♻️ Bagian 7

9K 377 7
                                    

***
Bagian menyakitkan dari kenyataan ini adalah ketika aku mengistimewakan dirimu, kamu mengabaikan diriku

***

Sudah dapat dipastikan sepadat apa kantin saat jam istirahat tiba. Banyak murid yang tengah hilir mudik memenuhi kantin, entah itu yang tengah memesan makanan atau hanya sekedar bercanda gurau tapi tidak tau tempat. Membuat orang lain yang tengah lewat jadi terhalangi karena berdiri di tengah jalan.

Sudah lima menit berlalu, tapi Alana masih memandangi kantin yang penuh dan sesak dari luar. Bukan orang yang tengah berlalu lalang yang menjadi perhatiannya saat ini, tapi seseorang yang tengah memakan makanannya dengan raut datarnya di tengah keramaian kantin.

Gadis bersurai panjang itu segera memasuki kantin diikuti Aqilla dibelakangnya. Langkahnya ia percepat, seulas senyuman juga tercetak jelas di wajahnya. Laki-laki yang menjadi fokusnya saat inilah yang menjadi alasannya untuk tersenyum, dan menjadi semangatnya untuk datang ke sekolah.

"Hai kak." Sapa Alana

Randy dan Jastin seketika menghentikan suapannya yang hampir masuk ke mulut. Dua laki-laki itu dengan kompak menolehkan kepalanya ke Alana dan membalas sapaannya.

"Hai Adek Alana," Jawab Jastin "Eh...btw kue yang lo kasih tadi pagi enak lo yang buat sendiri lan?" Tanya Jastin

Alana mengerutkan dahinya, ia tak merasa memberi cowok dihadapannya kue.

"Hah?"

"Maksud Jastin kue yang lo kasih ke Alvaro tadi pagi." Jelas Randy

Alana semakin mengerutkan keningnya mencoba berpikir. Jika mereka membahas kue yang Alana kasih tadi pagi untuk Alvaro, seharusnya Alvaro yang bilang enak. Kenapa Jastin yang bilang begitu, apa...

"Jadi kak Jastin yang makan kuenya?" Tanya Alana dengan suara lantang

"Iyalah, orang Alvaro sendiri yang ngasih ke gue. Randy juga makan kok, iya kan?." Ucap Jastin tak terima dan diangguki oleh Randy.

Alana mengalihkan atensinya ke pria yang sedari tadi tak bergeming sejak kedatangannya. Alvaro memilih menyibukkan diri dengan makanannya, membuat Alana menggeram karena kesal dengan perbuatan Alvaro.

"Kak?" Panggil Alana

Alvaro masih tak bergeming.

"Kak Alvaro." Panggil Alana lagi

Alvaro masih tak bergeming seolah suara Alana hanyalah angin lalu.

"Kak Alvaro, please." Teriak Alana dengan sedikit keras.

Alvaro menolehkan kepalanya sekilas, dan melanjutkan makannya kembali."Apa?" Tanya Alvaro

"Kenapa kak? kenapa kue dari aku kakak kasih ke orang lain?" Lirih Alana

Alana seperti tak memiliki kekuatan lagi, pertahanannya runtuh. Alvaro tak pernah melihat kearahnya, laki-laki itu selalu mengabaikan dirinya. Tak pernah menganggapnya ada disekitarnya, walaupun Alana ada disampingnya.

Alvaro tak menjawab, laki-laki itu memilih diam ingin mendengar ucapan Alana lebih lanjut.

Alana menghela napas panjang sebelum membuka suaranya lagi, "Aku tahu kak Alvaro nggak pernah nganggep aku ada, aku tau kak Alvaro anggep aku hanya angin lalu, dan aku tahu kak Alvaro merasa risih kalau aku didekat kakak. Tapi tolong kak, hargai perjuangan aku sedikiittt aja.

"Aku tahu itu susah buat kak Alvaro, dan aku tahu kak Alvaro udah nyuruh aku mundur. Tapi aku nggak bisa kak, hati aku yang milih kakak bukan aku. Please, izinin aku buat masuk ke kehidupan kakak." Pungkas alana

ALVANA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang