"Senyum adalah cara terbaik
Menghadapi situasi sulit,
Meskipun itu senyum palsu."***
Dering suara alarm terdengar memenuhi kamar seorang gadis. Adara membuka mata perlahan dan bangkit dari tidurnya. Melangkah gontai menuju kamar mandi, sesekali dirinya menguap kecil lalu ia mulai membuka pakaiannya dan bersiap mandi.
Setelah mandi, Adara mematutkan dirinya di depan cermin, Adara merapihkan kembali rambut sepunggungnya dan tersenyum kecil. Setelah di rasa siap, Adara melangkah menuju ruang makan, terlihat Faya sedang menata makanan di atas meja makan.
"Pagi, Mom!" sapa Adara.
"Pagi, Sayang."
Faya mengerutkan kening dan menghela napas pelan. "Kamu ini bagaimana? Sudah lewat kamar adikmu, tapi ngga sekalian dibangunin."
Adara yang ditatap seperti itu hanya cengengesan, ia lalu melangkahkan kaki ke kamar adiknya. Saat sudah tiba, Adara tersenyum manis melihat posisi tidur adiknya yang sangat unik. Yaitu meringkuk seperti anak kucing di tengah-tengah ranjang.
"Woy ... bangun!" seru Adara sambil mencubit pelan pipi Adelio.
Adelio mengernyitkan dahi dan membuka pelan matanya, ia memandang sengit kakaknya sebab aktivitas istirahat paginya terganggu.
"Dasar Kakak nakal!" teriak Adelio.
"Udah cepet ke ruang makan, mau makan kagak lu," ucap Adara.
"Iya, nih, mau cuci muka dulu."
Adelio melangkah turun dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Adara cekikikan melihat adiknya yang masih sekolah di Taman Kanak-kanak tersebut.
Saat sudah cuci muka, Adelio dan Adara menuju ke tempat makan dan duduk di kursinya masing-masing. Faya yang melihat anak bungsunya sudah datang, langsung bersiap menyiapkan makanan untuk sang putra.
"Bu, aku ngga sarapan, ya?"
Faya memandang Adara lalu menaikkan salah satu alisnya. "Kenapa nggak makan, Sayang? Kamu lagi buru-buru emang?"
"Aku bawa makan aja dari rumah. Lagi males sarapan, nih!"
"Ya udah, biar Ibu yang siapin."
"Ga usah! Biar aku aja, Ibu ladenin aja tuh si Bocil," ucap Adara.
Faya hanya tersenyum menanggapi Adara. Adara pun mulai menyiapkan bekalnya sendiri. Adelio melihat ke sekeliling ruangan, lalu ia memandang ibunya.
"Papah mana?"
Faya yang sedang menyiapkan makanan untuk Adelio terdiam dan menundukkan kepalanya. Melihat sang ibu menundukkan kepala, Adara menghela napas pelan.
"Anak kecil ngga usah banyak tanya. Mending kamu makan, habis itu mandi terus nanti berangkat sekolah. Oke?" ucap Adara sambil menepuk pelan puncak kepala adiknya.
Adelio hanya mendengkus menanggapi ucapan kakaknya dan ia pun mulai menyantap makanannya. Faya yang melihatnya hanya bisa tersenyum tipis. Bagaimanapun ia tidak boleh bersedih di depan anak-anaknya, walau batinnya sedang menangis saat ini karena memikirkan suaminya yang belum pulang dari kemarin.
"Makan, ya? Nanti Ibu antar, kok."
"Siap, Boss!" seru Adelio sambil menggerakan tangannya membentuk tanda hormat.
Faya dan Adara terkekeh kecil melihat tingkah Adelio yang menggemaskan.
***
"Ibu jangan sedih, ya! Tenang ... ngga bayar sekarang ngga papa, kok. Lagian masih banyak temenku yang belum bayar tanggungan sekolah," ucap Adara sambil tersenyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐇𝐨𝐦𝐞? {𝐄𝐍𝐃}
Novela JuvenilBroken Home tidak harus selalu tentang perceraian, 'kan? Semua orang pasti menginginkan kehidupan nyaman, harmonis, dan juga mendapat kasih sayang dari orang tua. Entah dari mana semua bermula, seorang ibu yang terus bersabar menghadapi cobaan yang...