***
Jangan melakukan hal bodoh hanya untuk mendapatkan perhatian seseorang, yang akhirnya membuat dirimu terluka***
Seperti yang sudah diumumkan sekolah kemaren, bahwa hari ini sma galaxy akan melaksanakan camping selama dua hari satu malam. Hal itu disambut antusias oleh murid kelas sepuluh, yang memang tujuan kegiatan ini diadakan untuk mereka.
Entah ini sebuah keberuntungan untuk Alana atau memang sudah rencana Tuhan jika dirinya dan Alvaro harus satu bus. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, gadis itu segera menemui Alvaro yang tengah duduk di kursi urutan nomor tiga dari depan.
Alana berdiri di samping Alvaro, namun pria di depannya itu tak menyadari kehadiran Alana. Alvaro terlalu serius menatap kertas-kertas ditangannya entah apa isi tulisan di kertas itu.
"Kak," Panggil Alana
Tak ada jawaban dari Alvaro.
"Kak Alvaro," Panggil Alana lagi dengan nada suara lebih keras
Laki-laki itu masih tak bergeming, terlalu asik dengan dunianya sendiri.
"Kak Alvaro!!." Panggil Alana lagi, tapi kali ini dengan suara lebih lantang bermaksud Alvaro mendengar suaranya.
Alana menghela napas panjang, percuma dia menghabiskan suaranya hanya untuk meneriaki nama Alvaro jika laki-laki itu tak akan mendengarnya. Gadis itu mengulurkan lengannya, menarik salah satu airpods yang terpasang di telinga kanan cowok itu dan mengakibatkan Alvaro tersentak kaget.
Alvaro mendongakkan kepalanya, menatap Alana dengan wajah tak suka.
"Maaf kak," ucap Alana sembari mengembalikan airpods cowok itu. "Kak Alvaro sih, di panggil-panggil dari tadi nggak nyaut-nyaut."
Alvaro menerima airpodsnya kembali, "kenapa?" Tanya Alvaro
Mendapat respon seperti itu, Alana langsung ke intinya kenapa dirinya menemui Alvaro.
"Samping kak Alvaro kosong kan?" Tanya Alana. Alana menatap kursi samping Alvaro yang memang tak ada penghuninya.
"Hm." Jawab Alvaro cuek
"Jadi, aku boleh dong duduk disitu?" Tanya Alana lagi
Alvaro mengernyitkan keningnya, netranya melihat masih ada beberapa kursi bus yang kosong.
"Nggak boleh ya kak, yaudah nggak apa-apa aku cari kursi lain aja."
Perlahan Alana membalikkan badannya, mencari kursi lain yang bisa ia tempati.
"Duduk," pinta Alvaro
Kedua mata Alana membelalak sempurna, dia terlalu terkejut akan ucapan Alvaro barusan. Alana menyunggingkan senyumnya, tak ingin Alvaro berubah pikiran Alana segera membalikkan badannya kembali. Lalu, gadis itu segera duduk disamping Alvaro.
"Jangan ngrepotin gue." Ucap Alvaro tanpa menoleh
Alana menganggukkan kepalanya, "Oke, nggak akan ngrepotin." Beo Alana mengulangi perkataan Alvaro
Gadis itu lebih memilih menghadap jendela bus, melihat pemandangan lebih baik dari pada melihat kearah Alvaro. Duduk berdekatan dengan laki-laki itu saja sudah membuat jantungnya berdetak tak karuan, dan hampir copot. Apalagi kalau harus menatap wajah Alvaro, sudah dapat dipastikan asmanya akan kambuh. Mungkin bisa lebih parah karena terlalu lama menahan napas.
"Kalau ngantuk tidur gak usah dipaksa," Kata Alvaro. "Gue keganggu, dari tadi lo nguap mulu."
Glek
Alana menelan salivanya cepat, memang dari tadi dia menahan untuk tidak menguap tapi rasa kantuknya tidak bisa diajak kompromi. Apalagi dirinya tak ada teman ngobrol, ditambah tadi malam dirinya harus begadang karena tidak bisa tidur. Alhasil, sekarang dirinya harus menahan malu dihadapan Alvaro akibat ulahnya sendiri.
"Siapa yang ngantuk." Sewot Alana
"Ck," Alvaro berdecih pelan, " Udah kepergok masih berdalih ngomong nggak, dasar cewek."
Mendengar hal itu, kantuk Alana menguap begitu saja. Rasanya dia ingin menghilang dan tenggelam di rawa-rawa saat ini juga. Alana merutuki dirinya sendiri, duduk bersama Alvaro adalah keputusan yang salah yang pernah dia buat.
***
Setelah sampai di tempat camping, Alana bergegas turun dan keluar dari bus. Bukan apa-apa, dia hanya tak ingin berlama-lama disamping Alvaro. Laki-laki itu berhasil membuatnya malu dan diam tak berkutik selama di bus. Jika saja waktu bisa diputar kebelakang, pasti Alana sudah melakukan hal itu sejak dua jam yang lalu.
Bayangkan saja, selama dua jam perjalanan dia terus-terusan menatap jendela tanpa heti. Dan kini berakibat buruk untuk lehernya yang terasa nyeri.
"Lan." Panggil Aqilla
"Hm." Jawab Alana tak minat. Sembari memegang lehernya.
"Kenapa leher lo, digigit vampire." Ledek aqilla
Alana mengerucutkan bibirnya kedepan. Disaat seperti ini, sahabatnya itu malah membuat lelucon yang membuat suasana hatinya semakin keruh. Jika saja, Aqilla tahu yang sebenarnya. Alana yakin Aqilla akan menertawai dirinya tanpa henti.
"Ya enggak lah." Sewot Alana
Aqilla tersenyum samar, "Ya terus tuh leher kenapa?"
"Nggak apa-apa." Ucap Alana. Sembari melangkahkan kakinya meninggalkan Aqilla.
Bertemu Aqilla bebannya bukan berkurang, malah membuat suasana hati Alana semakin buruk . Padahal niatnya, dia ingin menceritakan kejadian saat di bus antara dirinya dan Alvaro. Saat ini Alana hanya bisa berharap Alvaro tak menampakkan batang hidungnya di hadapannya. Tapi ternyata dewi fortuna sedang tak berpihak pada gadis itu. Dirinya harus berpapasan dengan Alvaro, tapi Alvaro malah menunjukkan wajah biasa saja seperti tak pernah terjadi apa-apa.
Lebih menyebalkan lagi, disaat Alana memutar kepalanya laki-laki itu juga menatap kearahnya dengan tersenyum remeh. Alvaro telah mematahkan hatinya sebelum berjuang, padahal dia baru saja memulainya. Jika sudah seperti ini, dia harus bersikap seperti apa ke cowok itu.
***
"Gue harus gimana qil?" Tanya Alana. Gadis itu baru saja menceritakan permasalahannya pada Aqilla. Kali ini gadis itu berharap sahabatnya akan memberi saran, bukan hanya menambah beban pikirannya yang saat ini sedang buntu tak tahu harus berbuat apa.
Aqilla tersenyum simpul, lalu menjawab pertanyaan Alana tanpa beban. "Nggak usah dipikirin kayak biasanya aja." Saran Aqilla
"Maksut lo, gue bersikap seolah kayak nggak terjadi apa-apa gitu?" Tanya Alana memastikan
Aqilla mengangguk pelan. Lalu menghela napasnya secara perlahan, "Ya...menurut gue sih lo mendingan bersikap biasa aja, jangan mau kalah sama Alvaro yang bisa bersikap biasa aja ke lo."
Alana mencoba memikirkan ucapan Aqilla, terlihat dari kerutan di dahi gadis itu. Sepersekian detik gadis itu kembali bersuara.
"Tapi gue malu, gimana dong?" Tanya Alana dengan raut wajah sedih
"Halah... biasanya juga malu-maluin," Ledek Aqilla "Kalau gitu, ya lo mending move on alias mundur sebelum menang."
"Enggak, gue nggak mau mundur gitu aja." Jawab Alana cepat
Benar, dia harus bersikap biasa saja daripada harus merelakan sesuatu yang melibatkan perasaan. Melupakan seseorang tak segampang membalikkan tangan berkali-kali. Dan sesuatu yang melibatkan perasaan akan berakhir menyakitkan. Apalagi Alana sudah terlanjur masuk ke kehidupan Alvaro, walaupun laki-laki itu tak pernah peduli dengan kehadirannya. Toh, Alvaro juga bersikap biasa saja tak mempedulikan hal itu. Jika Alvaro bisa, kenapa dirinya tak bisa. Ini masalah waktu, jika dia berhasil membuat Alvaro juga menyukainya berarti dia yang akan menang. Semuanya tergantung bagaimana Alana yang mengendalikannya.
***
Revisi : 15 - 08 - 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVANA [Completed]
Novela Juvenil(FOLLOW SEBELUM BACA) Cerita seorang cewek mengejar cowok mungkin sudah banyak kalian jumpai. Tetapi, alangkah baiknya kalian mengetahui cerita ini. Tentang Alana Farasya Lefanni , seorang gadis periang yang tak pernah putus asa saat menginginkan se...