HAPPY READING
Aku dan kamu itu seperti 2 magnet yang didekatkan, tapi anehnya kamu selalu menjauh saat aku mendekat padahal kita berada di kutub yang sama
***
"Alana gak nafsu makan, mi." Ujar Alana lemah. Dua jam lalu ia baru saja menjalani kemoterapi. Badannya terlihat lemas, wajahnya juga pucat pasi.
"Dikit aja, sayang." Bujuk Kinan - sudah semua cara ia lakukan, tapi Alana masih saja keras kepala.
Semalah, semenjak ia dan suaminya kembali keruang rawat Alana. Mereka melihat Alana tengah menangis sesenggukan, sembari memeluk kedua lututnya. Hidungnya juga memerah, mungkin sudah terlalu lama menangis - pikir mereka.
Setelah mengetahui alasan putri semata wayangnya menangis. Kinan juga tak bisa membendung air matanya. Ia lemah, ia tak bisa melihat Alana serapuh ini. Jika saja dia bisa menggantikan posisi Alana, pasti sudah ia lakukan.
Setelah kegiatan haru biru itu selesai. Alana memutuskan mau di kemoterapi. Alana ingin sembuh, ia tak mau merepotkan orang tuanya. Ia cukup sadar, dirinya sudah membuat orang tuanya cemas dengan penyakitnya. Alana tak mau membebani pikiran orang tuanya, kalau saja ia menolak kemoterapi.
"Alana ngerepotin mami sama papi, ya." Ujar Alana lemah. Air matanya tumpah, ia memang tak setegar kelihatannya.
Kinan menggeleng kuat, "nggak, sayang. Alana nggak ngerepotin mami sama papi." Kinan ikut menangis. "jangan ngomong kayak gitu. Alana nggak pernah jadi beban mami, apalagi papi." Sahut Darwis, yang baru saja membuka pintu.
"Maafin, Alana." Lirih Alana. Air matanya kembali jatuh, dan kini semakin deras. "Kenapa harus, Alana." Ucapnya parau.
Darwis mendekat, lalu memeluk putri semata wayangnya dengan erat. Memberi kenyamanan dan juga kekuatan. "Jangan pikirin mami sama papi. Yang terpenting saat ini, kamu harus sehat. Jangan pikirin apapun yang membuat kamu sedih, apalagi stress." Darwis melonggarkan pelukannya, ia mengusap puncak kepala Alana dengan sayang. "Alana anak kuat. Kamu pasti bisa ngelewatin ini semua."
"Sekarang kamu makan ya, mami suapin. Habis itu minum obat, biar bisa istirahat." Tutur Kinan. Ia mengambil bubur yang hampir dingin di nakas.
Alana menerima suapan itu, hingga menyisakan separo. "Alana udah kenyang, mi."
Kinan mengangguk, "sekarang minum obat." Ujarnya.
Setelah meminum obatnya, Alana kembali berbaring. Matanya semakin berat, hingga matanya tertutup sempurna. Gadis itu sudah menjelajahi alam mimpi.
***
Tiga hari sudah berlalu. Tapi Alvaro tak menemukan bekal dari Alana. Seperti pagi ini, ia mengeluarkan berbagai macam coklat dari kolong mejanya. Tapi nihil, ia tak menemukan kotak bekal berwarna polkadot yang biasa Alana bawa.
"Nyari apa, lo." Ujar Randy. Alisnya berkerut saat melihat meja Alvaro penuh dengan coklat. Memang ini sudah menjadi hal biasa, tapi biasanya Alvaro tak pernah peduli isi kolong mejanya. Randy dan Jastin lah yang bertugas mengeluarkannya.
"Alana nggak ada nitip bekal ke, lo?" Alvaro masih berusaha mengeluarkan cokelat-cokelat itu.
"Nggak, ada." Ujar Randy "baru nyesel, sekarang?" Sindirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVANA [Completed]
Fiksi Remaja(FOLLOW SEBELUM BACA) Cerita seorang cewek mengejar cowok mungkin sudah banyak kalian jumpai. Tetapi, alangkah baiknya kalian mengetahui cerita ini. Tentang Alana Farasya Lefanni , seorang gadis periang yang tak pernah putus asa saat menginginkan se...