"Saat jatuh cinta dalam diammu menemui jalan buntu, kamu hanya perlu menyerahkan masalah itu pada tuhanmu."
***
Cahaya matahari masuk ke dalam kamar melalui celah gorden yang tersibak angin, sinar mentari semakin menghangatkan gadis tersebut untuk tidur dengan nyaman.
"Ara, bangun! Udah siang, Sayang!"
Adara menggeliat merasa terganggu akan teriakan ibunya, ia masih sangat mengantuk pagi itu. Faya yang melihat Adara tidak bangun menggelengkan kepalanya, ia lalu menggoyangkan tubuh Adara dengan pelan. Adara menepis pelan tangan ibunya yang berada di bahu dan kembali melanjutkan tidurnya yang terganggu.
"Kamu nggak jogging, hm?"
"Ibu ... aku ngantuk! Ara tadi malem tidur jam tiga pagi, lagian hari ini hari minggu, Bu."
"Siapa suruh begadang ngga kenal waktu?"
Mendengar ucapan ibunya Adara semakin menaikkan selimut dan menutupi seluruh tubuhnya. Sungguh, matanya tidak bisa diajak berkompromi saat ini, rasanya bahkan sangat berat sekali untuk membuka kelopak matanya. Gadis itu lalu bergumam dalam selimutnya.
"Ara, kan, udah nyuci baju kemarin, Bu. Terus Ara juga udah nyuci piring semalem sama nyapu juga."
"Malem-malem, kok, nyapu," komentar Faya sambil terkekeh.
Adara membuka selimutnya dan mengerutkan dahi. "Emang kenapa, Bu? Ngga boleh?" Adara bertanya seraya menguap kecil.
Faya menghela napas panjang dan tersenyum kecil melihat tingkah Adara yang masih mengantuk. "Kenapa kamu begadang?"
"Nonton Drakor, Bu."
"Niat banget, ya, kamu! Semua kerjaan udah di kerjain biar bisa maraton Drakor terus paginya tidur." Faya menggelengkan kepalanya.
"Hmmm." Adara hanya bergumam dan kembali memejamkan mata.
Faya menyerah dan keluar dari kamar putrinya. Ia masih harus menyiapkan sarapan untuk keluargannya. Faya melihat Rama keluar dari kamar mandi, terlihat wajah Rama basah sehabis cuci muka.
"Mau aku buatkan kopi, Mas?"
Faya tetap melayani suaminya, walau kelakuan suaminya sering membuatnya kecewa dan sakit hati. Apa yang ia lakukan saat ini adalah bentuk cinta dan hormat pada suaminya.
Rama hanya mengangguk dan melangkahkan kaki, ia berniat duduk di kursi di depan rumah. Ia sengaja memilih tempat tersebut karena minggu pagi sangat pas untuk meminum kopi sambil membaca koran ditemani udara segar.
Faya yang sudah selesai membuatkan kopi, menaruhnya di nampan. Faya juga mengambil dua roti isi dan menaruhnya ke piring lalu meletakan piring ke atas nampan.
"Ini kopi sama roti isinya, Mas. Di makan, ya?"
"Iya."
Rama mengalihkan pandangannya ke arah Faya. "Ambilin Mas koran, Dek."
Selepas Faya masuk ke dalam rumah untuk mengambil koran, ada seorang pemuda tampan yang berdiri di hadapan Rama. Pemuda tersebut menghela napas pelan sebelum akhirnya menyapa Rama.
"Pagi, Om."
Rama yang sedang meminum kopinya melirik ke arah depan, ia lalu meletakkan kopi di atas meja. "Vano?"
Geovano tersenyum manis melihat Rama, ia merasa sangat senang Rama masih mengenalinya. "Ara ada di rumah, Om?"
"Ada di kamar, mau ngapain?" tanya Rama sambil memincingkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐇𝐨𝐦𝐞? {𝐄𝐍𝐃}
Fiksi RemajaBroken Home tidak harus selalu tentang perceraian, 'kan? Semua orang pasti menginginkan kehidupan nyaman, harmonis, dan juga mendapat kasih sayang dari orang tua. Entah dari mana semua bermula, seorang ibu yang terus bersabar menghadapi cobaan yang...