♻️ Bagian 38

4.6K 218 5
                                    

HAPPY READING

Sang surya sudah kembali ke peraduannya, tapi kedua sejoli itu masih enggan meninggalkan pemandangan alam yang sangat berharga untuk dilewatkan. Beragam foto juga sudah memenuhi galeri ponsel mereka, yang mereka ambil saat senja berlangsung.

Omong-omong soal Jastin. Laki-laki itu tak menampakkan batang hidungnya sama sekali, semenjak kejadian makanan siang tadi. Semarah itukah pria itu hingga tak mau bergabung dengan mereka. Alana yang sudah sangat kepo ingin tahu jawabannya dan otaknya pun sudah di penuhi beberapa pertanyaan itupun akhirnya terlontar begitu saja.

"Kak Jastin kemana aja, kok daritadi gak keliatan?" Ujar Alana, seraya mengunyah makanannya. Ya, mereka saat ini tengah menikmati makan malam di temani dentuman ombak yang terdengar dari pantai.

"Kenapa? kangen lo sama gue?" Sahut Jastin ,"Gue emang ngangenin sih, gak heran juga kalau lo kangen sama gue," ucapnya, membuat salah satu seorang gadis yang ada di sana merasa ingin mual. Jastin yang tak sengaja menatap gadis itu pun kembali bersuara,"kenapa lo? gak terima?" Sosornya.

Memutar bola matanya acuh, Aqilla kembali melanjutkan makannya dari pada harus meladeni Jastin. Percuma, tidak ada hasilnya dan ia akan kembali berdebat dengan Randy. Ya, tadi sore Randy memperingatinya untuk tidak terpancing ucapan Jastin. Terjadi perdebatan kecil, hingga akhirnya Aqilla memilih mengalah dan menyetujui ucapan pacarnya.

"Alana nanya belum lo jawab!" Sambar Alvaro, ia sendiri juga ingin tahu kemana temannya itu pergi setelah makan siang. Menurutnya percuma, jauh-jauh ke Jogja tapi tidak menikmatinya sama sekali.

"Pertanyaan yang mana?" Ucapnya seraya berpikir, "Oh... yang itu?" Menjetikkan jari, lalu kembali berbicara. "Gue kebelet boker." Ujarnya dengan cengiran khasnya.

"Ewh... selera makan gue ilang seketika!"

Mengusap jemari Aqilla, mencoba menenangkan pacarnya supaya mengabaikan Jastin. "Yang...sabar." menghela napas berat, Aqilla mengangguk pelan membuat Randy bernafas lega. Mengacak kepala kekasihnya pelan.

"Gak bisa di sensor ya kak, atau diubah jadi lebih halus kata-katanya." Alana kembali bersuara, ia sendiri kaget mendengar ucapan kakak kelasnya itu.

"Ya maap keceplosan." Ujarnya tanpa rasa bersalah sama sekali.

Randy yang sejak tadi memilih diam pun akhirnya ikut nimbrung, "Mulut lo kayaknya perlu di service, sob."

"Lo pikir mulut gue apa, pake di service segala!" Dan perdebatan pun dimulai, Audy yang di berada di sampingnya pun tak segan-segan untuk menarik telinga Jastin tanpa ampun.

"Eh... Baby kok ditarik sih, kuping aku."

(Mon maap, Jastin emang selebay itu 🙃 harap maklum)

Audy menghela napas panjang, melepaskan tangannya dari telinga Jastin. "Bisa nggak, sehari aja gak emosi. Heran aku sama kamu, dikit-dikit emosi mulu."

"Nah...bener tuh kak, kalau gue jadi kakak gak akan tuh gue lepasin sampai tuh telinga putus!" Sahut Aqilla.

"Yang!" Peringkat Randy.

Aqilla kicep. Ia memajukan bibirnya pertanda sedang kesal, padahal mulutnya sudah siap mengeluarkan sumpah serapahnya untuk Jastin. "Iya-iya." Sesalnya.

"Bentar-bentar," Alana kembali bersuara saat ia mengingat sesuatu "bukannya tadi kak Audy mau nyusulin kak Jastin ya?" Tanyanya "Jadi kak Audy ngikutin sampai ke kamar mandi dong?" Imbuh Alana.

"Jadi kamu ....,"

Audy tertawa, "Enggak, aku gak jadi nyusulin dia. Kan udah gede, gak mungkin nyasar juga kan?" Selanya, memotong ucapan Jastin.

ALVANA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang