40. kabar baik dan kabar buruk

206 32 4
                                    

jangan luffa striming pintu belakang~~

🧡✨––––––✨🧡







"Pangeran Sean! Ayo sadar! Ini sudah dua minggu!"

Arfel menyatukan kedua telapak tangannya, berdoa, agar Sean bisa sadar secepatnya. Sudah terhitung dua minggu pangeran duyung itu terbaring tak ada tanda-tanda kesadaran.

Kata tabib istana, racun di tubuh Sean sudah berhasil dikeluarkan. Tetapi efeknya masih membekas. Sean akan baik-baik saja jika ia sadar secepatnya. Jika tidak, maka pangeran duyung itu tidak akan dapat diselamatkan lagi.

Sekarang ini kondisinya sudah melewati masa kritis. Nafasnya sudah kembali normal, tidak seberat beberapa hari yang lalu. Tubuhnya juga sudah tidak kejang lagi seperti kemarin. Bercak-bercak hijau di tubuhnya juga sudah mulai memudar. Hanya tinggal menunggu kapan sadarnya saja.

Tuhan masih sayang dengan Sean. Jika dua minggu yang lalu pangeran duyung itu terlambat ditangani, pasti ia sudah tidak bisa diselamatkan lagi karena racunnya sudah menyebar ke seluruh tubuhnya.

Tetapi jika sekarang ini Sean tak kunjung sadar juga, ya sama saja.

Arfel melengkungkan bibirnya lalu mengambil tangan kiri Sean yang semula terletak disisi tubuhnya. Menggenggamnya erat. Tangan Sean yang lebih besar dari tangannya itu lemas dan terasa lebih dingin dari biasanya. Arfel rindu.

Rindu mengejek kekudetan pangerannya itu.

"Sean, kalo lo gak bangun nanti mulut lo bau loh. Disini gak ada sikat gigi sama odol!"

Percuma saja Arfel berkata begitu, Sean tetap saja tidak meres–


Arfel terkejut ketika tangan kiri Sean yang ada digenggamannya itu bergerak-gerak pelan. Bahkan terasa seperti berusaha membalas genggaman tangan Arfel. Selain itu ia juga mendengar lenguhan pelan dari sang pangeran.

Senyum Arfel mengembang sempurna. Ia sudah yakin Sean pasti akan melewati masa kritisnya dan kembali sehat seperti dulu lagi. Sean tidak akan pergi meninggalkannya secepat itu.

"Pangeran?! Kau sudah sadar?!"







"Arfel?"

Putra duyung berfreckles cantik itu menoleh ke arah suara yang memanggilnya,  menaruh kembali tangan kiri Sean di tempat semulanya lalu membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada si pemilik suara.

Yang datang adalah Raja Neptunus, ayahnya Sean, Raja Lautan.

"Ah, Salam Yang Mulia Raja.."

Raja Neptunus hanya meresponnya dengan senyum ramah dan anggukan pelan pada sahabat putranya itu.

"Triton masih belum sadar?" tanya sang raja yang membuat Arfel tersenyum cerah.

[1] Sirena ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang