♻️ Bagian 27

7.6K 298 1
                                    

Aku mau jadi langit dan kamu harus jadi awannya, alasannya? ya, aku mau supaya kamu selalu sama aku, lah.

***

Aqilla dan Randy saling pandang sejenak seraya memainkan alisnya, lalu kembali menatap dua sejoli yang tengah duduk dihadapan mereka. Ini kejadian langka, terlihat Alvaro yang tengah mencuri pandang kearah Alana. Sedangkan Alana menunduk dengan senyum malu-malu. Ini ada yang aneh - pikir mereka.

Oh...ya, jangan tanyakan kemana perginya Jastin. Sejak dua hari yang lalu, setelah bel istirahat berbunyi. Jastin akan langsung melesat pergi ke kelas sebelah. Untuk apalagi kalau bukan menemui si Audy - gebetan barunya Jastin. Ia merasa kesal karena Alana selalu mengatainya jomblo. Kata keramat yang sangat ia benci.

Aqilla menggembungkan pipi, "Ngerasa ada yang aneh gak sih?" Ucap gadis itu.

Randy menganggukkan kepalanya mantap, "Hm," ia beralih menatap Aqilla. "Gue juga mencium bau-bau orang baru jadian." Sindir laki-laki itu.

Uhuk-uhuk

Alana terbatuk, ia tersedak minuman yang baru saja ia seruput. Dengan sigap Alvaro memberinya air mineral, menepuk-nepuk punggung Alana, meredakan batuk gadis itu. Hal itu juga tak luput dari pandangan kedua sejoli yang terheran-heran memperhatikan tingkah mereka. Sekali lagi, Aqilla dan Randy saling pandang. Berbicara dengan gerakan mulut dan alis mereka.

Batuk Alana reda. Ia meletakkan botol air mineral itu di meja. "Makasih, kak." Ucapnya.

"Udah gak apa-apa?" Alvaro mendekat, ia mengusap pelipis Alana.

Alana menggeleng lemah, "Hm."

"Jujur sama kita, kalian udah jadian kan?, kapan?, dimana?, kok gak ngasih tau kita?. JAWAB!." Berondong Aqilla. Jiwa kekepoannya sudah meledak-ledak. Ia ingin tahu yang sebenarnya, saat ini juga, dan detik ini juga.

"Jawab woy, udah kepo banget kita." Timpal Randy. Ia juga sudah sangat kepo dengan hubungan temannya ini. Jika praduganya benar, Randy akan menggojloki Alvaro karena sudah menjilat ludahnya sendiri.

Alana melirik Alvaro, terlihat laki-laki itu mengangguk membiarkan Alana untuk menceritakan yang sebenarnya. "Sebenarnya......"ucap Alana menggantung, ia tak tahu harus memulainya dari mana.

"Ya, gue sama Alana udah jadian. Hari Sabtu, tanggal empat belas. PUAS!" Ujar Alvaro. Ia menarik Alana keluar kantin. Sudah Alvaro pastikan, kedua sejoli itu akan meneriakinya meminta traktiran.

"Woy....mie ayam gue udah mau abis." Teriak Randy. Kesadarannya kembali saat punggung Alvaro menghilang dibalik pintu kantin.

***

"Kenapa harus ninggalin mereka sih, kak?" Ucap Alana, setelah beberapa menit mereka duduk di kursi yang ada di taman belakang. Dari sini ia dapat melihat pohon yang asri serta bunga yang bermekaran. Indah, satu kata yang terlintas di benak Alana saat ini.

"Kalau kita gak buru-buru pergi, si Randy bakalan minta dibeliin mie ayam lagi," ucap Alvaro "dan gue yang harus bayar." Lanjutnya menjelaskan. Sebenarnya, bukan itu alasan yang sesungguhnya. Alvaro hanya tak mau Randy sampai membocorkan ucapannya waktu itu. Ia ingat betul, kalimat apa yang terlontar dari mulutnya ini.

ALVANA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang