52. PINDAH

832 37 9
                                    


52. PINDAH

Sesuatu yang harum menusuk indra penciuman Bryan membuat pria itu langsung terbangun. Baru kali ini, ia terbangun jam enam pagi seperti ini. Ia mengusap matanya dan langsung menuju kamar mandi walaupun rasa penasarannya besar dengan harum apa ini.

Setelah mandi dan bersiap dengan seragam mengajarnya, Bryan langsung turun ke lantai bawah dan disuguhi deretan piring berisi makanan. "Lo masak sebanyak ini buat apa coba?"

"Jangan ngomel terus. Gue sengaja masak ini karena gue mau balik ke rumah dan makanan yang gue masak sekarang bisa di masukin ke kulkas terus tahan lama jadi kalau lo lapar bisa dipanasin lagi," jelas Monica.

"Tinggal pesan online atau makan mie. Ngapain ribet," ucap Bryan.

"Yah itu si lo dulu kalau sekarang udah ada gue yang ngelarang lo makan mie atau beli dari luar. Mau makan mie wajib ada gue dan gue juga gak bakal makan mie kalau ada lo. Nanti gue juga bakal usahain antar makanan buat lo," oceh Monica menyusun perlengkapan masak yang sudah di cuci.

"Gue terlalu ngatur atau maksa lo ya?" tanya Monica tak enak karena tersadar dengan ucapannya tadi.

Pria itu tersenyum, meletakkan tasnya kemudian duduk di kursi. "Gak. Hitung-hitung simulasi jadi pasangan hidup gue nantinya," jawab Bryan.

"Apaan sih. Gak jelas dasar batu," ejek Monica padahal ia sendiri menahan dirinya agar tidak tersenyum.

.....

"Jadi mulai nanti lo udah pindah?" tanya Billy.

"JANGAN BILANG KALAU BOKAP LO BAKAL BALIKIN LO KE JAKARTA LAGI!" heboh Budi tak terima.

"Nggak-nggak. Pokoknya gak boleh lah, Mon enak aja lo bakal dilempar balik ke sana lagi. Bentar lagi kita lulus jadi lo harus tetap di sini," tambah Billy.

"Benar kan bil. Kita berdua harus samperin bokapnya si Monica nih," usul Budi pada Billy.

"Gue mah gas. Mana terima gue kalau si Monica diambil gitu aja."

Monica melihat Gilang dengan lemas. "Lo yang lumayan waras dari mereka, lakuin dah tugas lo," perintahnya karena capek melihat tingkah Budi dengan Billy.

TAK, TAK. Budi dan Billy mengaduh kesakitan sambil memegang kepala mereka yang kena jitak oleh Gilang. Gilang sangat jarang bahkan anti bermain tangan, ia memilih untuk mengeluarkan kalimat sarkas saja tapi sekali tangannya bergerak rasa sakit itu mirip dengan ketimpa batu besar. "Dengerin penjelasan dia sampai habis jangan asal potong. Bodoh!"

"Kapok kan lo berdua. Makanya dengerin baik-baik, ya gue bakal pindah tapi cuman pindah rumah doang kalau sekolah bakal tetap di sinilah."

"Rumah bokap-nyokap lo dimana, Mon?"

"Gesit lo," sindir Dhimas mengaduk es jeruk nya.

"Biasalah," sambung Gilang.

Monica melihat mereka bergantian. "Gak ada yang salah kali, dia kan cuman nanya alamat gue. Emangnya lo semua gak mau tau rumah gue ada dimana? Bahkan si Mita aja gak tau, yang tau itu cuman Bryan sama si Haykal doang. Bang Tio juga gak tau," ucapnya membela Reno padahal ia tidak tau maksud dari ucapan Dhimas dengan Gilang.

"Ya." Dhimas dan Gilang saling melihat kemudian mengangkat kedua bahu mereka.

"Tuh udah gue kirim di pesan grup kita. Kalau lo mau main besok datang aja soalnya nanti Bryan yang bakal bantuin gue pindahan," ucap Monica.

"Cih, gak mau diganggu ceritanya." Mita berucap kemudian menyeruput mie ayamnya.

"Diam aja lo, Lau?" tegur Reno yang sebenarnya ada maksud lain untuk mengalihkan topik.

Bad Girl VS Guru KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang