***
Mungkin Aku terlalu berambisi untuk medapatkan orang yang aku cintai, sampai aku tak bisa merasakan bahwa dirinya tak bisa mencintai diriku
***
Suara semilir angin dan keheningan yang dapat mereka rasakan saat ini. Acara makan malam telah usai, kedua orang tua Alvaro dan Alana memutuskan untuk pulang karena hari sudah semakin larut. Gadis bersurai panjang itu tengah berdiri menatap gedung dan jalanan dari atas rooftop di cafe itu. Bukan karena ia tak ingin pulang, tapi orang tuanya-lah dan orang tua Alvaro yang meninggalkan mereka di sini. Entah bermaksud untuk apa.
Perihal obrolan mereka tentang perjodohan, mereka tak membahasnya lagi. Mereka membicarakan hal lain, menganggap ucapan Alana hanyalah angin lalu. Kedua orang tua itu tidak ingin memaksa anak-anaknya. Apalagi mereka masih sekolah dan mereka mengalami cinta sebelah pihak. Itu tak bagus jika dipaksakan.
Hari semakin larut. Angin malam juga semakin menusuk kulit Alana yang hanya dibaluti dress tanpa lengan. Gadis itu memeluk dirinya sendiri untuk mengurangi rasa dingin itu. Alana melirik sekilas kearah Alvaro, laki-laki itu tengah sibuk memandangi ponselnya.
"Huft...dingin banget sih," Alana meniup-niup kedua telapak tangannya. Lalu ia gosokkan ke kedua lengannya untuk mengurangi rasa dingin dan juga untuk menyindir Alvaro.
Alana mengerucutkan bibir bawahnya. Niat hati ingin membuat Alvaro lebih peka, tapi Alvaro tak meresponnya sama sekali. Membuat Alana iri dengan ponsel yang dari tadi menjadi pusat perhatian laki-laki itu. Kalau bisa berubah menjadi ponselnya Alvaro, Alana akan melakukannya saat ini juga.
"Kak Alvaro nggak mau pulang?" Tanya Alana
"Lo mau pulang?" Tanya Alvaro tak mengalihkan pandangannya.
Alana berjalan mendekat ke arah Alvaro, lalu ikut duduk di kursi samping Alvaro. "Pulang yuk kak, besok sekolah di sini juga udah dingin banget."
Alvaro manggut-manggut, setelah itu berjalan keluar rooftop tanpa sepatah katapun.
"Lah...gue di sini nggak di anggep ada." Gumam Alana.
Alana menatap pintu rooftop. Punggung Alvaro sudah tak terlihat, menandakan laki-laki itu benar-benar keluar tanpa memperdulikan Alana sama sekali.
Alana menghela napas pelan, lalu mengikuti langkah Alvaro yang semakin jauh sembari menghentak-hentakkan kakinya.
***
Alana memasuki mobil Alvaro, lalu menutupnya dengan keras membuat Alvaro terlonjak kaget.
"Kak Alvaro kenapa ninggalin Alana?, Kak Alvaro lupa ya kalau ada Alana, ish nyebelin banget sih jadi cowok." Gerutu Alana"Cerewet."
Setelah mengatakan itu, Alvaro langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sedangkan Alana mengalihkan pandangannya keluar jendela. Gadis itu masih merasa kesal karena Alvaro. Alana tahu, dia bersikap seperti itu hanya akan semakin menyakiti hatinya.
Beda halnya dengan Alvaro, lelaki itu terlihat biasa saja. Ia tak memikirkan atas tindakan dan ucapannya itu dapat melukai gadis di sebelahnya.
Alvaro menoleh kearah Alana saat terdengar satu isakan lolos dari bibir alana. Alvaro tahu gadis itu tengah menangis karena bahunya juga terlihat bergetar.
Setelah menempuh perjalanan dua puluh menit, mobil yang ditumpangi kedua remaja itu berhenti di depan gerbang rumah Alana. Sebelum turun, gadis itu mengusap matanya dengan kasar, menghapus jejak sisa air matanya.
"Makasih kak."
Setelah mengucapkan itu, Alana turun dari mobil Alvaro tanpa menatap laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVANA [Completed]
Fiksi Remaja(FOLLOW SEBELUM BACA) Cerita seorang cewek mengejar cowok mungkin sudah banyak kalian jumpai. Tetapi, alangkah baiknya kalian mengetahui cerita ini. Tentang Alana Farasya Lefanni , seorang gadis periang yang tak pernah putus asa saat menginginkan se...