Jangan dekat sama cowok lain, gue CEMBURU!!! Gue gak suka!
***
Sudah hampir tiga puluh menit Alana berdiam diri di parkiran yang sudah sepi, tapi Alvaro belum juga menghampirinya. Cowok itu sudah berjanji akan mengantarkan Alana menemui – Yudi – sepulang sekolah. Karena minggu lalu Alvaro tak bisa mengantarnya karena ada urusan mendadak. Laki-laki itu tadi izin untuk rapat OSIS, yang memang selalu diadakan rutin setiap hari Senin. Alana tak masalah, jika ia harus menunggu Alvaro. Tapi nyatanya Alvaro belum juga menampakkan batang hidungnya, padahal biasanya tak selama ini.
"Masih lama, ya!" Alana bergumam. Matanya terus menatap pintu ruang osis yang masih tertutup, menandakan bahwa rapat belum usai.
Alana memainkan ponselnya. Mengusir rasa bosan yang menyerang. Dari aplikasi WhatsApp, Instagram, sampai Twitter sudah Alana jelajahi semua. Tapi Alvaro belum kunjung datang juga, yang ada rasa bosannya semakin menjadi. Alana beralih memainkan game Cooking Mama yang baru saja ia download kemarin sore, lumayan untuk menghilangkan rasa bosan selama menunggu Alvaro.
Suara langkah kaki mendekat, Alana mendongak seraya menampilkan wajah masam. Tapi yang ia dapati bukanlah Alvaro yang berdiri di hadapannya, melainkan Bagas yang beberapa waktu lalu hilang entah kemana. Alana tersenyum kikuk, mencoba menyapa Bagas yang sejak tadi menatapnya. Entah apa arti tatapan laki-laki itu, membuat Alana harus berjaga-jaga.
Alana mengerutkan keningnya saat Bagas mengulurkan lengan kanannya. "Gue mau ucapin selamat ke lo," ucapnya, Alana menaikkan alisnya tak mengerti. "Denger-denger lo udah jadian sama Alvaro, jadi gue mau ucapin selamat ke, lo." Imbuhnya.
"Oh..." Alana menerima uluran tangan itu, "makasih, kak." Balas Alana, ia tersenyum kikuk hingga deheman seseorang membuatnya tersentak kaget.
"Gue pamit dulu, lan!" Pamitnya yang diangguki Alana, "iya kak!". Setelah kepergian Bagas, kecanggungan menyelimuti kedua remaja itu. Alana memilin ujung tali ranselnya, saat Alvaro tak kunjung bersuara. Biasanya laki-laki itu akan berbasa-basi seperti ini, "Lama gak nunggunya?" Atau "Maaf ya buat kamu nunggu lama!". Ya, ini bukan pertama kalinya Alana menunggu Alvaro rapat osis. Selama dua minggu berpacaran dengan Alvaro, ia jarang melihat Alvaro mendiaminya. Tapi kali ini, laki-laki itu bersikap seperti pertama kalinya ia mengenal cowok itu.
"Kak Alvaro kenapa?, kok diem aja?" Alana membuka suara, ia tak tahan berada di situasi seperti ini. "Kak Alvaro marah, ya. Alana ada salah?" Alana menatap ujung sneakers-nya. Ia tak berani menatap wajah Alvaro, pasti laki-laki itu memasang wajah datarnya. Dan Alana tak suka itu.
Alvaro menghela napas, "Gue gak marah, Alana!" Ujarnya penuh penekanan, menahan emosi supaya tak meledak di hadapan Alana. "Lihat gue!" Alvaro memegang bahu Alana, menatap wajah gadisnya yang menunduk.
Alana mendongak, menatap wajah Alvaro yang juga menatapnya. "Dengerin!" Alana dapat melihat keseriusan dari ucapan Alvaro. Ia meneguk salivanya cepat, sungguh Alana tak ingin melihat Alvaro yang seperti ini. "Jangan buat gue cemburu na." Alana membelalakkan matanya, terkejut atas pengakuan Alvaro yang tiba-tiba. Ini terasa mimpi, ia tak pernah membayangkan Alvaro akan mengucapkan kalimat itu.
"Gue gak mau lihat lo dekat sama Bagas, apalagi ngobrol sama dia sampai pegangan tangan kayak tadi!" Tuturnya penuh penekanan di setiap katanya, berharap Alana mengerti. "Gue gak suka!" Pungkasnya.
Alana menubruk tubuh Alvaro keras. Ia memeluk lelakinya erat. Alana terlampau bahagia, menjadi kekasih Alvaro memang keinginannya. Tapi Alana tak pernah membayangkan Alvaro akan bersikap semanis ini. Sungguh, ini diluar ekspektasi Alana. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan supaya dirinya tak berteriak dalam dekapan Alvaro sangking bahagianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVANA [Completed]
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM BACA) Cerita seorang cewek mengejar cowok mungkin sudah banyak kalian jumpai. Tetapi, alangkah baiknya kalian mengetahui cerita ini. Tentang Alana Farasya Lefanni , seorang gadis periang yang tak pernah putus asa saat menginginkan se...