11. Rencana(Versi Baru)

3.2K 150 2
                                    

Sesuai dengan tadi, aku masih lanjut untuk up beberapa chapter sekaligus hari ini.

PLEASE, PLEASE, PLEASE!!!

KASIH VOTE, COMENT, DAN SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN YAA.

.TERIMA KASIH.

HAPPY READING 📖

📚📚📚📚

Dalam mobil, Monica dari tadi diam dengan pandangan yang tertuju pada ponselnya. Sebenarnya ia tidak melakukan apa-apa hanya asal bermain di beranda karena pikirannya yang belum sepenuhnya merasa tenang.

“Tadi kata Bu Hana pas ulangan dia, lo buat taruhan kelas dan lo berhasil dapatin uang 500.000 ribu. Benar?” tanya Bryan memulai percakapan mereka.

“Hem,” jawab Monica singkat.

“Sekarang uangnya mana dan mau lo pakai buat apa?” tanya Bryan lagi.

“Bukan urusan lo."

“Gue udah bilang sama nyokap lo tentang nilai lo yang naik dan bokap lo udah transfer uang ke rekening gue buat keperluan lo.”

“Oh."

Perempuan itu berpikir sejenak. “Gue yakin pembunuh itu gak ngasih uang sedikit. Lo silahkan ambil semua dan gue pergi dari lo. Bahkan sekarang juga tanpa barang gue yang ada di rumah lo,” tawar Monica.

“Sayangnya gue masih banyak uang dan gue nggak perlu uang lo. Jadi jangan harap gue bakalan setuju.” Monica melihatnya dengan kesal kemudian menyenderkan punggungnya pada kursi.

……

Hingga malam hari pun aku belum menjalankan rencana ku. Kini aku sedang berada di kamar memikirkan apa yang harus ku lakukan, kebiasaan buruk kembali lagi yaitu menggiti jariku saat bingung hingga mereka semua membiru bahkan ibu jariku hampir mengeluarkan darah.

“Gue Monica dan gak ada yang bisa ngelarang gue. Demi bunda.” Aku berusaha untuk mendapatkan energi keras kepala untuk bisa melawan guru itu.

Aku menuruni anak tangga dan benar sesuai tebakanku jika pria itu sedang duduk di meja makan bersama secangkir kopi dan tumpukan buku yang tak pernah menghilang itu.

“Besok gue nginap di rumah Mita sehari dan lo gak ada hak ngelarang gue.”

“Gak.” Oke, itu cukup singkat, padat dan jelas. Tapi bukan Monica namanya jika hanya akan berhenti sampai sini saja.

“Bokap sama Nyokap dia ke luar kota dan gue tau Mita itu punya phobia sama kayak gue. Laura udah tidur di sana sekarang dan gue bakalan nyusul besok,” jelas ku berharap dia percaya.

“Rumah gue besar buat nampung mereka berdua di sini. Jadi lo ajak aja mereka ke sini buat nginap daripada lo yang ke sana,” tolak Bryan.

“Gue beneran benci sama lo.” Aku melihat gelas yang masih berisi kopi itu tanpa rasa takut aku mengambil gelas dan menyiramkannya di atas buku-buku murid itu tak peduli dengan Bryan yang memperingati ku dengan keras.

Dapat ku lihat wajah Bryan yang menunjukkan amarahnya. “Mau marah? Silahkan. Mau ngusir gue malam ini juga? Dengan senang hati gue bakalan nurutin semua kemauan lo,” tantang ku dengan tangan yang terlipat di depan dada.

Bad Girl VS Guru KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang