"Ketika kau dirundung masalah
dan ingin menyerah maka yang harus kau lakukan
adalah bersyukur. Ingat di luar
Sana banyak yang ingin sepertimu."***
Waktu istirahat akhirnya tiba. Para murid kelas IX D yang merasa energinya terkuras setelah kelas Bu Nur segera berbondong-bondong menuju ke kantin untuk mengisi asupan nutrisi. Namun, ada beberapa siswi yang masih di dalam kelas karena malas berdesak-desakan saat ke kantin.
"Kantin, Ra?" ajak Karissa.
"Engga dulu, Kar. Aku nggak laper soalnya."
Karissa hanya menganggukkan kepala. Dia sudah hafal kelakuan teman sebangkunya itu, ia memang jarang ke kantin. Terlebih lagi yang Karissa tahu, Adara memang sering membawa bekal ke sekolah. Karena lebih hemat, katanya.
"Airin ... kantin, yuk!" ajak Karissa.
"Bentar, mau masukin buku dulu ke tas," jawab Airin.
Tatapan Karissa lalu mengarah kepada Liza, teman sebangkunya Airin. "Liz, mau ikut apa engga?"
"Hehe ... aku titip, ya. Kaya biasa!"
"Dasar kang titip! Kenapa engga ikut aja, sih?!" kesal Airin.
Liza memang paling malas untuk berjalan menuju kantin, kebiasaannya adalah selalu menitip kepada Airin maupun Liza. Karena malas berdebat dan tak ingin waktu istirahat berlalu cepat, Airin dan Karissa segera berjalan meninggalkan kelas untuk menuju ke kantin.
Liza berdiri dan ia pun duduk di sebelah Adara. Dia melihat Adara sedang melamun, pada saat pelajaran matematika tadi pun Adara kelihatan banyak melamun dari pada memperhatikan.
"Kenapa? Ada yang dipikirin, ya? Kenapa ngga ke kantin?" cerocos Liza.
Adara tersentak ketika melihat Liza sudah di sampingnya. Ia merapihkan anak rambutnya ke belakang telinga lalu menatap Liza dengan raut wajah bingung.
"Eh, kenapa-kenapa? Ngga denger aku," tanya Adara sambil tertawa kecil.
"Kebanyakan melamun, sih. Kenapa? Ada masalah, ya?"
Adara memalingkan wajah ke depan, ia menggelengkan kepala pelan. Ia sedang tidak mood berbicara saat itu. Adara tidak ingin bercerita, karena endingnya ia akan menangis. Lagipula, walaupun ia dekat dengan Liza, Adara merasa tidak bisa berbicara tentang masalah keluarganya.
Mata Adara memindai ke sekitar, tanpa sengaja ia melihat sosok laki-laki yang baru beberapa bulan ini mengisi pikirannya sedang bercanda bersama wanita lain. Hati Adara mulai berdenyut nyeri, ia merasa cemburu tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.
"Leon, kamu ngga ke kantin?" tanya Bella, perempuan yang terkenal cantik di kelas.
Leon dan Bella mengobrol dan bercanda di depan pintu kelas. Adara yang melihatnya hanya tersenyum miris. Siapa dia yang berhak tidak suka akan kedekatan Leon dan Bella?
Adara memang menyukai Leon waktu pertama kali melihatnya masuk di kelas sembilan ini. Beberapa teman Adara tau bahwa dirinya menyukai Leon, tapi mereka tentu saja menutup rapat rahasia temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐇𝐨𝐦𝐞? {𝐄𝐍𝐃}
Teen FictionBroken Home tidak harus selalu tentang perceraian, 'kan? Semua orang pasti menginginkan kehidupan nyaman, harmonis, dan juga mendapat kasih sayang dari orang tua. Entah dari mana semua bermula, seorang ibu yang terus bersabar menghadapi cobaan yang...