♻️ Bagian 41

4.8K 165 0
                                    

HAPPY READING

   alana.aquilla

 ♥️  💬  ➡️8

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 ♥️  💬  ➡️
8.512 suka
alana.aquilla ♥️

***

Roda kendaraan itu berhenti berputar. Menandakan sang pemilik mobil sudah sampai tujuan. Alana mengerutkan keningnya, menoleh ke arah depan, kanan, lalu ke kiri secara bergantian. Namun netranya tak salah lihat, Alvaro membawanya ke tempat pemakaman daerah Jakarta bagian barat.

"Aku emang mau ngajak kamu kesini," lontar Alvaro, seolah dirinya tau apa yang Alana pikirkan. "Aku mau ngenalin kamu sama seseorang." Terangnya, seraya membuka sealbeat.

"Yuk turun." Ajak Alvaro, diangguki Alana.

Alana segera menyusul Alvaro, yang tengah menunggunya di depan mobil seraya menatapnya. Dan lengan kanannya membawa sebuket bunga.

"Mau ketemu sama siapa sih kak?" Tanya gadis itu, dengan muka penuh kebingungan.

Alvaro tersenyum sekilas, "Nanti kamu tau." Ujarnya lalu melangkah memasuki TPU itu.

Tak mau ambil pusing, Alana menurut saja mengikuti Alvaro dari belakang. Berpikir positif, mungkin Alvaro ingin berziarah ke makam orang terdekatnya. Walaupun di benaknya dipenuhi pertanyaan,

'kenapa tidak alvaro sendiri yang kesini, kenapa harus ada Alana. Siapa sih yang mau kak Alvaro kunjungi.'

Dan beberapa asumsi kenapa Alvaro mengajaknya kesini.

***

"Ini makam siapa, kak?" Alana menatap gundukan tanah dengan nisan terukir atas nama Alfia Thalita Putri.

Alvaro diam mematung. Beberapa saat kemudian ia berjongkok, membersihkan nisan dengan tangannya. Lalu, laki-laki itu meletakkan sebuket bunga di atas nisannya. Tak lupa ia juga menaburkan kembang warna-warni di atas gundukan tanah itu.

Gadis itu ikut berjongkok di samping Alvaro, tangan kanannya tak tinggal diam. Ia ikut menaburkan kembang warna-warni itu.

"Dia Fia, teman masa kecilku yang pernah aku ceritakan sama kamu." Ujar Alvaro akhirnya. Menjawab pertanyaan Alana yang sejak tadi menunggu jawabannya.

"Gadis yang telah mencuri perhatianku, sekaligus gadis yang berhasil membuatku jatuh cinta. Walaupun itu hanya cinta monyet."

"Wah, beruntung banget ya kamu Fia. Bisa buat Kak Alvaro jatuh cinta sama kamu, tanpa harus berjuang lebih dulu." Kekeh Alana bercanda. Membuat Alvaro menoyor kepalanya pelan.

Alvaro mengusap batu nisan di depannya pelan. Jika boleh jujur, ia merindukan sosok teman masa kecilnya ini. Rindu akan kehadirannya, dan rindu akan kebersamaan mereka yang sudah terjalin lama.

"Hai, kak Fia." Sapa Alana.

Alana menoleh kearah Alvaro. Setelah laki-laki itu mengangguk, barulah Alana meneruskan ucapannya. "Aku Alana."

ALVANA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang