"Tidak ada yang melukaimu, kamu hanya terluka oleh harapanmu sendiri."
***
"Iya bentar, elah." Adara menjawab panggilan telephone dari seseorang.
"Ya ampun ... gue masih pake snikers nih, sabar dong!" Adara mengerutu, ia sebal pada Karissa yang menyuruhnya untuk cepat datang ke tempat Dion, kelasnya sedang ada acara saat ini.
Adara mematikan sambungan telephone, ia bergegas menuju pintu depan. Adara menghentikan langkahnya saat baru beberapa langkah di depan rumah. Ia lalu berteriak, meminta ijin kepada ibunya.
"Ibu, Adara mau pergi dulu!" Adara lalu langsung pergi menuju halte bus.
Adara mondar-mondir, sesekali melihat jam tangannya. Adara menggaruk rambutnya yang tak gatal, ia menggerutu karena bus tak kunjung datang.
Tepat saat bus berhenti di depan Adara, ia lalu menaiki bus dan duduk dengan nyaman di samping jendela. Adara tak pernah lupa untuk selalu memasang earphone dan mendengarkan musik saat dimana pun, tujuannya agar menghilangkan bosan.
Angin membelai wajahnya, ia sedikit memajukan wajahnya keluar jendela bus. Udara pagi sangat segar untuk dihirup, langit biru sangat nyaman untuk dipandang.
Adara menikmati lagu yang ia dengarkan. Lagu tersebut berjudul Senja dan Pagi, yang dinyanyikan oleh Alffy Rev dan Farhad. Lagu karya anak bangsa indonesia, lagu yang memiliki makna mendalam, sungguh sangat menginspirasi.
Memejamkam matanya, Adara menikmati lagu dan udara yang menyejukkan. Tersenyum simpul melihat jalanan yang sedikit lenggang, dan kendaraan yang berlalu lalang.
Saat asik menikmati lagu, Adara melihat sepeda motor yang dinaiki oleh dua orang. Adara mengernyitkan dahinya, ia merasa mengenal dua sosok tersebut. "Siapa ya? Kaya kenal," gumam Adara.
Adara semakin menajamkan penglihatannya, matanya pun menciut agar ia bisa melihat dengan jelas. Seketika ia terbelalak kaget, ternyata dua orang tersebut adalah Bella dan Fajar. Adara menggelengkan kepalanya dan mengucek pelan matanya.
"Wah si mak lampir, parah banget ... ternyata dugaan gue bener, mereka selingkuh!" Adara merasa geram sendiri.
Adara tak bisa membiarkan momen emas ini terlewat, ia lalu membuka aplikasi kamera dan memfoto mereka berdua. Pas sekali, foto mereka terlihat sangat mesra.
"Hehe ... dapet yang hot lagi fotonya, asikk." Adara tertawa jahat.
Ia hanya tak ingin temanya Liza dihianati. Adara tak habis pikir dengan Fajar, wanita sebaik Liza saja ia duakan. Ia sangat heran.
Saat Adara ingin melihat kedua orang tersebut, mereka sudah jauh dari pandangan mata Adara. "Mungkin ngebut," komentar Adara.
Adara lalu mengangkat bahunya acuh, sebenarnya ia masih bingung harus bagaimana nanti, akankah ia harus membocorkan aksi perselingkuhan mereka. Adara memijat pelipisnya, pikirannya menjadi kacau, apalagi ini menyangkut Leon.
Setelah turun dari bus, Adara melangkahkan kakinya masuk ke dalam gerbang rumah Dion. Adara tersenyum lebar saat di sambut oleh teman kelasnya. Ia melihat ke sekeliling, ia mencari keberadaan Fajar dan Bella. Tapi nihil, ia tidak menemukan dimana mereka berada.
"Baik, semuanya udah kumpul, kan? Ayo kita mulai bakar-bakarnya!" seru Dion sambil mengangkat satu tangannya ke atas.
"Bakar-Bakar rumah lo, ha?" tanya Airin sambil tertawa geli, Airin memang sangat suka memancing amarah Dion.
"Minta diplester ni anak mulutnya." Airin yang mendengarnya hanya bisa tertawa menanggapi ucapan Dion.
Mereka mulai melakukan aktifitas tersebut, untuk perempuan bagian ayam, dan laki-laki bagian api. Adara membantu memotong-motong bawang dan cabai, setelah selesai melakukan tugasnya, ia membiarkan yang lainnya melakukan tugasnya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐇𝐨𝐦𝐞? {𝐄𝐍𝐃}
Fiksi RemajaBroken Home tidak harus selalu tentang perceraian, 'kan? Semua orang pasti menginginkan kehidupan nyaman, harmonis, dan juga mendapat kasih sayang dari orang tua. Entah dari mana semua bermula, seorang ibu yang terus bersabar menghadapi cobaan yang...