Rachel menghela napasnya berat ketika Arfel dan Dilon mengatakan bahwa Sean hilang saat ini. Bagaimana bisa hilang coba?
Dari tadi setelah berhasil melepaskan diri dari Julio dan bacotannya yang sangat najis itu, Rachel langsung pergi mencari Sean kesekeliling kampus. Tak sengaja bertemu Arfel dan Dilon. Ingin menanyai Sean tapi mereka juga tak tau keberadaan Sean dimana. Katanya Sean tadi mereka suruh tunggu di depan gedung, tau-tau pas balik sudah hilang.
Rasanya Rachel ingin marah saja, bagaimana bisa Dilon dan Arfel bisa lalai menjaga Sean? Sudah tau temannya itu sedang sakit, bukannya dijaga malah ditinggal keluyuran. Tapi marah saat ini pada mereka berdua bukanlah hal yang tepat. Terlalu buang-buang waktu, mending mencari Sean dibanding harus memarahi Arfel dan Dilon.
"Sumpah, Hel, Sean tuh sekarang udah nurut dia. Gue udah suruh misalnya mau kemana-mana harus izin atau setidaknya bilang dulu ke Dilon atau gak ke gue. Tapi—"
"Buktinya sekarang dia ilang kan?!"
Dilon mendengus kemudian mengacak rambutnya kesal. Kemana Sean pergi? Dia sedang tidak sehat, kenapa suka sekali kelayapan?!
"Apa mungkin Sean udah pulang duluan?" tanya Arfel yang membuat Dilon disebelahnya berdecak.
"Dia mana apal jalan pulang, Fel!"
"Eh iya, gak usah ngegas kali. Kan gue cuma nebak doang.."
Dilon ini kalo marah lebih serem daripada bundanya Sean, makanya disarankan untuk tidak membuat seorang Dilon Andrea marah. Bisa-bisa habis kena damprat sama dia.
"Oiya, lo ngapain nyari-nyari Sean?! Bukannya lo benci sama Sean?! Bukannya lo gak suka lagi sama Sean dan gak mau dia nampilin wajahnya lagi di depan lo?! Kenapa lo sekarang malah nyari-nyariin dia?!" tanya Dilon dengan nada ketus dan super sarkas yang membuat Rachel yang awalnya sedang mengedarkan pandangan kesekeliling mencari Sean langsung tersentak kecil dan menoleh ke arah pemuda itu.
Dari nadanya, Dilon terkesan tak suka. Sangat tak suka.
"Lon, g-gue mau—"
"Stop sampe disini aja, Hel! Jangan cari-cari dia lagi! Jangan deketin dia! Jangan buat dia berharap lebih! Kalo lo kayak gitu, lo bisa ngebunuh dia perlahan asal lo tau!"
"Gue mohon sama lo! Kalo lo emang benci sama temen gue, kalo lo emang gak suka sama temen gue plis jangan sok peduli sama dia yang mungkin lo udah tau dari Reyhan kalo Sean sekarang ini sakit!"
Rachel menautkan alisnya bingung. Apa maksudnya si Dilon ini? Membunuh Sean perlahan? Memangnya kenapa? Salahkah Rachel ingin meminta maaf juga ingin meminta penjelasan pada Sean untuk memperbaiki kesalah pahamannya?
"Lon..." Arfel menepuk pelan pundak Dilon, memberinya kode untuk bersabar, Arfel takut jika nanti Dilon tak sengaja membongkar semuanya di depan Rachel. Tapi Dilon tetap Dilon, dia menepis tangan kecil Arfel yang mana membuat Arfel menghela pelan.
"Sean lagi sakit! Kalo sampe dia kenapa-napa, gue gak akan segan-segan buat nyakitin lo juga, Rachel. Gak peduli mau lo kembarannya Reyhan sekalipun!"
Setelah berkata begitu, Dilon langsung pergi, entah kemana sambil memanggil-manggil nama Sean dan menanyai setiap mahasiswa-mahasiswi yang lewat tentang keberadaan temannya itu. Rachel hanya menatap punggung pemuda itu lalu memejamkan matanya sejenak.
Apa kemarahannya pada Sean kemarin berdampak buruk untuk laki-laki itu? Sampai-sampai Dilon bahkan melarangnya untuk dekat-dekat lagi dengan Sean setelah ini.
Rachel juga sakit, kepalanya sedang pusing. Belum lagi Sean yang hilang dan ancaman Dilon tadi sedikit menambah beban di kepalanya.
Arfel yang melihat itu jadi sedikit tidak tega. Sebenarnya kan ini bukan salah Rachel, tapi kenapa malah gadis itu yang disalahkan? Perasaan mana ada yang tau kan? Jika mungkin cinta sejati Sean adalah Rachel mau bagaimana lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Sirena ✓
FantasyTentang Sean, si handsome stranger yang menemukan cintanya di dunia yang berbeda dengannya. ft. hyunjin of stray kids [local ff] ©cryistalclear, 2O2O