29. not a normal human

228 30 46
                                    

"Kamu makan siang nanti cari aku ke fakultas ya? Aku udah bawa bekel buat kita berdua, jadi aku mau makan siang sama kamu."

Lawan bicaranya itu mengulas senyum tipis lalu mengangguk. Tak lupa mengacak gemas pucuk kepala Ashila yang mana membuat perempuan itu mendengus karena rambutnya yang dibuat berantakan oleh laki-laki yang berstatus suaminya disampingnya saat ini.

"Vano!"

"Padahal pengen makan bareng temen-temen sih aku," cuit Jevano yang mana membuat Ashila berdecak malas sambil menatapnya sinis.

"Tapi aku pengen makan sama kamu, gimana dong?"

Jevano mengangkat kedua bahunya kemudian melepas seatbelt yang mulanya masih terpasang di tubuhnya. Ia lalu mendekatkan dirinya pada Ashila yang mana membuat gadis itu memundurkan tubuhnya sampai mentok ke pintu mobil.

"Kalo aku mau, aku dapet apa dari kamu?" tanya Jevano dengan suara baritonenya. Tapi bukannya takut, Ashila malah tersenyum miring lalu mengetuk bibir Jevano dengan jari telunjuknya.

Seakan paham maksud istrinya, Jevano lalu menggerakkan tangannya melingkari pinggang Ashila untuk memangkas jarak diantara mereka yang mana membuat Ashilla kaget atas perlakuan suaminya.

Masalahnya ini, mereka sedang ada di parkiran kampus. Dari tadi belum keluar dari mobil karena memilih untuk mengobrol sebentar.

Kaca mobil Jevano itu tidak ada gelap-gelapnya, jadi sebagian besar orang pasti dapat melihat mereka berdua di dalam mobil sekarang. Iya jika teman-teman mereka yang tau sih tak apa, tapi bagaimana jika dosen killer yang tak sengaja lewat dan melihat mereka berdua bermesraan di dalam sana? Bisa mampus. Walaupun statusnya sudah sah menjadi suami dan istri.

"Vano! Ini lagi di kampus!" cicit Ashila dengan tatapan kesalnya, tetapi Jevano tidak peduli.

Laki-laki itu malah semakin memangkas jarak diantara dirinya dan istrinya lalu melabuhkan sebuah ciuman singkat di bibir Ashila. Setelah itu Jevano keluar dari mobil, meninggalkan Ashila yang masih mematung karena ciuman mendadak dari suaminya itu. Anggap sama morning kiss hari ini yang tadi belum terbayarkan.

Tak lama kemudian, senyum tipis terukir di bibir Ashila. Gadis itu kemudian tertawa kecil sambil menatap punggung sang suami yang mulai menjauh dari mobilnya.

"Kamu itu punya aku, Van, bukan orang lain. Termasuk Rachel! Dan kali sampe kamu masih ada nekat-nekatnya buat deketin Rachel lagi, mantan kamu itu gak akan baik-baik aja kedepannya!"












Jevano berlari kecil ketika melihat Agas dan Arjun yang baru saja turun dari motornya dan menghampiri mereka berdua. Arjun dan Agas yang sadar akan kehadiran Jevano pun juga melambai ke arah pemuda itu.

"Van! Kebetulan!" seru Agas ketika Jevano sampai di depannya yang mana membuat dahi Jevano berkerut.

"Kebetulan apa?" tanyanya bingung.

Agas tidak menjawab dengan kata-kata, pemuda berahang tajam itu kemudian menunjuk sesuatu dengan tangan kanannya yang membuat atensi kedua temannya terarah kesana.

Laki-laki itu menunjuk dua orang yang sedang berjalan santai. Satunya sambil membaca buku, satunya lagi berjalan biasa sambil memegangi tasnya. Mereka tak lain adalah Dilon dan Sean.

Jevano berdecih samar lalu kembali menatap Agas malas. Kemarin ia sudah mendengar rencana dari Agas tapi menurutnya itu sama sekali tak masuk akal. Apakah Agas akan memulai rencananya sekarang? Saat ini juga?

"Kalau bisa sekarang, kenapa harus nunggu besok?" ucap Agas lalu hendak berjalan ke arah Sean dan Dilon itu tetapi tangannya langsung ditarik oleh Arjun yang daritadi berdiri di sebelahnya.

[1] Sirena ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang