♻️ Bagian 35

5.2K 235 0
                                    

HAPPY READING

"Yang buat soal siapa sih, otak gue pen meledak rasanya!" Jastin, sejak keluar dari kelas sampai di kantin laki-laki itu tak henti-hentinya mendumel. Ia terus saja menyalahkan soal dan si pembuat soal lantaran dirinya tak bisa mengerjakan.

"Otak lo aja yang pas-pasan, ngomong gitu aja susah banget!" Sahut Randy. Kupingnya sudah pengang mendengar ucapan Jastin yang menurutnya unfaedah. Salah sendiri, sudah tahu memiliki otak pas-pasan tapi tak mau belajar.

"Lo ngeremehin gue?" Sewot Jastin "Otak lo juga pas-pasan ya, asal lo tahu!"

Randy terkekeh sebentar, "Setidaknya gue gak nyalahin soalnya!" Sindirnya.

"Lo nyindir gue?" Balas jastin tak terima.

Brak

Semua pasang mata yang semula fokus melihat keributan Jastin dan Randy, kini beralih menatap gadis bersurai panjang itu.

"BERISIK!, kalau mau debat di lapangan aja sana!" Ujar Alana. Membuat seluruh penghuni kantin menatap kearahnya.

Alvaro malah terkikik, "Mampus!"

"Randy noh yang salah, gue gak salah!" Bela Jastin, ia melirik Randy tajam seolah melayangkan permusuhan.

"Kenapa nyalahin pacar gue?" Sahut Aqilla, ia tak terima dengan ucapan Jastin. Jelas-jelas laki-laki itu yang sedari tadi menggerutu tapi malah menyalahkan orang lain. "Lo yang salah, jangan nyalahin orang lain!"

"Yah...kalau udah bucin mah susah!" Sindir Jastin, menutup mulutnya seolah-olah ingin muntah.

Randy yang tak terima pun menoyor kepala Jastin, "Ngomong apa, Lo?"

Jastin menyatukan kedua tangannya di depan dada, "Ampun bang jago, sorry bang jago!" Ujarnya dengan bernada.  Begini-nih kalau kecanduan aplikasi tik-tuk, berbicara saja menggunakan nada.

"Sinting!"

"Gila!"

"Bukan temen gue!"

"Gue gak kenal!" Ucap keempat remaja itu berbarengan. Mereka serempak bergidik ngeri, semenjak Jastin ditolak Audy laki-laki itu menjadi sadboy dan sering membuka aplikasi tik-tuk dan membuatnya seperti ini. Malang sekali memang nasib Jastin, sudah bego sadboy lagi.

***

Keempat remaja itu tengah berjalan menyusuri mall disalah satu kota Jakarta. Niatnya hari ini mereka ingin menonton film yang baru saja tayang kemaren. Sebenarnya dua remaja laki-laki yang berjalan di belakang Alana itu tak niat, tapi hanya karena pacarnya mereka jadi mengiyakan saja. Jangan tanyakan kenapa Jastin tak mau ikut alasannya simpel, ia tak mau dijadikan obat nyamuk para bucin-bucin ini. Jadi lebih baik ia bermain game online dengan wifi tetangga. Lumayan, gratis bisa lebih irit.

"Kak Alvaro mau makan dulu apa langsung nonton?"

Alvaro menaikkan sebelah alisnya, "Kan tadi udah makan di kantin, kamu lapar lagi?"

"Cuma nanya aja, siapa tahu kak Alvaro mau makan lagi gitu. Mumpung masih ada waktu buat makan." Ujar Alana. Ia memang memilih jam penayangan pukul dua, dan sekarang baru pukul setengah dua. Masih ada waktu tiga puluh menit lagi untuk menonton film itu.

"Gak, masih kenyang."

Alana mengangguk paham, "Yaudah Alana mau beli minuman dulu, kak Alvaro tunggu di sini aja."

"Aku aja, kamu tunggu di sini." Ucap Alvaro yang diangguki Alana.

Lima menit berlalu, Alvaro datang dengan dua cup minuman dan satu popcorn besar di tangannya. Laki-laki itu tak terlihat kesusahan sama sekali, beda ceritanya jika yang membawa Alana. Pasti sudah tumpah sebelum sampai.

ALVANA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang