HAPPY READING
Ujian akhir semester berjalan dengan lancar hingga hari terakhir. Hari ini para murid tengah berkeliaran karena jam bebas, dan beberapa siswa ada yang menjalankan remedial karena mendapat nilai dibawah rata-rata.
Kantin yang memang tempatnya surga dunia bagi anak sekolah pun, kini sudah dipenuhi siswa-siswi sma galaxy. Entah itu hanya untuk nongkrong, atau memang mereka belum sarapan dari rumah.
Di meja paling ujung terdapat sepasang sahabat yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Alana yang sedang makan dengan tenang, dan Aqilla yang sedang menskrol beranda Instagram-nya.
"Oh may gosh... gue gak salah lihat, kan?" Teriak Aqilla tiba-tiba
Uhuk-uhuk
Alana tersedak, ia terkejut mendengar suara Aqilla yang terdengar melengking di telinganya. Gadis itu meraih botol air mineral di meja, lalu meneguknya. " Ada apa, sih?" Tanya Alana.
Aqilla menunjukkan foto di ponselnya, sembari menunjuk foto itu. "Tuh lihat, kak Jastin posting fotonya kak Audy."
"Terus?"
Aqilla menghela napas, "Lo lihat dong, caption-nya— official. Masa iya kak Audy mau nerima kak Jastin?" Ucap Aqilla bertanya-tanya.
"Iya ya, apa iya kak Audy udah nerima kak Jastin." Beo Alana.
"Hey... what's up bro," ucap seseorang dengan cengiran kudanya, "udah lihat postingan gue di Ig belum?"
Kedua gadis itu kompak mengangguk, "udah." Jawab mereka singkat.
"Udah jadian emangnya?" Tanya Aqilla yang mulai kepo.
Jastin tertawa, "Udahlah, ya kali posting foto cewek tapi bukan pacar gue." Ucapnya dengan tingkat percaya diri tinggi.
"Oh!" Ucap Alana dan Aqilla berbarengan.
Kedua gadis itu melanjutkan aktivitas mereka masing-masing, tanpa memperdulikan Jastin ada di hadapan mereka. Hingga seorang gadis datang mengejutkan mereka.
"Eh...kalian disini juga?" Tanya Audy yang baru saja datang, membawa nampan berisi dua mangkuk bakso dan dua gelas es teh.
Mereka serempak mendongak, "duduk sini, sayang." Ujar Jastin. Audy menurut, ia meletakkan nampan itu di meja lalu duduk di samping Jastin.
"Ewh!" Ujar Aqilla, pura-pura mual dengan tingkah Jastin.
"Kenapa lo, sirik?" Sahut Jastin
Audy yang melihatnya pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kak Audy beneran udah pacaran sama, kak Jastin?" Tanya Alana
Audy mengangguk dengan senyum malu-malu, "iya."
"Kok mau sih, kak Audy!" Bukan, itu bukan suara Alana. Tapi itu suara Aqilla, padahal ia berharap Audy mengatakan sebaliknya. Dan pastinya ia akan mengatai Jastin si tukang halu.
"Kenapa? gak terima?" Sewot Jastin. "Lo aja pacaran sama sahabat gue, gue diem aja!"
Aqilla memelototkan matanya, "Terserah gue lah mau pacaran sama siapa!"
Perdebatan semakin memanas, Jastin yang notabenenya laki-laki pun tak ingin mengalah. Padahal Audy sudah memperingatinya untuk diam saja, tapi Jastin tetatlah Jastin, siapapun itu yang menginjak-injak harga dirinya ia tak akan terima walaupun itu berawal dari bercandaan.
"Randy kok betah sih, sama cewek cerewet kayak, Lo!" Ujar Jastin, sedangkan Audy yang ada di sebelahnya hanya bisa menghela napas jengah.
"Apa lo bilang?, gue aduin ke kak Randy ya!" Teriak Aqilla.
"Aduin a..."
"Aduin apa?" Ucap seseorang yang baru saja memasuki kantin.
Aqilla yang baru saja ingin membuka suaranya pun di bungkam Alana. "Biasa kak, kak Jastin kalau ketemu kita pasti ribut."
Randy hanya ber-oh ria, ia memang sudah sangat tahu jika Jastin disatukan dengan kedua gadis ini pasti akan adu bacot. "Kita pindah meja aja, kalau kamu gak mau lihat Jastin."
"Eh... gak usah pindah kak, Alana sama kak Alvaro mau ngomong sesuatu." Ucap Alana, seraya menatap Alvaro yang ada di sebelah Randy. "Duduk dulu aja."
Mereka menurut, mereka duduk membentuk lingkaran memenuhi meja itu. "Mau ngomong apa sih, lan?" Tanya Aqilla.
Randy mengangguk, ada terbesit rasa kepo hadir di benaknya. "Iya, jangan bikin kita kepo. Buru!" Ucapnya tak sabaran.
"Jangan bilang Alvaro mau lamar, lo?" Ucap Jastin ngawur "Atau jangan-jangan, Lo....?" Sambungnya dengan ucapan terpotong, yang langsung saja dihadiahi jitakan keras dari Alvaro. "Kalau ngomong tuh dipikir dulu!"
"Ampun." Balasnya dengan muka melas.
"Udah-udah, kalau kalian debat mulu. Kapan Alana ngomongnya?" Sahut Audy yang sudah jengah dengan tingkah mereka.
Mereka langsung kicep, Alana tersenyum sekilas lalu kembali bersuara. "Jadi gini, ujian kenaikan kelas kan udah selesai. Jadi..."
"Jadi....?" Ulang Jastin
"Alana mau ngajak kalian ke Jogja yeyy!!!" Sorak Alana.
"Serius?" Ucap mereka kompak kecuali Alvaro.
Alana mengangguk kecil, "Iya, tapi gak gue sponsori ya." Kekehnya.
"Yah, kirain dibayarin sekalian."
Alana tertawa, "Bercanda kak, kan Alana yang ngajak."
"Nah gitu dong, gue baru semangat!" Balasnya, seraya menggebrak meja tak terlalu keras.
"Kalau gratisan aja, cepet lu." Sindir Randy
"Gue gak tuli, gue denger."
***
Sesampainya di rumah, Alana segera memasuki kamarnya. Mengganti seragamnya dengan pakaian rumah, lalu dilanjutkan packing untuk besok pagi.
Sangking fokusnya Alana memilih baju untuk tiga hari ke depan pun, ia sampai tak menyadari kehadiran Kinan. "Alana, sayang?" Panggilnya.
Alana tersentak, ia menoleh. "Eh mami, kenapa mi?"
"Mau bantuin kamu packing." Balas Kinan.
Alana hanya ber-oh ria, selanjutnya ia mengangguk.
"Obat kamu jangan lupa dibawa, jangan lupa makan juga." Peringat Kinan.
"Iya mi, Alana pasti bawa obatnya kok."
Kinan menghentikan aktivitasnya memasukkan baju kedalam koper. "Abis dari Jogja, kita bakal langsung ke Prancis. Kamu siap, kan?"
Alana ikut menghentikan aktivitasnya, matanya sudah berembun ingin mengeluarkan cairan kristal dari netranya. "Siap gak siap, harus Alana hadapi kan, mi?"
"Mami tenang aja, Alana pasti baik-baik aja." Ucapnya dengan senyum getir. Sebenarnya itu hanya kalimat penenang untuk maminya, namun hal itu tak sejalan dengan yang ia rasakan saat ini.
"Mami siapin makan siang dulu, kalau udah selesai langsung ke bawah." Ucapnya, seraya melangkahkan kakinya keluar kamar Alana.
Setetes cairan bening itu mulai membasahi kedua pipinya. Rasa takut mulai menghampiri, ia takut jika operasi-nya gagal. Dan ia tak bisa melihat orang disekelilingnya lagi.
Alana mengusap pipinya kasar, "Lo harus kuat lan, lo pasti bisa lewatin ini semua. JANGAN NYERAH!"
Ia mengangguk - angguk, mencoba menyemangati dirinya sendiri. Jika ia saja tak bisa mengendalikan dirinya untuk tak menangis, bagaimana ia bisa menyuruh orang lain untuk tak bersedih? pasti mereka akan lebih menderita jika ia seperti ini.
"Ok, lo bisa lan. Apapun yang terjadi, lo harus kuat. Jangan sedih please, jangan nangis. Lo kuat, jangan bikin orang tua lo khawatir! Semangat!" Ucapnya menyemangati dirinya sendiri. Ia kembali memasukkan beberapa bajunya dan perlengkapan lainnya ke dalam koper. Setelah itu ia turun untuk makan siang, karena maminya sudah menunggunya dari tadi.
***
Masih ingat cara nge-vote kan?, Yuk pencet 🌟 yang ada di pojok bawah sebelah kiri.
Update : 20 - 10 - 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVANA [Completed]
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM BACA) Cerita seorang cewek mengejar cowok mungkin sudah banyak kalian jumpai. Tetapi, alangkah baiknya kalian mengetahui cerita ini. Tentang Alana Farasya Lefanni , seorang gadis periang yang tak pernah putus asa saat menginginkan se...