♻️ Bagian 8

8.9K 401 1
                                    

***

Kejadian hari ini semakin membuatku merasa sulit, karena aku harus merasakan diantara dua pilihan antara senang atau sedih.

***


Seperti hari-hari biasanya Alana akan membawakan bekal untuk Alvaro, walaupun ia tahu hasilnya nihil dan berakhir di perut kedua sahabat Alvaro. Ya, setiap hari Alana selalu membawakan bekal untuk Alvaro, tapi Jastin dan Randy yang memakannya. Terlihat sia-sia memang, tapi Alana tak ingin menyerah begitu saja. Dia ingin membuktikan suatu saat Alvaro akan membalas cintanya.

Alana percaya perihal tak ada yang mustahil di dunia ini. Maka dari itu Alana terus berjuang untuk meluluhkan hati Alvaro yang beku. Alana ingin menjadi matahari untuk Alvaro, matahari yang akan meleburkan es balok yang saat ini masih membeku yang entah kapan akan mencairnya.

Alana ingin membuat Alvaro keluar dari dunianya saat ini. Dunia yang membuat Alvaro menjadi sosok yang cuek dan dingin dengan sekitar.

Gadis bersurai panjang itu pun keluar dari kelas Alvaro, setelah meletakkan paper bag berisi sandwich dan juga susu kotak coklat. Alana bergegas keluar kelas hingga tak sengaja ia menabrak dada bidang seseorang.

"Ngapain lo di sini!" Ucap seseorang dengan suara yang dibuat-buat

Alana menunduk takut, netranya menatap ujung sepatunya yang sedikit berdebu. Alana menggigit bibir bawahnya mengurangi kegugupan yang melandanya saat ini.

"Bwahaha."

Alana mengerutkan keningnya, dia seperti mengenali tawa itu. Suara itu sangat familiar di telinganya belakangan ini.

"Kak Randy." Cicit Alana

Seseorang yang disebut Randy itu pun mencoba menghentikan tawanya, sembari memegangi perutnya yang terasa kram akibat kebanyakan tertawa di pagi hari.

"Pffffft....sorry lan," lirih Randy dengan sisa tawanya "Ekspresi kaget Lo lucu banget." Sambungnya

Alana mengerucutkan bibirnya kesal, gadis itu merasa dipermainkan Randy seolah dirinya hanya sebuah lelucon belaka.

"Sekali lagi sorry lan, gue nggak bermaksud kok cuma mau bercanda dikit." Ucap Randy melirihkan kata terakhirnya.

Alana menghela napas pelan, "Ngak apa-apa kak, gue pamit ke kelas dulu takut kak Alvaro keburu datang." Pamit Alana, gadis itu ingin beranjak namun lengannya dicekal membuatnya kembali berdiri dihadapan Randy.

"Em..sorry," lirih Randy seraya melepaskan tangannya di lengan Alana.

***

Alana sudah berada di kelasnya semenjak 10 menit yang lalu. Gadis itu tengah menunggu sahabatnya, padahal lima menit lagi bel tanda pembelajaran akan berbunyi. Tapi Aqilla belum terlihat batang hidungnya dari tadi.

Gadis bernetra coklat itupun mengeluarkan hpnya dari saku seragamnya. Mencoba menghubungi Aqilla untuk menanyakan kebaradaannya. Tapi hal itu ia urungkan, saat mendengar suara yang sangat familiar di telinganya.

Brakk

"Tahu nggak lan gue kes.."

"Gak." Alana memutar matanya jengah, pasalnya Aqilla sudah membuatnya jantungan dengan suara gebrakan meja akibat ulahnya. Dan Aqilla tak merasa bersalah sama sekali.

"Gue kan belum selesai ngomong," sahut Aqilla tak merasa bersalah

Alana menghela napas jengah, "Gue tahu lo mau marah-marah kan? nih coklat buat lo." Alana menyodorkan sebuah coklat ke hadapan Aqilla yang di respon dengan sangat antusias.

ALVANA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang