32. penyusup

180 26 0
                                    

Sean membuka matanya ketika alarm di ponselnya berbunyi lalu mematikannya. Ia kemudian bangun dari tidurnya dan meregangkan tubuhnya yang terasa sedikit kaku.

Jam menunjukkan pukul lima pagi, memang terlalu pagi, tetapi Sean memiliki kebiasaan untuk berenang membasahi ekornya sejenak agar tidak terlalu kering. Tapi mungkin untuk sekarang ini tidak dulu, ia merasa tubuhnya tidak fit dan sedikit pusing.

Meraba bibir tebalnya, senyum Sean tiba-tiba terulas ketika ia mengingat kejadian tadi malam saat dimana Rachel menciumnya yang mana membuatnya menjadi ciuman pertama Rachel.

Sedangkan ciuman pertama Sean adalah Hysa.

"Yang kemarin itu? Bukan mimpi kan? Itu nyata? Dia benar-benar menciumku? Disini?!" tanyanya pada dirinya sendiri sambil mengusap bibirnya.

"IYA ITU BENARRRR!!"

Sean berteriak memekik senang lalu melompat dari kasurnya. Ia bahkan sampai menari-nari balet di lantai. Sean mirip seperti gopal lepas makan biskuit yaya.

"Aku merasa sangat sembuh!"

Tok! Tok! Tok!

"SEAN?! BUKA!!"

Mendengar suara Arfel dari balik pintu itu Sean langsung berlari ke arah pintu untuk membukakan temannya itu pintu.

Cklek!

"FELIIIIIII!"

Arfel tercekat ketika Sean berteriak padanya lalu memeluknya sambil loncat-loncat kegirangan. Mau kesal dan senang, Arfel bingung. Kesal karena Sean pagi-pagi sudah mengganggu orang tidur bahkan sampai mengubah namanya atau senang karena Sean sudah tidak semurung kemarin.

Diantara kedua itu, Arfel memilih ikut senang. Bahkan Arfel juga memeluk Sean balik sambil ikut meloncat-loncat dengan pemuda itu. Walau ia tak tau apa yang membuat Sean sesenang ini. Asal Sean tak semurung kemarin, apapun alasannya Arfel terima.

"FELI! AKU SA---Mphhh"

"Ssstttt! Diem goblok! Pangeran kira tetangga udah pada bangun?!"

Arfel membekap mulut Sean ketika pemuda itu kembali berteriak. Takutnya kan mengganggu Reyhan dan Rachel yang sedang tidur. Masalahnya teriakan Sean ini tidak ada bedanya dengan teriakan Reyhan. Sama-sama berisik walau masih lebih berisik Reyhan.

Walaupun tangan Arfel masih membekap mulutnya, itu tidak membuat kesenangan Sean berhenti. Ia bahkan tetap memekik kesenangan sambil berjingkrat-jingkrat yang mana membuat Arfel tepuk jidat melihat itu.

Jika Sean terlalu over happy begini, ia jadi takut Sean kerasukan. Atau mungkin sedang stress berat sampai depresi karena masalah kemarin siang.

Arfel lalu menempelkan tangannya pada dahi Sean untuk mengecek suhu tubuh temannya itu. Hmm, tidak panas, tidak juga dingin. Katakan lah normal. Tapi kenapa kelakuannya ini tidak normal?

"Apa?! Aku sudah sehat, Feli!" kata Sean sambil menepis tangan Arfel di dahinya yang mana membuat Arfel berdecak.

"Namaku Arfel pangeran! A er ef e el! Arfel!! FELI DARI MANA?!" teriak Arfel tak suka namanya diubah-ubah.

Mending diubahnya jadi bagus ya, kayak 'Felix' kek. Lah ini jadi nama ukhti.

"Aku tak peduli! Kau tau?! Aku sedang SENANGGGG!"

Pemuda berfreckles itu mendengus ketika Sean kembali memeluknya sambil melompat-lompat. Lama-lama Arfel jadi kepo, apa yang membuat Sean sesenang ini? Tidak biasanya pangeran duyung yang satu ini seperti ini.

"Pangeran lepasin!!" Arfel mendorong pelan tubuh bongsor Sean agar pelukannya terlepas. Sean senang Arfel bisa tambah menciut dipeluk Sean.

"Pangeran ini kenapa sih? Kayak orang kerasukan tau gak!"

[1] Sirena ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang