♻️ Bagian 22

8.4K 344 3
                                    

***

Percayalah, mencintai seseorang tanpa ada balasan itu sangat menyakitkan.

***


Jika kalian berpikir Alana akan mundur, jawabannya salah. Semenjak pulang dari rumah sakit tiga hari yang lalu, Alana malah makin gentar mendekati Alvaro. Ia tak peduli tentang cibiran orang, ia juga tak peduli jika Dista kembali menyerangnya.

Bucin?, sepertinya itu panggilan yang cocok disematkan untuk Alana. Tapi, sepertinya bukan hanya gadis itu. Salah satu sahabat Alvaro - Randy, rekan Alana barter makanan. Kalian pasti paham bukan?. Ya, Randy sampai saat ini masih saja menjadi pecundang. Laki-laki itu belum juga menyatakan perasaannya untuk Aqilla.

Respon Alana?, gadis itu sedikit kesal dengan Randy. Dua bulan berlalu, tapi pria itu selalu menitipkan coklat setiap harinya. Selain pecundang, Randy juga tidak romantis sama sekali.

"Coklat terus, bunganya mana kak!" Sindir Alana. Ia sampai bingung, menjawab pertanyaan Aqilla setiap dirinya memberikan coklat.

Sedangkan Randy, ia hanya menyengir kuda. Benar-benar laki-laki tak modal sama sekali. "Gue bingung mau ngasih apa." Halah....alasan klise yang selalu Alana dengar, setiap ia bertanya kenapa Randy selalu memberi coklat. Benarkam, sematan-sematan yang pas untuk kakak kelasnya itu.

Jika, dipikir-pikir sahabat-sahabat Alvaro aneh semua. Termasuk, laki-laki itu sendiri. Coba pikirkan, Alvaro itu tampan, tinggi, pintar, dia juga banyak digandrungi siswi di sma galaxy termasuk Alana. Tapi semuanya ditolak mentah-mentah, Alana jadi berpikir jika laki-laki itu belok.

Sedangkan Jastin, pria itu masih menjomblo sampai saat ini. Selain itu, ia juga suka menghalu mirip dengan Lee Min-ho. Membuat Alana ingin muntah seketika saat mengingatnya. Kalau Randy?, Kalian tahu sendirilah.

Alana menggelengkan kepalanya pelan, mengusir pikiran-pikiran yang tak seharusnya muncul di benaknya. Seharusnya, ia memikirkan alasan apa yang cocok untuk menjawab pertanyaan Aqilla saat ini.

"Bukannya gue nggak mau nerima coklat ini, tapi lo ngasih hampir tiap hari Alana!" Aqilla menggeram. Alana selalu beralasan seperti ini, "Lo tau kan gue gak terlalu suka coklat, jadi gue kasih ke lo yang notabenenya pecinta coklat." Aqilla sampai hafal kalimat itu. Ia memang suka coklat, tapi tidak setiap hari harus makan coklat bukan?. Terus kalau tidak suka kenapa dibeli?, benar bukan pertanyaan Aqilla?. Dan Alana menjawab,

"Dikasih sama fans gue, mubajir kan kalau nggak di makan?."

Sepertinya, Aqilla harus menerima coklat itu saja daripada harus berdebat panjang lebar dengan Alana. Jika kalian ingin tahu, cokelat-cokelat itu sampai memenuhi kulkasnya karena belum sempat ia makan.

***

Hari terus berganti seperti semestinya. Tak ada yang berubah, semuanya masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Ini sudah bulan kedelapan Alana sekolah di sini. Cukup lama memang, tapi untuk meyakinkan Alvaro ini sudah terlalu lama.

Gadis mana yang tidak lelah, jika selama itu tak ada tanggapan sama sekali dari pihak laki-laki. Alana pikir, kejadian- kejadian dua bulan yang lalu akan membuat Alvaro mau menoleh kearahnya. Tapi nyatanya masih sama saja. Semua perjuangan-nya terasa sia-sia.

"Kak Alvaro, beneran nggak suka sama Alana?" Sudah sepuluh kali dalam sehari Alana bertanya dengan kalimat yang sama. Bukan apa-apa, ia hanya ingin memperjelas semuanya.

"Lo tahu jawabannya, na." Alvaro menoleh, "jangan tanya itu lagi, gue capek dengernya!" Alvaro berteriak. Untung saja kelasnya saat ini sepi, hanya ada mereka berdua.

ALVANA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang