Tetaplah menjadi matahariku yang selalu bersinar dan bisa menghangatkan di setiap keadaan.
***
Alana menghela napas gusar. Tangannya keringat dingin, tepat hari ini jadwalnya untuk kemoterapi. Walaupun ini bukan yang pertama kalinya, Alana tetap merasa takut. Efek kemoterapi membuatnya lemas dan tak nafsu makan.
Alana menyenderkan punggungnya di senderan brangkar rumah sakit. Ia menarik napas perlahan, lalu dikeluarkan melalui mulut secara perlahan pula. 'sampai kapan ini berakhir?' — gumam alana. Jika ditanya apakah Alana lelah?, Ya Alana lelah. Ia ingin hidup normal seperti teman-temannya yang lain, ia ingin menikmati hidup normal. Tidak ada obat, tidak ada kemoterapi, dan tidak ada penyakit di hidup Alana.
Ingin marah tapi marah ke siapa?, sampai saat ini masih bisa bernafas saja dirinya bersyukur. Jika Tuhan berbaik hati padanya, Alana ingin diberikan umur panjang supaya bisa membahagiakan orang tuanya.
Tak terasa air mata Alana sudah membanjiri kedua pipinya. Isakan kecil mulai terdengar di ruang rawat itu. Alana menumpahkan segala keluh kesahnya yang selama ini ia pendam. Hingga Dokter dan perawat yang bertugas merawatnya datang, membuat Alana sedikit terlonjak kaget.
"Apa kabar, Alana?" Sapa dokter perempuan itu. Ia tersenyum ramah menatap Alana.
Alana mengusap pipinya. Menghapus sisa air mata yang mengaliri pipi mulusnya. "Baik, dok." Balas Alana tak kalah ramah.
"Kamu yang sabar, ya. Saya yakin kalau kamu mau bersabar lagi, kamu pasti sembuh." Tutur dokter "Saya akan membantu semaksimal mungkin dan kamu jangan lupa berdoa, ya. Minta sama Allah supaya kamu diberi kesembuhan." Imbuhnya.
Alana mengangguk, "iya dok. Terimakasih sudah membantu Alana sejauh ini, Alana akan terus berdoa kepada Allah supaya Alana diberi kesembuhan." Balasnya.
"Aamiin," Sahut Dokter. "Gimana keadaan kamu?, udah siap?"
Alana mengangguk pelan, "siap gak siap Alana harus tetap kemoterapi kan, dok?" Papar Alana.
Dokter terkekeh, lucu sekali Alana ini. Bisa-bisanya disaat seperti ini ia masih bisa bercanda. "Kamu ini, tapi saya harus mastiin kamu bener-bener siap menjalani kemoterapi."
Alana terkikik, "Alana udah siap kok, dok." Ucap Alana. Ia berbaring, mengucap bismillah semoga kemoterapi hari ini berjalan lancar.
***
Jam dinding di ruang rawat Alana menunjukkan pukul tiga tepat. Kemoterapi sudah selesai sekitar dua jam yang lalu, dan berjalan dengan lancar. Tapi sampai saat ini Alana masih enggan membuka matanya. Jika dihitung sekitar lima jam Alana tak sadarkan diri.
Kedua orang tua Alana juga ada di sana, setelah dokter menyelesaikan kemoterapi-nya. Mereka terlihat khawatir karena kemoterapi sedikit lebih lama dari biasanya. Kinan membawa tangan Alana untuk menyentuh pipinya. Ia menangis sesenggukan, Kinan tak tega melihat putrinya terbaring lemah seperti ini.
Tangan Alana di genggaman Kinan bergerak perlahan. Kedua bola mata Alana bergerak perlahan dengan mata masih terpejam. Netranya mulai terbuka secara perlahan hingga terbuka secara sempurna. Alana mengerjap, menyeimbangkan matanya dengan cahaya sekitar.
"Mami," lirih Alana.
Kinan tersenyum sumringah, "kamu udah bangun, sayang." Ucapnya, ia menyiumi puncak kepala Alana.
Alana bergumam sebagai jawaban. "Kepala Alana pusing, mi." Ujarnya lemah.
"Jangan banyak gerak dulu." Peringat Kinan. "Mau minum?" Tawarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVANA [Completed]
Fiksi Remaja(FOLLOW SEBELUM BACA) Cerita seorang cewek mengejar cowok mungkin sudah banyak kalian jumpai. Tetapi, alangkah baiknya kalian mengetahui cerita ini. Tentang Alana Farasya Lefanni , seorang gadis periang yang tak pernah putus asa saat menginginkan se...