♻️ Bagian 37

4.7K 199 0
                                    

HAPPY READING

Mobil Alvaro sudah terparkir apik dihalaman rumah Alana. Laki-laki itu sudah menunggu gadisnya hampir satu jam, tapi lihatlah sampai pukul tujuh pagi Alana belum keluar dari kamarnya. Padahal dalam rencana mereka akan berangkat pukul setengah delapan, supaya sampai sana tak terlalu siang. Tapi jam karet sepertinya tak akan pernah hilang dari peradaban.

Alvaro menguap, masih sedikit mengantuk karena baru terlelap jam tiga dini hari. Dan sekarang dirinya sudah harus menjemput Alana menuju bandara.

Ia menatap sekilas jam di pergelangan tangannya, pukul tujuh lebih lima menit. Ia berdecak, "Ngomongnya suruh jemput sebelum pukul tujuh, udah jam tujuh lewat belum kelar juga dandan-nya. Dasar cewek, ribet!". Misuh-misuh Alvaro.

Suara langkah kaki menuruni tangga mulai terdengar, Alvaro mendongak. "Gak lama kan kak, nunggunya?" Ucap Alana tanpa dosa.

"Gak kok, gak lama. Hampir satu jam aku duduk di sini."

Alana mengerutkan keningnya, "Satu jam sebentar ya, kak?" Ucapnya polos.

"Mau aku jawab, atau pengen ketinggalan pesawat?" Ujar Alvaro, ia keluar dari rumah Alana terlebih dulu. Meninggalkan Alana dengan wajah cengo-nya.

"Salahkah Alana?" Ujarnya, lalu berlalu menyusul Alvaro dengan muka cemberutnya.

***

"Namanya Alvaro Radhitya Alfendo, Hobby suka ninggalin Alana!" Sindir Alana, gadis itu memasukkan kopernya ke bagasi mobil sendiri. "Gak peka sekali ya, pacar Alana." Imbuhnya.

Menghela napas, Alvaro membantu Alana memasukkan kopernya ke dalam bagasi. "Namanya Alana Farasya Lefanni, Hobby suka nyindir!" Balasnya dengan muka datar.

"Dasar, plagiat!"

"Dasar, cerewet!" Ujarnya, seraya berlalu meninggalkan Alana.

"Tinggalin terosss, s nya tiga. Biar dingin kayak sikapnya." Kesalnya, berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya menuju kursi penumpang.

"Jalan supirrr, r nya tiga biar mantab."

Alvaro menggeleng-gelengkan kepalanya saja, lebih baik ia diam daripada mereka harus ketinggalan pesawat. Laki-laki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Dua puluh menit lagi, semoga mereka tak terlambat.

***

Empat orang remaja ditengah keramaian sedang menunggu dua orang dengan muka was-was. Sepuluh menit lagi pesawat keberangkatan Jogja akan segera boarding. Tapi orang yang mereka tunggu belum juga datang.

"Itu mereka!" Ujar Audy, semua serempak menoleh kearah tunjuknya.

Terdengar helaan napas lega. Bagaimana tidak, adanya mereka di sini karena di sponsori oleh Alvaro dan Alana. Bukannya tidak mampu, tapi jika menurut Jastin 'Rezeki tak boleh di tolak.'

"Maaf ya, telat." Ujar Alana dengan nafas terengah-engah.

Jastin berkacak pinggang, "Maaf-maaf, kemana aja lo jam segini baru nyampe?"

"Oke, Alana coret dari list sponsor."

"Eh...Ampun bos, bercanda doang kok."

Semua orang di sana hanya geleng-geleng kepala menyaksikan perdebatan kedua orang itu. "Mau debat terus, atau mau ketinggalan pesawat?" Ujar Alvaro, ia mula jengah setiap kedua orang itu dipertemukan akan selalu adu mulut.

ALVANA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang