2 tahun kemudian....
Langkah kaki seorang gadis dengan gaya khasnya, mampu menyita beberapa pasang mata menatapnya. Pakaian yang cukup simple diikuti dengan rambut coklat indahnya itu, menjadi daya tarik tersendiri.
Baju bewarna maroon muda, yang memamerkan sedikit bahunya, dipadukan dengan celana jeans putih, dan flatshoes ber-hak 3cm itu, menjadikan dirinya seakan sangat sempurna. Tak lupa, tas kecil yang tersambar di bahunya, dengan beberapa buku ditangannya, dan kacamata hitam diatas kepalanya.
Beberapa pandangan pun jatuh padanya. Bisikan pun tak dapat dielakkan. Ada yang berdecak kagum, ada yang berusaha mendekati, atau ada yang seakan-akan tak suka dan malah nyinyir. Tapi, itu bagaikan angin lalu untuknya.
Sejak dirinya sah menjadi seorang mahasiswa, di universitas swasta kota Jakarta, dirinya ramai diperbincangkan. Selain karena parasnya yang cantik, ternyata dirinya merupakan adik dari salah satu alumni universitas itu, yang memang dikenal dengan playboy nya.
Banyak yang memuji kecantikannya. Dan banyak juga yang menyindirnya, dengan alasan dia adik dari seorang playboy. Tapi ingatlah kata kamus dalam kehidupan gadis itu.
Bodo amat.
Ya, prinsipnya hingga saat ini. Maka dari itu, dirinya tak begitu mengindahkan beberapa mata yang sinis padanya.
Tangannya tergerak untuk mengambil kacamata di atas kepalanya, dan memindahkannya diantara kedua matanya. Jalannya yang santai, dengan pandangan ke depan, membuatnya menjadi pusat perhatian.
"Masih pagi, tapi gayanya udah kelebihan."
Langkah kakinya seketika terhenti. Tangannya bergerak untuk membuka kacamata hitamnya itu. Kepalanya bergerak 90° ke arah kanan, dan melihat 3 orang gadis yang menatapnya sinis.
Eva berdehem sebentar, menyiapkan suaranya. Disimpan kacamata hitam itu, di tas kecilnya, dan berjalan ke arah ketiga gadis itu. Mungkin seniornya.
"Ada masalah, ka?" Tanyanya santai, dengan sesekali membenarkan rambutnya.
"Lu! Jangan sok-sok an keren, deh! Banyak banget gaya, kaya Kaka lu!" Ujar salah satu senior, yang menyindirnya.
"Kalo emang gua keren, lu mau bilang apa?" Jawab Eva sesantai mungkin.
Tampak senior itu menggeram kesal. Bahkan 2 diantaranya, berusaha mendorong bahu Eva.
"Lo kok makin berani?! Posisi Lo disini tuh belum jadi angkatan pertama! Baru juga masuk Lo!" Desis senior dengan rambut sebahunya itu.
Eva mendengkus keras di depan mereka bertiga. Matanya melirik kesana-kemari dan ternyata sudah ramai yang melihat mereka. Entahlah. Mungkin hanya karena penasaran.
"Terus? Kenapa?"
"Ya, jangan banyak gaya! Gua tuh senior Lo!" Teriak senior itu.
Lagi dan lagi, Eva mendengkus keras, membuat mereka bertiga harus membulatkan mata mereka. "Oh. Gitu doang? Udah 'kan, ya. Kayanya, buang waktu gaya gua, deh." Ucap Eva yang meninggalkan mereka bertiga dengan wajah merah menahan kekesalan.
Tarikan tas Eva, membuat gadis itu tertarik ke belakang. Matanya melihat senior yang sempat menyindirnya tadi, itulah yang menjadi pelakunya.
"Gua belum selesai sama Lo!" Teriaknya. Berusaha untuk menarik lebih banyak penonton.
Eva menatap pundaknya yang dicengkeram oleh gadis itu. Eva pun menepis lengan itu, "Dan, gua gak pernah anggap ini selesai." Desis Eva.
Detik selanjutnya, Eva menjambak rambut senior itu ke arah bawah, dan menendang wajah itu dengan dengkulnya. Tak sampai disitu, saat senior itu mengusap wajahnya, Eva dengan cepat menendang tulang kering nya. Membuat gadis itu jatuh dengan memegang betisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESIVE BAD GIRL ✓ [END]
Teen FictionKita tidak pernah tau, kapan dan dimana sebuah kesalahan akan terjadi. Hanya Tuhan saja yang mentakdirkan hal itu akan terjadi. Begitu pula dengan Aland. Dunia seakan memang sempit untuknya. Kesalahan yang dia lakukan, berhasil membawanya kembali be...