KESEHARIAN

69 6 0
                                    

UWU! AKU MENYAPA KALIAN! VOTE COMENT DULU YA SEBELUM BACA!!!

HAPPY READING ✨

––––––––––

Usapan membuat gadis dengan Surai coklat itu sedikit membuka matanya. Takjub dengan apa yang dilihatnya saat ini. Entah hanya mimpi atau kenyataan. Hanya saja, rasanya dirinya tidak ingin beranjak walah sedetikpun.

Senyuman terukir pada wajah lelaki itu, membuat Eva enggan untuk menutup kembali matanya. Usapan di kepalanya semakin terasa, hingga dia melihat satu tetes air mata keluar dari mata hijau itu.

"Aku pasti kembali..."

"Jangan!"
Eva bangkit. Peluh keringat membasahi tiap sudut kening hingga lehernya. Menatap ruangan kamarnya yang masih temaram, dan melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan waktu dini hari.

Lagi dan lagi mimpi yang sama. Entah sudah berapa kali Eva memimpikan hal itu. Mimpi yang memberikannya harapan, namun dengan cepat menamparnya di kehidupan real nya. Tidurnya terganggu, mungkin sudah menjadi sesuatu yang mutlak untuk Eva.

Semenjak kepergian Aland, Eva depresi. Sangat depresi. Sudah menjadi kesehariannya Eva dihinggapi dengan mimpi Aland. Mulai dari pertemuan pertama mereka, hingga keinginan Eva untuk tetap bersama Aland.

Tapi itu hanya angan-angan saja untuk Eva. Nyatanya dia selalu bangun dini hari dengan keringat yang membanjiri wajahnya. Marah lebih menguasai Eva. Eva marah dengan kenyataan yang selalu menampar dan mendorongnya jauh dari apa yang dia inginkan. Selalu.

Air mata keluar untuk kesekian kalinya. Meratapi dirinya yang sudah seperti mati rasa. Hatinya sakit, tentu saja. Orang yang berarti untuknya pergi meninggalkan dirinya yang berubah menjadi seorang yang sangat kacau.

Kadang Eva berpikir, apakah dengan dirinya yang tiada maka perasaannya pun tiada? Apakah dengan cara memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja itu bisa membuat kita lega? Nyatanya tidak. Eva selalu menegaskan bahwa dirinya tidak suka pencitraan. Dalam bentuk apapun itu, entah itu sedih, marah, sok baik, atau apapun itu. Eva tidak ingin.

Eva membuka layar ponselnya. Tersenyum cerah begitu melihat wallpaper yang dulu sempat dia ganti, kini berubah lagi. Wajah dingin yang selalu membuatnya tersenyum tanpa dia sadari. Wajah kaku yang selalu membangkitkan rasa rindu Eva.

Eva rindu. Dia tak bisa menyangkalnya lagi. Ingin bersama dengan lelaki itu, tapi rasanya sangat sulit untuk dia capai. Sangat berat walaupun dia harus menjulur 1 jari lentiknya itu.

Pintu terbuka membuat Eva mengalihkan pandangannya. Melihat seorang lelaki dengan baju dan celana pendeknya itu membuat Eva mendengkus. Eva langsung membaringkan badannya tanpa mau melepaskan pandangannya dari layar ponsel yang menyala.

"Tidur Eva. Jangan dibiasakan bangun trus main hp."
Eva memutar bola matanya malas. Mendengar suaranya saja sudah membuat Eva muak. Apalagi jika melihat wajahnya.

"Jangan keras kepala Va! Ini juga demi kondisi lu!"
Eva langsung bangkit. Mengambil parfum dengan tempat keramik itu, dan langsung melemparnya pada lelaki diambang pintu itu.

"Pergi Lo sialan! Muka Lo bikin gua eneg!" Teriak Eva.

Mengalah. Itulah yang selalu dilakukan Randy saat Eva sudah membentaknya. Padahal niatnya sangat baik, untuk menjaga Eva sesuai dengan keinginannya dan Aland. Randy tak pernah berpikir bahwa Eva akan berubah seperti ini.

Semenjak kepergian Aland, Randy menginap di rumah Atha. Pada awalnya Eva menolak dengan keras, tapi Atha meminta bantuannya agar Eva bisa berubah. Hampir setiap hari dia mendengar cacian, hinaan, bahkan gak segan-segan Eva melempar barang keramik atau beling pada Randy. Randy pun memakluminya. Tapi semakin hari, Eva berubah drastis. Lebih agresif, dan lebih berani pada Randy. Atha pun sempat kewalahan, beruntungnya Atha bisa menyadarkan Eva saat gadis itu hilang kendali.

POSSESIVE BAD GIRL ✓ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang