13. rival(s)?

274 46 22
                                    

19.44 pm


"Hel..."

"Paan?! Mau ngeluh? Kalo ngeluh tambah lima puluh menit lagi, mau?!"

"Eh kagak! Iya iya, ini gak ngeluh..!"

Reyhan memanyunkan bibirnya, gagal bernegosiasi dengan saudari kembarnya itu. Sekarang ini Reyhan dan Rachel sedang duduk di ruang tengah. Eh, Rachel doang deng. Reyhan lagi dihukum.

Rachel ngehukum Reyhan karena saudara kembarnya itu udah meracuni pikiran polos nan sucinya Sean. Hukumannya gak aneh-aneh kok, cuma berdiri dengan satu kaki sambil jewer telinga selama lima belas menit. Dan sekarang ini baru menit ke tujuh, sisa delapan menit lagi.

Sejatinya kaki Reyhan udah pegel di menit ke tiga, makanya tadi dia mau nego sama Rachel, siapa tau dikasi penurunan waktu. Eh malah diancem ditambah. Sedih Reyhan tuh.

Adik kembarnya itu salah paham. Padahal Reyhan gak ada ngajarin Sean macem-macem kayak yang Rachel bilang. Reyhan tadi cuma ngajarin Sean tata bahasa gaul yang baik dan benar, gak lebih dari itu. Seketika nyesel ngajarin Sean.

"Hel, udah dong, mo pingsan nih," keluh Reyhan yang membuat sang adik lewat empat menitnya itu merotasikan matanya malas.

"Macem-macem lo sama Sean, gu––"

"Demi apa gue gak ada jejelin dia begituan. Tadi gue cuma ngajarin bahasa doang. Tanya Dilon sama Arfel kalo gak percaya," Reyhan membela diri yang langsung diberi tatapan sengit oleh Rachel.

"Sama aja lo menghilangkan kepolosannya Sean tau Rey!"

Lagi-lagi Reyhan memanyunkan bibirnya. Rachel sepertinya kesal sekali Reyhan mengubah gaya bicara Sean dari formal jadi informal. Padahal menurut Reyhan itu hal yang tak salah. Maksud Reyhan kan baik mau membantu Sean menyesuaikan diri dengan cara bergaul anak muda jaman sekarang seperti Arfel dan Dilon dulu. Eh malah kena hukum Rachel.

"Emang kenapa sih sama Sean? Pacar lo bukan tapi kok malah marah si Sean gue a––"

"Cuma gak mau komunitas orang bar-bar kayak lo ini merajalela. Cukup Arfel sama Dilon yang lo racunin, jangan Sean, dia tuh terlalu polos!" potong Rachel yang mana membuat Reyhan mendengus.

Rachel tau kalau Reyhan akan menuduhnya suka dengan Sean karena ia marah ketika Reyhan menjejeli pemuda tampan dengan tahi lalat dibawah mata itu bahasa gaul. Tidak, Rachel tidak suka dengan Sean. Jevano saja cukup.

Gadis itu melirik ponselnya yang sudah di set timer lima belas menit untuk hukuman Reyhan. Tinggal sisa lima menit lagi tapi kaki Reyhan udah gemetar. Mana mukanya kasihan banget lagi. Sejenak Rachel berpikir, untuk apa ia menghukum Reyhan ya? Bukankah lumayan bagus untuk Sean agar lebih mudah bergaul dengan anak jaman sekarang?

"Rey, udah," katanya yang mana membuat Reyhan langsung mendudukkan dirinya di sofa sambil menghela lega.

"Pegelll sqali, gak kwat.."

Lebay.

Sementara Reyhan sibuk melepas lelah dan pegalnya sambil mengoceh di sebelah Rachel, gadis itu menggigit bibir bawahnya membuka sebuah ruang obrolan yang ada di ponselnya.

jev

today, 12.00 pm

van|
udah sampe rumah?|
jangan lupa makan siang ya?|
atau mau aku masakin?|
read

today, 13.09 pm

jevan?|
kamu marah ya?|
kok di read aja?|
bales dongggggg|
jevanooo:((|
read

[1] Sirena ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang