O2. handsome stranger

579 72 15
                                    

Sean meringis ketika kapas yang terbasahkan air itu mengenai luka di dahinya. Rasanya perih tapi tak seperih luka di ekornya saat dia digigit piranha demi mengambil koin emas di bangkai kapal di dasar laut.


"Kamu kejeduk apaan lukanya bisa begini Se?" tanya Rachel yang sedang membersihkan lukanya dengan kapas basah itu.

"Kena batu karang."


"Sean?"

"Ya?"

"Kejeduk apa?"

"Kan tadi sudah ku jawab!"

Rachel menatapnya bingung. Sejak kapan pemuda di depannya ini menjawab pertanyaannya?

Memilih untuk tak bertanya-tanya lagi, Rachel memfokuskan dirinya untuk membersihkan luka di dahi Sean. Lukanya agak lebar, kayaknya kejedot batu.

Sebenarnya Rachel sedikit merasa aneh dengan Sean ini. Ia sering mengatakan bahwa ia bicara dan menjawab pertanyaan Rachel. Tapi Rachel sama sekali tak mendengarnya. Memangnya orang amnesia seperti itu ya?

Selesai membersihkan darah sekaligus kotoran di luka Sean, Rachel mengambil kapas baru lalu melumurinya dengan obat merah.



"Eittt?! Itu darah siapa?!"

Sean panik saat kapas berisi obat merah––yang dikiranya darah––itu diarahkan Rachel ke lukanya. Apakah Rachel berdarah juga? Sean panik.

"Rachel! Aku bertanya!" kesalnya sembari memegangi tangan Rachel yang hendak mengobati luka di dahinya dengan kapas berisi obat merah itu.

"Tanya apa?" bingung Rachel.

"Kamu benar-benar tak mendengar pertanyaanku? Pendengaranmu bermasalah ya?!"

Rachel mengerutkan keningnya. Tuh kan, Sean ini aneh sekali. Jelas-jelas Rachel tak mendengar pertanyaan dari Sean daritadi. Ia bertanya saja tidak dijawab oleh Sean––walau pemuda itu sudah mengatakan ia menjawabnya.

"T-tapi kamu gak ada nanya apa-apa Se..?"

Sean mendengus malas.

"Aku tadi tanya, itu darah siapa? Darahmu? Kamu terluka juga ya?" tanya Sean sambil menunjuk kapas berisi obat merah di tangan Rachel.

Oh astaga, apa orang amnesia juga lupa segalanya? Sean ini amnesia dunia ya? Lupa cara pakai baju, lupa cara pakai celana, bahkan obat merah pun dikata darah.

"Sean, ini obat bukan darah. Nanti aja tanyanya, biar aku obatin dulu luka kamu sebelum kotor lagi kena debu!!"

Rachel kembali mengarahkan kapas berisi obat merah itu ke dahi Sean. Memangkas jaraknya dengan Sean agar lebih mudah mengaplikasikan obatnya, Rachel menangkup pipi kanan Sean, mengaplikasikan obatnya lewat media kapas sambil meniupnya pelan.

Sean kembali meringis keperihan dalam batinnya. Ia memejamkan mata sembari menahan rasa perihnya. Sean meralat pernyataannya tadi tentang lebih sakit jika digigit ikan piranha.

"Pelan-pelan! Kamu tidak memikirkan perasaanku!" gerutu Sean sembari mencengkram tangan Rachel, menyuruhnya untuk pelan-pelan.

Sean sampe mau nangis.

"Ini sudah pelan Sean, tahan sedikit. Letoy banget sih, cowok bukan?!"

Sudah liat tadi loh Chel, masih meragukan Sean itu cowo?🤔🤭

"Pakai obat rumput laut milik Hysa tidak seperih ini tau! Dasar gadis tak berperasaan!"

[1] Sirena ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang