahagia menurutku simpel. Cukup anggap aku manusia, bukan hewan yang seenaknya kalian perbuat padaku sudah sangat membuatku senang.
~Indah Aurelia
...............................🖤🖤🖤............................"Jadi apa saya harus terus-terusan sabar menghadapi sifat kamu yang seperti ini!"
Indah terbangun, kala mendengar teriakan dari lantai dasar rumahnya. Dia menghela, kemudian melihat jam yang berada di nakas. Sekarang pukul 05:00, Indah berusaha memekakkan telinga dan berjalan ke kamar mandi yang berada di sebelah kanan kamarnya.
Indah mandi, lalu bersiap untuk sholat. Setelahnya, dia mengambil seragamnya di lemari pakaian, kemudian memakainya. Dia bercermin sebentar untuk merapikan rambutnya dan berjalan ke arah pintu. Indah menggapai gagang pintu, kemudian membukanya. Sepertinya sudah tidak ada lagi suara pertengkaran pasangan suami-istri itu.
Indah berjalan turun melewati tangga, kali ini ibunya menyediakan roti dengan selai kacang di dalamnya. Indah menggapai roti itu sembari berjalan keluar rumah seraya memakan rotinya.
Kini Indah tak peduli dengan keberadaan orang tuanya. Dia sudah lelah memusingkan pertengkaran antara mereka. Biarlah waktu yang menjawab pertengkaran ini.
Indah berdiri di tepi jalan raya, sesekali dia melambaikan tangan saat angkot melintas. Namun nihil, padahal ini masih pagi. Tapi, semua angkot sudah penuh. Indah duduk di trotoar seraya terus memakan rotinya.
Sebuah motor berhenti tepat di hadapannya. Indah mendongak menatap wajah dibalik helm berwarna hitam itu.
"Ayo naik!" Ajak Abi.
Indah berdehem. Kemudian Indah naik ke motor milik Abi. Sebenarnya dia ingin menolak, namun hari semakin siang. Ia bisa saja terlambat ke sekolah.
"Ndah," panggil Abi.
"Hm, ya?"
"Tumben lo lama perginya?" Tanyanya.
"Aku udah nunggu dari tadi, cuma angkotnya gak ada yang mau berhenti."
"Gimana mau berhenti kalo lo duduk," jelas Abi.
"Aku baru duduk tadi. Aku udah nunggu setengah jam lebih tau."
"Berarti pangeran datang diwaktu yang tepat dong ya," ujarnya sembari tertawa kecil.
Indah yang tidak mengerti pun bertanya, "Siapa pangerannya?"
"Aku."
"Pede banget kamu." Indah memukul pelan punggung Abi. Ingat ya, hanya pelan!
🖤🖤🖤
Semua orang menatap takjub kepada Abi. Dia datang menggunakan jaket jeans berwarna army, menambah kesal Cool pada dirinya.
Indah hanya diam, sesekali dia menunduk karena malu. Dia berpikir, orang-orang pasti tidak akan suka. Orang-orang pasti mengecapnya sebagai cabe-cabean yang beruntung karena bisa berboncengan dengan pangeran sekolah.
"Ayo!"
Indah tersenyum, mereka berjalan menuju kelas beriringan. Beragam tatapan Indah terima. Mulai dari suka sampai tatapan benci.
Untungnya dia sudah biasa menerima perlakuan seperti ini. Dia masih mampu bersabar. Tapi mungkin kelak dia akan berhenti. Namun kita tidak tahu kapan dia akan berhenti bersabar menghadapi sifat-sifat teman-temannya di sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Indah [SELESAI]
Fiksyen Remaja-Kehidupan Dirinya Tak Seindah Namanya- Kehidupan yang dijalani Indah berbanding terbalik dengan namanya. Keluarga harmonis tidak ada pertengkaran, itu lah yang didambakannya. Disekolah dibully, di rumah menyaksikan pertengkaran kedua orang tua past...